Advertorial

Diklaim Sebagai Negara Maju, 10 Negara Termasuk AS, Singapura, sampai Jepang Alami Resesi Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19, Tapi 2 Negara Ini Tidak, Indonesia?

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Pandemi virus corona (Covid-19) ini menyebabkan berbagai negara mengalami masalah.

Salah satu yang paling terasa adalah resesi ekonomi.

Apa itu resesi ekonomi?

Resesi adalah menurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dan berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Baca Juga: Telah Dinyatakan Sembuh dari Covid-19 dan Boleh Pulang ke Rumah, Beberapa PasienMulai Alami Gejala Tak Biasa, Dokter: Itu Karena Berbulan-bulan Terinfeksi Covid-19

Sementara resesi ekonomi terjadi ketika meningkatnya pengangguran hingga produk domestik bruto (PDB)negatif dalamwaktu yang lama.

Hingga pertengahan Agustus 2020, sebanyak 10 negara telah mengalami resei sebagai dampak dari pandemi virus corona.

Sementara, banyak negara yang terancam mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi minus.

Sepuluh negara yang mengalami resesi adalah Jepang, Filipina, AS, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Hong Kong, Inggris, dan Singapura.

Baca Juga: Telah Menikah Selama 5 Bulan, Pria Ini Tak Tahu Istrinya Polwan Gadungan, Ngaku Bisa Luluskan Orang ke Polisi Tanpa Tes Sampai Ditipu Rp204 Juta

Ancaman virus corona memang tak hanya mengintai sistem kesehatan masyarakat, tetapi juga ekonomi global.

Namun, di tengah ancaman resesi itu, ada dua negara yang masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu China dan Vietnam.

China

China mengalami penurunan ekonomi tajam dalam tiga bulan pertama tahun ini selama penguncian akibat virus corona.

Namun, mengutip BBC, 16 Juli 2020, angka yang dirilis pada Juli 2020 menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) China kembali tumbuh selama April hingga Juni.

Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan para ahli dan mengarah ke pemulihan berbentuk V yaitu, penurunan tajam yang diikuti dengan pemulihan yang cepat.

Hal ini juga berarti China menghindari resesi teknis, yang ditandai sebagai dua periode pertumbuhan negatif berturut-turut.

Pertumbuhan kembali itu mengikuti penurunan tajam 6,8 persen pada kuartal pertama tahun ini dan menjadi kontraks terbesar sejak pencatatan PDB kuartalan dimulai.

Pada periode itu, pabrik dan bisnis negara ditutup seiring penguncian ketat yang diterapkan guna mengendalikan Covid-19.

Pemerintah telah melakukan serangkaian tindakan untuk membantu meningkatkan ekonomi, termasuk keringanan pajak.

Pada Mei, China mengumumkan tidak akan menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020 karena menghadapi dampak dari pandemi virus korona.

Ini adalah pertama kalinya Negeri Panda tidak memiliki target sejak 1990 ketika pencatatan dimulai.

Baca Juga: Ribuan Kali Lebih Dahsyat dari Bom Hiroshima, Rekaman Rahasia Rusia Ungkap LedakanNuklir Terbesar yang Pernah Terjadi, Bola Api Sampai Naik ke Atmosfer!

Menurut data statistika nasional, selama enam bulan pertama tahun ini, ekonomi China turun 1,6 persen.

Vietnam

Vietnam menjadi perbincangan dunia setelah kesuksesannya dalam mengendalikan virus corona.

Kesuksesan itu juga menghindarkan Vietnam dari jurang resesi setelah mengalai pertumbuhan ekonomi 0,36 persen pada kuartal kedua.

Meski demikian, tingkat pertumbuhan terbaru adalah yang terendah sejak pencatatan kuartalan dimulai di Vietnam 30 tahun lalu.

"Perkembangan pandemi COVID-19 yang rumit telah meninggalkan dampak negatif pada semua aspek sosial ekonomi," kata Kantor Statistik Umum (GSO), dikutip dari Reuters, 29 Juni 2020.

Untuk mencapai target tahunan sebesar 6,8 persen, Vietnam memerlukan pertumbuhan hingga 10 persen pada paruh kedua tahun ini.

Sektor jasa pada kuartal kedua mengalami kontraksi 1,76 persen dari tahun sebelumnya.

Sedangkan sektor industri naik 1,38 persen dan sektor pertanian naik 1,72 persen.

(Ahmad Naufal Dzulfaroh)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Dua Negara Ini Alami Pertumbuhan Ekonomi Saat Negara Lain Terancam Resesi")

Baca Juga: Selalu Menolak,Tiba-tiba Iran Izinkan PBB Akses SitusRahasia Nuklir Mereka, 'Iran Ingin Tunjukkan KekuatanMereka pada Musuh Bebuyutan'

Artikel Terkait