Pada Juni 2016, Presiden Joko Widodo mengunjungi Kepulauan Natuna dan mengadakan rapat Kabinet di atas kapal perang untuk menunjukkan tekad Indonesia dalam menjaga kedaulatannya.
Penguatan yang lebih nyata dari kehadiran Indonesia adalah pembukaan pangkalan militer tiga layanan penuh di Natuna pada Desember 2018.
Masalah lebih lanjut, seperti perlakuan buruk terhadap Muslim Uighur di provinsi Xinjiang, menambah hubungan yang tajam.
India tetap tidak nyaman dengan meningkatnya jejak angkatan laut China di Samudera Hindia, sebuah wilayah yang dianggap New Delhi sebagai zona pengaruhnya.
Sengketa perbatasan darat Sino-India, yang terwujud dalam bentrokan Lembah Galwan pada Juni 2020, telah menimbulkan sentimen anti-China yang sangat kuat di India.
Ini berdampak buruk pada hubungan, termasuk di domain maritim.
Klaim sepihak China atas Laut China Selatan mengancam akses India ke mitra dan pasar Asia Timurnya; dengan sekitar 55 persen perdagangan lintas laut India melewati Laut Laut China Selatan, menjaga keamanan dan kebebasan navigasi di wilayah tersebut sangat penting bagi India.
Fasilitas militer China di pulau-pulau buatan di kepulauan Spratly dan Paracel, selanjutnya, menempatkan aset angkatan laut dan udaranya di sekitar Samudra Hindia.
Source | : | futuredirections.org.au |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR