Kolonel Charles Frank, juga menggambarkan di Kamp Jinsen awal September 1945, “Kapten Orson mengalami patah kaki saat kejatuhan drum 50 galon yang berisi persediaan, setelah parasut perbekalan mereka lepas.”
Insiden dan cedera seperti ini akhirnya membuat para tawanan itu membuat label pada zona penjatuhan barang, dengan mengecat target ‘Jatuh di Sini’, pada tanah seperti yang mereka lakukan di Naoetsu.
Mereka yang telah kelaparan selama bertahun-tahun itu memakan bantuan yang telah lama ditunggu-tunggu.
Setiap bagiannya digunakan, dikonsumsi, diperdagangkan, atau didaur ulang.
Bahkan parasut mereka ambil dan dibuat menjadi selimut yang nyaman atau menjadi bendera Sekutu yang dijahit di kamp.
Sersan USMS Rufus Baker Austin, yang ditangkap di Pulau Wake, menulis surat ke rumahnya pada tanggal 11 September 1945, “Pesawat kami menurunkan perbekalan untuk kami sekarang. Kalaupun kami tinggal di sini lebih lama, kami tidak akan terlihat seperti tahanan perang. Bu, senang menjadi orang Amerika.”
Sersan Staf Frederick Spacal menulis surat kepada mantan rekan awaknya setelah pembebasan di kamp Omori, “Pesawat Angkatan Laut kami mulai datang dari kamp kami pada 26 Agustus dan B-29 pada 27 Agustus, menjatuhkan semua jenis persediaan, beberapa hari terakhir seperti Natal. ”
Evakuasi kamp-kamp tepi laut oleh Angkatan Laut AS dimulai pada 29 Agustus, dengan penyelamatan berlanjut hingga September ketika kamp-kamp di Singapura, Kalimantan, Manchuria, dan daerah jauh lainnya akhirnya menerima bantuan.
Baca Juga: Di Tempat Tawanan, Barang Rongsokan Bisa Menjadi Alat yang Canggih
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR