Pada 1950-an, Zygmunt melacak mereka dan menyerahkan buku harian itu. Baik Maria maupun Elizabeth tidak tahan membaca kata-kata Renia. Sebaliknya, buku harian itu dikunci di brankas.
Buku harian itu tidak akan dibaca selama beberapa dekade sampai putri Elizabeth, Alexandra, mengambilnya dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris.
Buku Harian Renia mengambil tempat yang selayaknya di samping buku harian Anne Frank sebagai sastra klasik Holocaust.
Tujuh puluh tujuh tahun setelah kematiannya yang tragis, kisah Renia yang menakjubkan akhirnya bisa diceritakan.
Gadis itu mungkin sudah lama pergi, tapi ceritanya akan terus hidup selamanya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR