Dia dikirim ke Indina, sebuah pos yang cocok karena hubungan keluarganya dan kecintaannya pada berburu harimau dan memelihara babi.
Tidak lama kemudian Digby melihat beberapa aksi nyata dan dia meminta dipindahkan ke angkatan udara yang bertempur di Eropa selama Perang Dunia II.
Dia lalu memimpin Kompi dari Batalyon ke-2 Resimen Parasut yang baru dibentuk.
Kompi ini terlibat dalam Operasi Market Garden yang naas, operasi udara terbesar dalam sejarah.
Tujuan misi adalah merebut banyak jembatan yang secara strategis penting di Belanda, yang memungkinkan Sekutu berpijak di atas Sungai Rhine dan melewati garis pertahanan Jerman yang dikenal sebagai Garis Siegfried.
Jika berhasil, harapannya adalah operasi tersebut dapat mengakhiri perang pada Natal 1944.
Selama pelatihan untuk operasi tersebut, Digby yang berusia 27 tahun mendapatkan reputasi sebagai komandan yang inovatif dan agresif, dengan kepala yang dingin dan selera humor yang masam.
Reputasinya semakin meningkat setelah dia berhasil mendapatkan pesawat Dakota Amerika dan menerbangkan semua pasukannya dari pangkalan mereka di Lincolnshire ke Ritz di London.
Tidak takut dengan hal yang tidak lazim, Digby melatih anak buahnya menggunakan terompet, instrumen yang biasa digunakan Inggris selama Perang Napoleon di abad sebelumnya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR