Advertorial
Intisari-online.com -Presiden China Xi Jinping disebut merupakan "arsitek" atas upaya negaranya menembus perbatasan dengan India di Ladakh.
Namun berdasarkan opini dari pengacara dan komentator Gordon G Chang, upaya itu gagal.
Membuat pamor Xi dalam mengintimidasi lawannya diyakini mulai berkurang.
Dalam komentar yang ditulisnya di Newsweek, Chang menyebut Xi mempertaruhkan reputasinya melalui upaya tentara China menembus Garis Kontral Aktual (LAC).
Chang menyatakan, Xi Jinping merupakan "arsitek" langkah agresif itu, yang kemudian berakhir dengan usaha Beijing yang mengalami kegagalan.
Menurutnya, ketidakberhasilan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menembus Ladakh bisa memberikan Xi peluang mengganti pucuk pimpinan militer dengan sekutunya.
Meski begitu, Chang menduga Presiden China berusia 67 tahun itu masih berambisi menembus posisi India yang berlokasi di Himaalaya.
Dua negara mengalami gesekan paling serius pada Juni lalu, ketika tentara mereka terlibat adu jotos dan juga diduga menggunakan pemukul.
Dilansir Hindustan Times Selasa (15/9/2020), New Delhi menyatakan bahwa 20 tentara mereka yang di perbatasan menjadi korban tewas.
Sementara Beijing, meski mengklaim bahwa prajurit mereka juga menjadi korban dalam insiden tersebut, mereka tidak menyebutkan jumlahnya.
Cleo Paskal dari Foundation for Defense of Democracies menduga, jumlah tentara yang tewas atau terluka bisa menembus 60 orang.
Sejak saat itu, dua negara yang berbatasan di kawasan Lembah Galwan itu saling menuding sudah melanggar batas di Garis Kontral Aktual.
Chang dalam opininya menjelaskan, upaya "Negeri Panda" membalas India tidak efektif.
Ditandai dengan tiga area di Ladakh yang masih dikuasai Delhi.
"India sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada penjajah untuk berkembang.
"Mereka saling menuduh sudah melanggar perjanjian dengan menembakkan tembakan peringatan," tulisnya.
Hanya saja menurut kacamata Chang, yang membuat China terkejut adalah "Negeri Bollywood" menunjukkan keberanian yang selama ini tak diketahui.
"Permainan sudah berubah. Anda bisa mengatakan India lebih agresif dalam bertahan. Namun faktanya mereka lebih baik dan lebih berani," kata dia.
Jayadeva Ranade, mantan pejabat senior intelijen di Delhi berujar, Xi Jinping kini membutuhkan "kemenangan" setelah upayanya gagal.
Ranade yang kini menjadi Kepala Centre for China Analysis and Strategy itu berkata, ambisi itu bisa jadi bakal memunculkan konflik di Ladakh.
"Para pemimpin PLA tidak mempunyai banyak pilihan, selain menggelar serangan militer agar tidak menjadi korban teror internal Xi," paparnya.
Sementara Richard Fisher dari International Assessment and Strategy Center mengatakan, konflik bisa menjadi ajang pembuktian persiapan dua negara selama 30 tahun.
Menurut Fisher, yang bisa dipelajari adalah presiden sejak 2013 tersebut menginginkan kemenangan, dan PLA harus bisa mencapai level yang dibutuhkan.
Lebih lanjut, Chang menuturkan sebagai pemimpin, Xi memang mempunyai kemampuan bagus dalam membilisasi politik bagi angkatan bersenjatanya.
Selain itu, dia juga piawai dalam melancarkan intimidasi ke negara lain.
Namun, saat ini dia masih belum menunjukkan seperti kemampuan tempur pasukannya.
Karena itu, Chang menuturkan kini Xi Jinping diharuskan melakukan pembuktian demi mengamankan citranya sebagai soosk pemimpin tak terkalahkan.
"Dia nampaknya bertekad memantapkan posisinya dengan berupaya menggedor posisi India," ujar Chang dalam tulisannya di Newsweek.
(Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Presiden Xi Jinping Disebut "Arsitek" Upaya China Menembus Perbatasan dengan India"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini