Penulis
Intisari-online.com - Belakangan dunia dikagetkan dengan kabar soal Donald Trump yang positif terinfeksi Covid-19.
Padahal, sebelumnya orang nomor satu di Amerika itu rutin mengikuti serangkaian agenda pemilu di Amerika.
Bahkan sempat tampil dalam acara debat presiden dengan pesaingnya Joe Biden.
Donald Trump dikabarkan terinfeksi Covid-19 bersama dengan istrinya Melania Trump.
Banyak pemimpin dunia yang mendadak memberikan perhatian pada pemimpin negeri Paman Sam itu termasuk, Kim Jong-Un.
Setelah kabar itu berhembus dan diumukan pada 2 Oktober 2020 lalu.
Menurut Daily Mail, Donald Trump dan istrinya Melania Trump kemudian dijemput helikopter untuk dibawa ke rumah sakit dan menerima perawatan medis.
Presiden Donald Trump menaiki helikopter ke Rumah Sakit Angkatan Darat Walter Reed di Maryland.
Dalam perjalanan itu, ada sesuatu yang cukup menarik perhatian namun hanya sedikit orang menyadarinya atau menyorotnya.
Bentar tersebut adalah sebuah tas hitam misterius yang terlihat ditenteng oleh asisten Trump.
Tas hitam misterius itu konon bukan benda sembarangan, karena isinya konon senjata pemusnah massal.
Gambar itu terekam menunjukkan seorang asisten menentengnya, setelah helikopter mendarat di rumah sakit tersebut.
Menurut sebuah laporan benda misterius itu adalah 'koper nuklir' yang juga disebut sebagai bola nuklir.
Adalah koper titanium tahan lama dengan berat 18 kg, ukurannya 45x35x25cm dengan kunci kriptografi.
Koper itu konon dipegang oleh lima orang pembantu militer Presiden AS.
Isinya adalah suatu benda yang mampu mengendalikan nuklir AS dalam keadaan darurat, dan sanggup menghancurkan sebuah negara.
Tas nuklir itu telah menjadi benda tak terpisahkan, bagi Presiden Amerika sejak masa Presiden John F Kennedy tahun 1962.
Setelah krisis rudal Kuba, ada total 3 koper nuklir yang dipegang presiden dan wakil presiden di Gedung Putih.
Namun menusut Smitsoniamag, berlawanan dengan kepercayaan populer,tas itu sebenarnya tidak mengandung tombol merah besar untuk melancarkan perang nuklir.
Tujuan utamanya adalah untuk mengkonfirmasi identitas presiden, dan memungkinkan dia untuk berkomunikasi dengan Pusat Komando Militer Nasional di Pentagon, yang memantau ancaman nuklir di seluruh dunia dan dapat memerintahkan tanggapan instan.
Tas itujuga menyediakan menu pilihan serangan nuklirbagi panglima tertinggi yang disederhanakan memungkinkan dia untuk memutuskan suatu tindakan.
Msalnya apakah akan menghancurkan semua musuh Amerika dalam satu gerakan atau membatasi dirinya untuk hanya melenyapkan Moskow, Pyongyang atau Beijing.
Meskipun asal-usulnya tetap dirahasiakan, tas itu dapat ditelusuri kembali ke krisis rudal Kuba 1962.
Secara pribadi, John F. Kennedy percaya bahwa senjata nuklir, seperti yang dikatakannya, "hanya untuk mencegah".
JFK memerintahkan agar senjata nuklir dipasang kunci dan meminta alternatif dari rencana perang nuklir “semua atau tidak sama sekali”.
Memo Kennedy yang tidak diklasifikasikan mendokumentasikan kekhawatiran yang mengarah pada penemuan tas itu sebagai sistem untuk memverifikasi identitas panglima tertinggi.