Advertorial
Intisari-online.com -Kemarin Presiden Rusia Vladimir Putin berulang tahun di usia ke-68.
Tidak tanggung-tanggung, militer Rusia pun merayakan ulang tahun pimpinan tertinggi mereka.
Namun perayaan yang dilakukan sedikit lain daripada perayaan ulang tahun Presiden biasanya.
Mengutip nzherald.co.nz, militer Rusia rayakan dengan lakukan peluncuran rudal hipersonik!
Rudal Tsirkon adalah rudal tersebut.
Disebut-sebut rudal itu memiliki kecepatan 8 kali kecepatan suara (340 m/s).
Itu berarti kecepatan rudal tersebut adalah 2720 meter per detiknya.
Jika dihitung lagi, kecepatan rudal tersebut berarti sebesar 450 km per 4 setengah menit.
Rudal Tsirkon diluncurkan dari sebuah kapal di Laut Putih, barat laut Rusia.
Hal itu disampaikan oleh Staff Jenderal, Jenderal Valery Gerasimov.
Canggihnya lagi, rudal itu berhasil capai targetnya di Laut Barents.
Tsirkon atau Zircon, diluncurkan dari kapal Laksamana Goshkov.
Keinginan Putin perkuat militer Rusia di Antartika
Putin sangat membanggakan senjata rudal hipersonik yang dimiliki Rusia.
Hal ini sangat berkebalikan dengan status Rusia saat Perang Dingin.
Kala itu, Moskow tertinggal dengan teknologi AS terutama untuk teknologi militer.
Putin juga sangat membanggakan tes rudal tersebut.
Bahkan ungkapan kebanggaannya disiarkan di televisi.
"Ini merupakan acara besar tidak hanya untuk militer tapi juga untuk seluruh Rusia, untuk seluruh negara."
Sebelumnya, Putin berargumen jika Rusia harus mengembangkan senjata baru.
Gunanya untuk merespon perkembangan pertahanan rudal AS yang mengancam keunggulan nuklir Rusia.
Kecepatan rudal Tsirkon disebut Gerasimov lebihi kecepatan rudal Mach 8.
Ia tambahkan jika pengujian rudal seperti ini akan dilanjutkan.
Serta, kapal perang dan kapal selam Rusia akan dilengkapi dengan rudal ini jika pengujiannya telah selesai.
Rusia dilaporkan telah laksanakan tes peluncuran rudal secara sukses dari kapal perang pertama kali pada Januari.
Namun Gerasimov tidak menyebutkan kapan saja penyelesaian pengujian itu.
Pengujian rudal ini kebetulan sekali dilaksanakan ketika hubungan militer Rusia dan AS dalam kondisi terburuk sejak berakhirnya Perang Dingin.
Washington tahun lalu menarik diri dari perjanjian senjata nuklir.
Hal itu dianggap Rusia sebagai tindak pelanggaran.
Waktunya juga sudah habis untuk Perjanjian Strategi Pengurangan Senjata Baru.
Perjanjian tersebut merupakan perjanjian senjata nuklir besar terakhir antara kedua negara.
Disebut-sebut perjanjian itu akan hangus pada Februari mendatang.
Rusia dan AS telah habiskan berbulan-bulan bernegosiasi memperpanjang perjanjian tersebut.
Sedangkan administrasi Trump bersikeras hanya akan memperbarui perjanjian jika Rusia membuat komitmen tambahan.
Jika perjanjian itu hangus, maka dunia akan hadapi AS dan Rusia sama-sama tidak punya batasan dan larangan untuk kembangkan senjata nuklir.
Hal tersebut merupakan pertama kalinya dalam hampir separuh abad.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini