Advertorial

Menterengnya Militer Uni Soviet Dahulu Kala, Pernah Punya Rudal Jelajah yang Sampai Dapat Sebutan 'Monster Perang Dingin', Ke Mana Jejaknya Sekarang?

May N

Editor

Intisari-online.com -Mengingat sejarah militer dunia, salah satu negara yang cukup mengesankan adalah Uni Soviet.

Negara sosialis yang pernah dipimpin oleh sosok diktator tersebut terkenal memiliki persenjataan dengan teknologi yang canggih.

Sampai saat ini, menonton berbagai film yang menunjukkan teknologi militer era Soviet sangatlah memuaskan.

Lebih-lebih jika film itu tunjukkan teknologi militer era Soviet yang baru saja terkuak.

Baca Juga: 3 Senjata Uni Soviet yang Ditakuti Nazi, Salah Satunya Jet ‘Si Bungkuk’!

Biasanya sistem senjata yang terlibat memang terbilang hebat, atau tunjukkan tantangan yang saat itu memang ada.

Salah satu film militer Uni Soviet yang banyak menyita perhatian adalah film tahun 1959 mengenai rudal jelajah Burya.

Ada satu fakta mengapa senjata era Soviet di Perang Dingin sangatlah menarik, pasalnya senjata-senjata itu sepenuhnya dirahasiakan oleh Soviet, atau oleh Rusia di saat ini.

Jadinya negara Barat sangatlah tertarik mengetahui keunggulan lawan waktu itu, bahkan walaupun perang itu telah lama usai.

Baca Juga: Meski Baru Merdeka Pantas Indonesia Langsung Berbahaya, Lihat Saja Menterengnya Senjata Militer Angkatan Laut Indonesia Pada Era Soekarno Ini

Hingga kemudian setelah berakhirnya Perang Dingin, senjata bernama Lavochkin Burya masih saja diteliti sampai saat ini.

Mengutip The Drive, film mengenai rudal Burya ini sudah diunggah di YouTube dalam dua bagian.

Burya, yang berarti Petir di bahasa Rusia, memulai kiprahnya saat Uni Soviet sangat-sangat fokus dalam perkembangan rudal balistik.

Uni Soviet kala itu memiliki tujuan untuk mengantarkan hulu ledak nuklir kepada lawan mereka, sehingga rudal balistik jadi pilihan pertama.

Pertengahan tahun 1956, militer Uni Soviet telah memperkenalkan R-5M dalam militer mereka, yang dikenal oleh NATO sebagai SS-3 Shyster.

R-5M adalah rudal nuklir pertama Uni Soviet.

Baca Juga: ‘Penyihir Malam’, Ditakuti Bahkan Diberi Hadiah yang Bisa Menjatuhkannya, Inilah Cara Pasukan Terbang Wanita Uni Soviet Bertarung Melawan Jerman

Namun sayang, walau sudah memiliki jangkauan serang sampai 750 mil, rudal ini masih tidak mampu menyerang target-target utama, termasuk pangkalan pengebom Angkatan Udara AS di Inggris atau di Laut Pasifik.

Industri Soviet kala itu ditugaskan mengembangkan rudal balistik mengikuti jejak R-5M yang lebih canggih dan lebih mematikan.

Tentunya di tahun itu, tantangan ini sulit, dengan hampir tidak ada mesin yang kuat dan bisa diandalkan, serta teknologi menciptakan rudal balistik multifungsi saat itu belum ada.

Sampai saat itu, Soviet kemudian curahkan perhatian dengan apa yang sedang terjadi di Amerika Serikat.

Baca Juga: Jadi Dampak Paling Tidak Terduga Atas Perang Dunia Kedua, Perang Korea 'Yang Terlupakan' Justru Tidak Pernah Selesai, Ini Sejarahnya

AS kala itu tidak sepenuhnya tertarik dengan rudal balistik kala itu dan memilih mengembangkan pengebom manusia dan rudal jelajah strategis.

AS kemudian mengembangkan SM-64 Navaho, rudal Mach-3 berkekuatan nuklir dengan sumber energi ramjet yang dijanjika mampu menyerang target Soviet setelah diluncurkan dari pangkalan militer di Continental, AS.

AS pilih mengembangkan rudal jelajah karena bisa terbang seperti pesawat biasa dan hanya perlu roket kecil untuk mengirimkannya.

