Advertorial
Intisari-online.com -Mengutip CNN International, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah mengundurkan diri.
Shinzo Abe merupakan PM Jepang dengan masa jabatan paling lama sepanjang sejarah.
"Meski masih ada 1 tahun lagi untuk mendapatkan masa tenor dan masih ada tantangan yang harus diselesaikan, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri," ujar Abe dalam konferensi Pers di Tokyo hari Jumat ini.
Ia juga meminta maaf kepada seluruh warga Jepang karena tidak mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Rupanya, ada penyebab yang tidak bisa diabaikan begitu saja bahkan oleh sosok Shinzo Abe sendiri untuk mundur dari jabatannya.
Kondisi kesehatan Abe saat ini dalam kondisi tidak baik.
Abe menderita kolitis, penyakit radang usus yang tidak dapat disembuhkan.
Penyakit itu juga merupakan faktor pengunduran dirinya yang tiba-tiba sebagai perdana menteri pada 2007 lalu.
Baca Juga: Manfaat Spektakuler Biji Ketumbar dan Begini Cara Mengonsumsinya
Saat itu adalah masa jabatan pertamanya yang ia kerjakan dengan lebihan masa jabatan setahun di kantornya.
Senin kemarin, Abe mengunjungi Rumah Sakit Universitas Keio di Tokyo.
Kunjungan itu merupakan kunjungannya yang kedua dalam seminggu.
"Dalam hampir 8 tahun terakhir aku memeriksa dan mengobati penyakit kronisku.
"Namun tahun ini pada bulan Juni aku lakukan cek-up berkala dan ada tanda sakit parah," ujar Abe.
"Oleh sebab itu aku merasa aku tidak seharusnya melanjutkan pekerjaanku sebagai perdana menteri," ujar Abe.
"Aku perlu berjuang melawan penyakitku ini dan untuk sembuh sepenuhnya."
Dampak pengunduran diri Abe
Pasar saham bereaksi negatif terhadap pengumuman mundurnya sang Perdana Menteri.
Indeks acuan Jepang Nikkei ditutup turun pada angka 1,4% Jumat ini setelah berita itu keluar.
Ini awalnya jatuh lebih dari 2% sebelum menutup kerugian.
Sementara mata uang Yen Jepang langsung naik sebesar 0,3% terhadap dolar AS.
Rekam jejak kepemimpinan Shinzo Abe
Sebelumnya Abe mengundurkan diri di tahun 2007, lalu ia terpilih kembali tahun 2012.
Sejak itu ia menjadi kekuatan dominan dalam politik Jepang, memenangkan pemilihan sampai masa jabatan di 2017 dan keempat pada 2019 meskipun banyak skandal di sekitarnya dan popularitasnya menurun.
Di bawah pemerintahan Abe, partainya Partai Liberal Demokrat juga mendapatkan kesuksesan besar.
Mereka mendapatkan keuntungan mengalahkan musuh mereka Partai Demokrat.
Kedua partai itu awalnya adalah 1 partai tapi kemudian pecah menjadi 2 pada tahun 2017 lalu.
Selanjutnya, Abe tinggalkan partainya untuk diatur parlemen dengan mayoritas menjadi anggota DPR.
Kemenangan ini seharusnya menjamin penerus Abe dari partai yang sama.
Perlu diingat, Jepang tidak menganut sistem presidensial, tetapi pemimpin negara itu dipilih oleh parlemen, sehingga siapapun pemimpin partai Liberal Demokrat selanjutnya, pasti akan mudah menjadi perdana menteri Jepang selanjutnya.
Gebrakan 'Abenomics'
Saat Abe dipilih kembali untuk masa jabatan kedua tahun 2012, Jepang sedang alami kemunduran ekonomi karena puluhan tahun ekonominya stagnan dan tidak tumbuh.
Ia segera meluncurkan eksperimen besar-besaran yang dikenal sebagai "Abenomics".
Baca Juga: Ini Dia Obat Penurun Panas Alami untuk Obati Karena Virus dan Pilek
Eksperimen tersebut melibatkan tiga 'panah' stimulus uang yang banyak, penggunaan dana pemerintahan yang ditingkatkan serta reformasi struktural.
Sekutu dan rekannya menyambut hal ini dengan positif karena hal itu berhasil menyelamatkan ekonomi Jepang dan menumbuhkan kepercayaan diri konsumen dan investor di Jepang.
"Jepang bukan lagi Jepang di masa lalu," ujar Abe pada Januari 2020.
"Kami telah berhasil meruntuhkan tembok kegagalan kami."
Namun meskipun Abenomics sukses besar, dan Jepang tumbuh menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, sistem ekonomi negara matahari terbit itu masih rapuh selama Abe menjabat.
Jepang juga alami resesi yang sangat parah setelah Covid-19 menghantam negara itu.
Kerapuhan ekonomi serta era kepemimpinan Abe disebut-sebut karena tingginya populasi lansia di Jepang.
Lebih dari sepertiga populasi Jepang sekarang berusia lebih dari 65 tahun, dan negara ini mencatat rekor baru rendahnya angka kelahiran di 2019 kemarin.
Penurunan demografi negara tersebut berarti merosotnya pekerja muda yang bisa tumbuh menggerakkan ekonomi, dan masih ada banyak lansia yang memerlukan sistem kesehatan dan dana pensiun yang memadai.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini