Advertorial
Intisari-online.com - Laut China Selatan adalah kawasan terpanas di dunia saat ini karena dikuasi oleh China dengan cara ilegal.
Padahal kawasan itu berbatasan langsung dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Dengan kata lain, negara-negara Asia Tenggara memiliki kedaulatan lebih banyak atas wilayah maritim bersengketa ini.
Negara-negara Asia Tenggara yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan di antaranya adalah Malaysia, Vietnam, Filipina, hingga Brunei.
Selain itu Indonesia juga disinggung memiliki batas yang cukup dekat dengan kawasan ini yaitu di laut Natuna.
Pasalnya China juga kerap menyelonong masuk ke wilayah perairan di laut Natuna.
Sementara itu, seperti diwartakan oleh 24h.com.vn, negara Asia Tenggara ini juga dipandang sebagai lokasi paling strategis untuk mendominasi Laut China Selatan.
Dikatakan juga bahwa negara ini kemungkinan besar menjadi incaran China pertama kali, jika perang pasifik China-Amerika terjadi.
Baca Juga: Rahasia Gas Awet Berbulan-bulan Terungkap, Ini Trik Hemat dari Restoran Saat Masak dengan Kompor Gas
Negara yang dimaksud tersebut adalah Filipina, negara yang dipandang memiliki lokasi paling strategis di Laut China Selatan.
Lokasi strategis antara Laut Cina Selatan dan Pasifik membuat Filipina sangat mudah menjadi sasaran pertama Cina, kata Jenderal Bautista, menurut SCMP.
Jenderal Bautista mencontohkan jalur strategis di Selat Ba Si, yang terletak persis di sebelah Batanes, kepulauan Babuyan di Filipina dan Selat Mindoro, Cebu, Balabac, San Bernardino, Surigao di kepulauan Filipina.
"Jika kami ingin mendominasi Laut China Selatan, ini akan menjadi posisi strategis yang dibidik China," kata Bautista.
Jenderal Bautista bertugas di militer Filipina selama lebih dari 30 tahun, menjabat sebagai kepala staf angkatan bersenjata, dari 2013 hingga 2014.
Ia juga pernah menjadi komandan Satgas Nasional di perairan barat Filipina. Pasukan ini berdiri pada tahun 2016.
Meski China selalu menegaskan pendiriannya tidak menginginkan perang, Bautista menunjukkan bahwa Beijing semakin agresif, tidak hanya di titik panas di laut tetapi juga di perbatasan dengan India.
"Sengketa kedaulatan di Indo-Pasifik adalah hot spot yang dapat memicu perang AS-China," kata Bautista.
"Begitu perang pecah, China akan mengambil kendali atas Filipina, untuk mengambil posisi strategis," katanya.
Mereka (China) hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk mencapai Filipina.
Menanggapi skenario perang yang disebutkan oleh Jenderal Bautitsta, analis pertahanan Collin Koh mengatakan di SCMP bahwa China perlu menetralkan ancaman di Filipina untuk memperluas jalannya ke Pasifik.
"Jika pasukan AS hadir di Filipina, mereka akan menjadi sasaran pertama serangan China," kata Koh.
"Tentara China juga dapat mendarat di Filipina untuk menstabilkan situasi politik di negara ini, sebagai batu loncatan dalam perang dengan AS," katanya.
Koh menambahkan bahwa Filipina adalah bagian dari strategi "rantai pulau pertama Amerika", yang mencakup Jepang dan Taiwan.
Jika China ingin mengalahkan AS, China perlu menetralkan ancaman di rantai pulau pertama, kata Koh.
Tetapi China tidak perlu menduduki seluruh Filipina untuk mencapai tujuan tersebut, cukup untuk mengontrol jalur laut strategis, tambah Koh.
Dalam sidang Senat pada 12 Oktober, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan militer Filipina hanya mencapai seperempat dari rencananya untuk memastikan kemampuan pertahanan.
Lorenzana mengatakan bahwa meski dengan angkatan laut dengan kapal perang modern, angkatan darat tidak bersenjata lengkap.