Baca Juga: Sanggup Luluh Lantakkan Pangkalan Angkatan Laut Dalam Sekejab Mata, Inilah ProyekKapal Selam Nuklir Tercanggih Rusia, Siap Beroperasi Akhir Tahun Ini

Konsep Navaho menarik dan biro desain Korolev di Soviet rupanya telah mulai membangun desain yang mirip sebagai cadangan proyek rudal balistik mereka.

Tahun 1953, Korolev ditugaskan untuk fokus pada rudal balistik, dan desain rudal jelajah ramjetnya diberikan kepada biro desain aviasi saingannya, Lavochkin dan Myasishchev.

Keputusan ini membuat Sergei Korolev sendiri bersaing tak hanya dengan yang sudah dibangun AS tapi juga pengembang di negaranya sendiri.

Ia kemudian menggandakan upayanya dalam membangun rudal balistik antarbenua (ICBM).

Sementara itu proyek rudal jelajah yang dipegang Lavochkin dan Myasishchev justru mengalami kesulitan.

Baca Juga: Tak Cukup Punya Senjata Mematikan yang Bisa Ratakan Satu Negara, Rupanya Rusia Kembali Siapkan Senjata yang Sanggup Hanguskan Setengah Isi Dunia, Intip Betapa Sangarnya Senjata Itu

Konsep itu sulit dipakai, contohnya propolsi ramjet sulit dikuasai dan memproduksi komponen yang bisa menahan panas saat alami gesekan waktu terbang dengan kecepatan tinggi juga sulit.

Pertimbangan akhirnya jatuh dengan menggunakan titanium sebagai kerangka senjata ini.

Bahkan rudal Myasishchev, RSS-40 Buran kemudian dibatalkan tanpa satupun rudal selesai, sementara di AS, proyek Navaho juga mulai ditinggalkan pada Juli 1957.

Meski begitu AS tetap menggunakan rudal di tahun itu yaitu AGM-28 Hound Dog.

Lavochkin tetap lanjutkan mengerjakan Burya, yang sudah mendapatkan nama V-350.

Baca Juga: Meski Kelihatannya Kecil Rudal Rusia Ini Konon Bisa Membuat Kota Terbesar di Amerika 'Hilang Dari Peta' Hanya Dalam Berapa Detik Saja, Intip Betapa Sangarnya Senjata Ini

Rudal sepanjang 60 kaki ini akhirnya pada 1 Agustus 1957 sudah berhasil diproduksi beberapa contoh dan melakukan uji kelaikan pada 15 Desember 1957, tapi tes tersebut gagal.

Burya terbang dengan posisi vertikal, sebelum meluncurkan landasan peluncuran statisnya di bawah kekuatan sepasang roket pendorong bahan bakar cair, sebelum mesin ramjet mengambil alih dan mendorong kendaraan itu sampai kecepatan maksimum.

Soviet segera memperbaikinya, di antara tahun 1957 dan 1960 ada total 19 peluncuran uji coba, dan 14 di antaranya berhasil, bahkan satu tes pada Maret 1960 melihat rudal uji Burya menempuh jarak 4000 mil sebelum mencapai target, akurasi dalam jarak 6 mil menggunakan sistem panduan navigasi astrona.

Tingkat akurasi ini terbilang baik mengingat rudal produksi akan dipersenjatai dengan hulu ledak termonuklir.

Baca Juga: Bocorkan Rahasia yang Jadi Senjata Andalan Rusia Lumpuhkan Barat, Pakar Rudal Hipersonik Ini Ditangkap dengan Tuduhan Pengkhianatan

Namun saat itu Burya tetap kalah dengan ICBM Soviet, dan desain Korolev yaitu R-7 yang kemudian dipilih.

R-7 juga merupakan bentuk awal dari rudal yang meluncurkan Sputnik 1, satelit buatan pertama di dunia.

Menariknya, intelijen Barat sama sekali gagal mengenali rudal Burya, meskipun masih baur apakah mereka memang tidak mengenali Burya, tapi Barat dilaporkan tidak memiliki sebutan untuk rudal tersebut.

Kini, rudal ini menjadi dasar utama pengembangan Burevestnik 9M730 yang dikenal mematikan.

Baca Juga: Satelit Rusia Tangkap Ledakan Cahaya Misterius di Atmosfer Bumi, Peneliti: Aneh dan Belum Bisa Dipahami

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait