Korea Utara Dirundung Bencana Alam, Kim Jong-un Tebar Ancaman untuk Pejabat Lokal yang Gagal Melindungi Warganya, Ini yang akan Dilakukannya

Khaerunisa

Editor

Kim Jong-un
Kim Jong-un

Intisari-Online.com - Korea Utara tengah menghadapi rentetan bencana alam yang membuat negara yang dipimpin Kim Jong-un ini kewalahan.

Banjir telah menerjang Korea Utara.

Selain itu, topan juga terjadi di sana.

Namun tak berhenti di situ, ketika Korea Utara belum pulih dari banjir dan topan, terjadi bencana lain.

Baca Juga: Infrastrukturnya Buruk, Korea Utara Kewalahan Hadapi Serangan Badai, 12.000 Elite Partai Diutus Kim Jong-un untuk Bantu Pemulihan

Topan Maysak membawa hujan lebat selama berhari-hari ke pantai timur negara itu awal pekan ini.

Kim Jong-un pun memerintahkan 12.000 anggota elite partai yang berbasis di Pyongyang, untuk membantu pemulihan 2 desa yang hancur diterjang badai.

Media pemerintah Korut KCNA melaporkannya pada Minggu (6/9/2020) sebagaimana dilansir kantor berita AFP.

Tak hanya itu, Kim Jong-un pun menebar ancaman untuk para pejabat lokal yang gagal melindungi warganya dari bencana.

Baca Juga: Covid Hari Ini 6 September 2020: Kabar Baik di Tengah Bertambahnya Kasus Covid-19 di Indonesia, Pasien Sembuh Bertambah 2.174 Orang!

Hukuman berat disebut menanti para pejabat itu.

Peringatan itu dilaporkan oleh surat kabar milik Partai buruh Korea Utara sebagaimana diwartakan The Japan Times, Sabtu (5/9/2020), dikutip dari Kompas.com.

Sejumlah daerah seperti kota pelabuhan Wonsan, Provinsi Kangwon, dilanda banjir dengan jalanan yang terendam air.

Surat kabar Rodong Sinmun pada Sabtu melaporkan bahwa para petinggi Korea Utara telah memutuskan untuk menghukum pejabat kota dan provinsi yang 'tidak bertanggung jawab' karena menyebabkan insiden serius yang menyebabkan puluhan korban.

Baca Juga: Dikenal Miliki Cadangan Minyak Terbesar di Dunia, Ternyata Kuwait Kehabisan Uang Tunai, Tak Bisa Bayar Gaji Negara

Namun, laporan itu tidak menyebutkan atau memerinci berapa banyak korban yang terluka, hilang, atau tewas.

Dalam laporan tersebut, dikatakan bahwa pejabat daerah gagal untuk mengidentifikasi properti yang berisiko secara menyeluruh dan mengevakuasi semua penduduk.

Meski, sambung laporan itu, pejabat daerah telah diperintahkan oleh Partai Buruh Korea yang dipimpin oleh pemimpin Kim Jong Un.

"Keputusan diambil untuk menjatuhkan hukuman berat, administratif, dan hukuman kepada mereka yang bertanggung jawab atas korban tersebut."

Baca Juga: Meski Tak Memiliki Sumber Daya Alam Menggiurkan, Ternyata Bisa Berabe Jika China Kuasai Kutub Utara, Tak Disangka Ini Alasan China Sangat Inginkan Wilayah Es Itu

Sementara itu, seorang pembelot yang kini menjadi peneliti di Korea Selatan, Ahn Chan-il, mengatakan bahwa menghukum pejabat daerah adalah cara bagi peimpin Korea Utara untuk lari dari kesalahan atas jatuhnya korban.

"Mereka mengirimkan pesan bahwa Kim Jong Un tidak pernah melakukan kesalahan.

"Narasinya adalah kesalahan terjadi karena mereka gagal untuk mengikuti perintahnya (Kim Jong Un),” kata Ahn.

Bencana alam memang cenderung berdampak lebih besar di Korea Utara karena infrastrukturnya yang kurang memadai.

Baca Juga: Trik Hemat Listrik dengan Letakkan Selembar Kertas pada Pintu Kulkas, Begini Cara dan Penjelasannya

Negara ini juga rentan terhadap banjir karena banyaknya gunung dan bukit yang telah lama digunduli.

Namun, Topan Maysak tak hanya melanda Korea Utara, namun juga melanda Korea Selatan dan menewaskan sedikitnya dua orang.

Lebih dari 2.200 orang dievakuasi ke tempat penampungan sementara di selatan kota Busan.

Sebelumnya, Sourabh Gupta, dari Institute for China-America Studies, mengklaim bahwa Kim Jong-un sedang berjuang untuk mempertahankan kendali,Express.co.uk(3/9/2020).

Baca Juga: Dua Kali Diciduk Polisi Karena Narkoba, Ini Alasan Reza Artamevia Dulu Lolos dari Jeratan Hukuman Penjara, Bagaimana dengan Kali Ini?

Gupta menjelaskan bahwa pemimpin Korea Utara bisa saja menghilang saat tengah dihadapkan pada kesulitan.

"Para pemimpin di Korea Utara bisa hilang ketika kesulitan sudah dekat. Mereka menurunkan palka dan bunker ke bawah," katanya.

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan berbagai hal mengerikan yang terjadi di Korea Utara, termasuk pandemi Covid-19.

“Ketika ada gelombang pertama COVID-19 pada April di Korea Utara, Kim menghilang begitu saja.

Baca Juga: Tak Cukup Punya 4 Istri, Pria Ini Nekat Perkosa Anak Tirinya, Aksinya Selalu Berjalan Mulus Gara-gara Berikan Ancaman Ini pada Si Anak

"Parlemen Korea Utara pada dasarnya tidak berfungsi dan dia absen untuk jangka waktu yang sangat lama," ujarnya.

Meski Kim Jong-un telah muncul kembali, Gupta meyakini bahwa Korea Utara masih menghadapi krisis karena berbagai hal mengerikan yang terjadi di sana.

Itu disampaikannya menyusul Kim Jong-un yang banyak dikabarkan menghilang,juga beredarnya rumor tentang kesehatannya yang memburuk.

Sementara baru-baru ini, menurut KCNA Kim Jong Un telah meninjau tingkat kerusakan pada Sabtu (5/9/2020) dan mengadakan pertemuan kebijakan tentang upaya bantuan bencana.

Baca Juga: Mimpi Terburuk Asia: Gagal Dilaksanakan Jepang, 'Gerakan 3A' dan 'Asia Timur Raya' Digaungkan Lagi Oleh Tiongkok, Pakar: Kayak Orang Kaya Baru

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini

Artikel Terkait