Banyak teman Arabnya di seluruh Irak dan negara lain mengkritik upayanya, mengatakan negara Kurdi akan membentuk "Israel kedua di Timur Tengah".
Sekarang, Rashad yang berusia (35 tahun) melihat gelombang "normalisasi" sebagai sesuatu yang menyakitkan.
"Itu murni kemunafikan," kata Rashad kepada AFP.
Meski begitu, dia berharap hal itu bisa membawa stabilitas ke Timur Tengah, wilayah yang terkoyak oleh konflik selama beberapa dekade.
"Selain itu, sebagai orang Kurdi, itu memberi saya harapan ketika saya melihat negara baru dikenalkan atau lahir," kata Rashad.
"Itu membuat kami merasa berharap bahwa suatu hari Kurdi akan memiliki negara bagian mereka sendiri," imbuhnya.
Hari-hari terbaik di masa lalu
Kurdistan Irak sudah ditetapkan sebagai wilayah otonom, memiliki pasukan keamanan sendiri dan mengelola perbatasan daratnya sendiri dengan tetangganya Iran, Turki dan Suriah.
Baca Juga: Temui Druze Israel, Kelompok Etnis Unik Sejak Abad ke-11 yang Masih Eksis
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR