Intisari-Online.com - Semakin lama, semakin banyak negara yang mengakui eksistensi Israel dengan menjalin hubungan diplomatik yang dulu dianggap mustahil karena perlakuan Israel terhadap Palestina.
Administrasi Trump menjadi perantara normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara tetangganya.
Administrasi Trump terus berupaya untuk membawa lebih banyak negara Arab dan Muslim ke dalam Perjanjian Abraham.
Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko telah menyetujui normalisasi dengan Israel.
Kemudian menyusul normalisasi dengan Maroko yang diumumkan pada hari Jumat lalu.
Setelah Maroko,Bhutan pun setuju untuk menjalin hubungan dengan Israel di luar kerangka perjanjian.
Setelah pengumuman normalisasi hubungan dengan Bhutan,pada Sabtu malamPerdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel "berhubungan dengan negara-negara lain yang ingin bergabung dan menjalin hubungan dengan kami."
Wakil Presiden AS Mike Pence berencana mengunjungi Israel pada Januari, seperti yang pertama kali dilaporkan oleh The Jerusalem Post pekan lalu, Menteri Kerjasama Regional Ofir Akunis (Likud) mengatakan kepada Radio Angkatan Darat pada hari Minggu.
Selama waktu itu, Pence mungkin mengumumkan bahwa negara lain akan menjalin hubungan dengan Israel, tambahnya.
Lalu, kira-kira negara mana lagi yang akan menjalin hubungan dengan Israel?
Melansir The Jerusalem Post, Minggu (14/12/2020), sumber diplomatik mengatakan pada Minggu bahwa Oman dan Indonesia bisa jadi sejalan untuk membangun hubungan diplomatik dengan Israel dalam beberapa minggu mendatang.
Sumber diplomatik mengidentifikasi Oman dan Indonesia sebagai dua negara yang pembicaraannya telah maju dan normalisasi dapat diumumkan sebelum Presiden AS Donald Trump meninggalkan kantor pada 20 Januari.
Menteri Intelijen Eli Cohen juga menyebut Indonesia dalam wawancara Radio Angkatan Darat.
Namun, Kementerian Luar Negeri Indonesia membantah upaya semacam itu dan menegaskan kembali dukungannya untuk kenegaraan Palestina, CNN Indonesia melaporkan.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien mengatakan lebih banyak kesepakatan normalisasi Israel-Arab sedang dalam proses, ketika dia bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu di Yerusalem.
"Momentumnya sekarang berada di sisi para pembuat perdamaian," kata O'Brien, menambahkan bahwa, "orang lain akan mengikuti karena cara perdamaian jauh lebih baik daripada cara yang ditawarkan oleh teroris ... dan ulama radikal."
“Kesepakatan damai menjadi acara biasa,” canda O'Brien.
“Bangsa-bangsa di kawasan ini mengesampingkan gagasan lama dan keluhan lama serta merangkul masa depan yang lebih baik,” kata O'Brien. “Mereka merangkul masa depan yang lebih baik berdasarkan tujuan bersama dan minat bersama,” tambahnya.
O'Brien mencatat bahwa perjanjian normalisasi dengan Maroko sangat istimewa karena begitu banyak orang Israel "menelusuri nenek moyang mereka melalui Maroko, sebesar kesepakatan lain ini, ini adalah kesepakatan khusus."
Netanyahu berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump dan timnya atas pekerjaan yang telah mereka lakukan untuk mewujudkan kesepakatan tersebut.
Dia bercanda bahwa sehubungan dengan empat kesepakatan dengan UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko, “Orang Israel sekarang dihadapkan pada dilema besar. Ke mana harus pergi? Dubai atau Maroko? Abu Dhabi atau Maroko?"
Kemudian Netanyahu melanjutkan, "Saya yakin kami akan menyelesaikan yang satu itu. Kami akan pergi ke keduanya."
Pada hari Jumat, Oman menyambut baik pengumuman hubungan antara Israel dan Maroko.
Mereka kemudian mengungkapkan harapan bahwa mereka "akan lebih berupaya untuk mencapai perdamaian yang komprehensif, adil dan abadi di Timur Tengah."
Netanyahu mengunjungi Oman pada 2018 dan bertemu dengan pemimpinnya saat itu, mendiang Sultan Qaboos.
Israel memiliki hubungan perdagangan tidak resmi dengan Oman pada 1994-2000, dan negara-negara tersebut bekerja sama dalam menentang agresi Iran.
Sementara itu, Israel dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik formal, tetapi bekerja sama dalam perdagangan dan pariwisata.
Indonesia membeli senjata dari Israel pada 1970-an dan 1980-an, dan tentara Indonesia telah berlatih di Israel.
Pada 1993, Perdana Menteri Yitzhak Rabin bertemu dengan presiden Indonesia Soeharto di Jakarta.
Bertentangan dengan laporan media Ibrani, sumber diplomatik mengatakan normalisasi dengan Arab Saudi tidak mungkin dilakukan sebelum Presiden terpilih AS Joe Biden memasuki kantor, meskipun Saudi telah memberikan persetujuan diam-diam ke bagian lain dari Perjanjian Abraham.