Advertorial
Intisari-online.com - Menurut National Interest, Uni Soviet yang kini bernama Rusia memang selalu perkasa di kedalaman lautan.
Oleh sebab itu bukan mustahil jika negeri beruang itu, memiliki senjata paling menakutkan di bawah lautan.
Kapal selam kelas Akula, (Typhoon dalam NATO) merupakan salah satu senjata paling ditakuti dunia.
Akula, artinya adalah hiu dalam bahasa Rusia, dirancang sejak zaman Uni Soviet, sebagai penangkal nuklir AS di kedalaman laut.
Selama Perang Dingin Soviet terus gelisah, ketika Angkatan Laut Amerika, menggunakan kapal kelas Ohio dengan rudal balistiknya.
Kapal Selam Ohio memiliki panjang 171 meter, dan mampu membawa 24 rudal antarbenua Trident, setara dengan 192 hulu ledak nuklir.
Pimpinan Soviet yang merasa resah dengan kekuatan AS merasa membutuhkan kapal selam yang mampu menandingi Ohio milik Amerika.
Dengan kapasitas setara bahkan lebih unggul, sehingga lahirlah kapal selam kelas Akula.
Kapal selam Akula dirancang untuk beroperasi di dekat Kutub Utara, tempat pertahanan angkatan laut dan udara Soviet yang kuat.
Alhasil, Akula memiliki lambung yang diperkuat khusus yang mampu menembus es tebal di Kutub Utara.
Kapal selam memiliki kompartemen air ekstra untuk membantu mengapung di permukaan laut yang membeku, dan dua baling-baling dilengkapi dengan jaring pelindung untuk menghindari tabrakan dengan gunung es.
Sebagaikapal selam modern, dilengkapi rudal antarbenua jarak jauh R-39 Rif, yang dapat menyerang di mana saja di benua Amerika dari Kutub Utara.
R-39 (NATO sebutan SS-NX-20) adalah rudal balistik 3 tahap, panjang 17 meter dan berat 84 ton, jangkauan maksimum 8296 km.
Perang Dingin adalah perlombaan senjata yang besar dan jumlah hulu ledak nuklir juga sangat penting.
Akula hanya dapat membawa 20 rudal dibandingkan dengan 24 rudal dari kapal selam kelas Ohio.
Oleh karena itu, setiap rudal Soviet perlu memasukkan lebih banyak hulu ledak nuklir daripada Trident C-4 AS.
Rudal R-39 berisi hingga 10 hulu ledak 100 kiloton. Setiap hulu ledak dapat diprogram untuk menargetkan, sementara rudal menghancurkan 10 target berbeda.
Kekuatan nuklir ini diperkirakan 6 kali lebih kuat dari bom atom yang dijatuhkan di Jepang, cukup untuk menghancurkan sebuah negara ini.
Selain itu,setiap kapal selam Akula memiliki 200 hulu ledak nuklir, delapan lebih banyak dari kapal selam AS.
Kapal selam kelas Akula memiliki panjang yang hampir sama dengan kelas Ohio Amerika, tetapi lebarnya mencapai 22,5 meter, sehingga bobot totalnya menjadi 48.000 ton.
10 peluncur roket yang dipasang di setiap sisi membuat bentuk Akula sedikit berbeda dari kapal selam lainnya.
Kapal tersebut dapat mencapai kecepatan tertinggi 22 knot saat mengapung, dan 27 knot saat menyelam ke dasar laut berkat dua reaktor nuklir OKB-650, hingga 100.000 tenaga kuda.
Uni Soviet awalnya ingin membangun delapan kapal selam kelas Akula, tetapi pada akhirnya hanya enam yang diluncurkan.
Setelah Perang Dingin, keenam kapal selam berada di layanan angkatan laut Rusia.
Karena masalah biaya, Rusia membongkar tiga kapal selam kelas Akula, salah satunya diimplementasikan dengan bantuan keuangan AS.
Dua kapal selam lainnya merupakan bagian dari pasukan cadangan Armada Utara dan dapat dihidupkan kembali jika perlu.
Saat ini hanya ada satu Dmitriy Donskoy kelas Akula yang beroperasi. Donskoy sering digunakan untuk menguji rudal balistik Bulava 3M14.
Proyek uji rudal balistik yang hampir selesai juga berarti kapal selam super terbesar di dunia akan segera berhenti berfungsi karena tanggal kedaluwarsanya.
Biaya upgrade juga terlalu mahal, Rusia memperkirakan jumlah yang dibutuhkan untuk memodernisasi kapal selam Akula setara dengan membangun dua kapal selam kelas Borei baru.
Keberadaan kapal selam Akula memang belum banyak diketahui karena jarang meninggalkan wilayah lepas perairan Rusia.
Saat ini, Rusia fokus membangun 10 kapal selam kelas Borei baru dan telah membangun 3 kapal kelas ini.
Dengan desain yang mirip dengan miniatur kapal selam super Akula, biaya konstruksi dan perawatan Borei juga jauh lebih murah.