Advertorial
Intisari-Online.com - Pangeran Arab Saudi, Turki bin Faisal Al Saud melontarkan kritik tajam pada Israel di KTT Bahrain.
Di acara itu hadir pula Menteri Luar Negeri Israel secara daring.
Kritik pedas ini menunjukkan tantangan normalisasi negara Arab dengan Israel tanpa adanya Palestina yang merdeka.
Ucapan berapi-api yang dilontarkan Pangeran Turki bin Faisal di Manama Dialogue, tampaknya membuat Menlu Israel lengah.
Sebab sebelumnya, dia mendapat sambutan hangat dari pejabat Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) terkait normalisasi hubungan keduanya.
Sayangnya kesepakatan normalisasi hubungan itu tidak melibatkan konflik Israel-Palestina yang telah berjalan puluhan tahun.
Orang Palestina memandang pakta itu sebagai tikaman di belakang dari sesama orang Arab dan pengkhianatan atas perjuangan mereka.
Pangeran Turki bin Faisal membuka pidatonya dengan membandingkan apa yang dia gambarkan sebagai persepsi Israel sebagai 'penegak prinsip moral yang tinggi yang cinta damai'.
Dibandingkan dengan realitanya, yakni Palestina yang hidup di bawah kekuatan 'penjajahan Barat'.
"(Israel) telah memenjarakan (orang-orang Palestina) di kamp-kamp konsentrasi di bawah tuduhan keamanan yang paling tipis, tua dan muda, wanita dan pria, yang membusuk di sana tanpa meminta keadilan," kata Pangeran Turki, dikutip dari Al Jazeera.
"Mereka menghancurkan rumah sesuka mereka dan mereka membunuh siapa pun yang mereka inginkan."
Pangeran juga mengkritik persenjataan senjata nuklir Israel yang tidak dideklarasikan.
"(Pemerintah Israel) melepaskan antek politik mereka dan outlet media mereka dari negara lain untuk merendahkan dan menjelekkan Arab Saudi."
Secara gamblang, Pangeran Turki menuduh Israel menggambarkan dirinya sendiri sebagai "negara kecil yang terancam eksistensial, dikelilingi oleh pembunuh haus darah yang ingin membasmi keberadaannya."
"Namun mereka mengaku ingin berteman dengan Arab Saudi," katanya.
Pangeran menegaskan kembali posisi Kerajaan Saudi bahwa perdamaian semua negara Arab dengan Israel, bisa terjadi jika Palestina mendapatkan kedaulatan dari wilayahnya yang direbut Israel pada 1967.
"Saya ingin mengungkapkan penyesalan saya atas komentar perwakilan Saudi. Saya tidak percaya bahwa mereka mencerminkan semangat dan perubahan yang terjadi di Timur Tengah," kata Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi, setelah Pangeran Turki selesai berpidato.
Konfrontasi antara Pangeran Turki dan orang kepercayaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selama KTT tersebut, menyoroti penentangan yang meluas terhadap Israel oleh banyak orang di Arab Saudi.
Walaupun beberapa pihak terus menggemakan perbaikan hubungan dengan Israel.
Ashkenazi menegaskan kembali posisi Israel dengan mengatakan Palestina yang harus disalahkan karena tidak mencapai kesepakatan damai.
"Kami memiliki pilihan di sini bersama Palestina apakah akan menyelesaikannya atau tidak, atau melakukan permainan menyalahkan ini," kata Ashkenazi.
Pangeran Turki memimpin intelijen Saudi selama lebih dari 20 tahun.
Dia juga pernah menjabat sebagai duta besar untuk Amerika Serikat dan Inggris.
Meskipun kini Pangeran tidak memegang posisi resmi, pendiriannya dipandang sangat mirip dengan Raja Salman.
Sayangnya, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman diam-diam nampak condong ke Israel untuk melawan Iran bersama dan meningkatkan investasi asing di Arab Saudi.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pangeran Saudi Kritik Pedas Israel atas Palestina: Mereka Hancurkan Rumah & Bunuh yang Diinginkan