Selalu Menolak, Tiba-tiba Iran Izinkan PBB Akses Situs Rahasia Nuklir Mereka, 'Iran Ingin Tunjukkan Kekuatan Mereka pada Musuh Bebuyutan'

Mentari DP

Penulis

Iran izinkan pengawas dari Badan Pengawas Nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakses bekas situs nuklir rahasia.

Intisari-Online.com - Iran dikenal sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer terbaik di dunia.

Alasannya Iran punya ribuan tentara yang siap perang kapan saja.

Selain itu, mereka juga punya ribuan senjata canggih. Termasuk nuklir.

Tapi soal nuklir, Iran cenderung tertutup. Alasannya mereka tidak mau sampai nuklir mereka membahayakan orang lain.

Baca Juga: Covid Hari Ini 27 Agustus 2020: Tambahan 2.719 Kasus Buat Indonesia Pecahkan Rekor Kasus Harian Tertinggi Selama Pandemi, Sementara India Punya 75.760 Kasus Hanya Dalam 24 Jam Terakhir

Nah, tapi baru-baru ini,Iran setuju dan mengizinkan pengawas dari Badan Pengawas Nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakses dua reaktor yang diduga bekas situs nuklir rahasia.

Ini merupakan kemajuan setelah kebuntuan selama berbulan-bulan antara kedua belah pihak.

Kesepakatan yang dicapai pada Rabu (26/8/2020), datang selama kunjungan Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi ke Teheran, Iran untuk pembicaraan tingkat tinggi.

"Iran secara sukarela memberikan IAEA akses ke dua lokasi yang ditentukan oleh IAEA," kata Grossi dan Kepala Badan Nuklir Iran Ali Akbar Salehi dalam pernyataan bersama.

Baca Juga: Masalah Datang Bertubu-tubi, Belum Selesai Lawan Covid-19, Amerika Serikat Malah Kedatangan 'Monster' Mengerikan Ini, Pemerintah Sana Mengaku Tak Bisa Menghindarinya

"Tanggal untuk akses IAEA dan kegiatan verifikasi telah disepakati," imbuh Grossi seperti dikutipAl Jazeera.

Sebagai kompensasi persetujuan Iran tersebut, IAEA tidak akan mengajukan pertanyaan lebih lanjut tentang masalah ini.

"Kedua belah pihak mengakui kemandirian, ketidakberpihakan dan profesionalisme IAEA terus menjadi penting dalam pemenuhan kegiatan verifikasinya," kata pernyataan itu.

IAEA telah berbulan-bulan mencari akses ke situs-situs nuklir di Teheran dan Isfahan di mana Iran diduga telah menyimpan atau menggunakan bahan nuklir yang tidak diumumkan.

Pada bulan Juni 2020, IAEA meningkatkan tekanan pada Iran ketika Dewan Gubernurnya mengeluarkan resolusi yang menyerukan agar para pengawas masuk ke situs tersebut dan bekerja sama dengan IAEA.

Namun saat itu Iran menolak memberikan akses dengan alasan bahwa permintaan pengawas nuklir PBB didasarkan pada tuduhan dari Israel dan tidak memiliki dasar hukum.

"Iran, seperti sebelumnya, siap untuk bekerja sama dengan IAEA," ujar Presiden Iran Hassan Rouhani usai bertemu Grossi pada Rabu (26/8/2020).

Dia menyebut perjanjian itu "menguntungkan" dan bisa membantu "menyelesaikan masalah".

Baca Juga: Namanya Tersohor Sebagai Preman di Bali, Tiap Hari Mabuk dan Main Wanita, Secara Mendadak Pria Masuk Islam dan Dapat Hidayah Ketika Mabuk

Rouhani juga meminta Grossi untuk mempertimbangkan bahwa Iran memiliki "musuh bebuyutan" dengan senjata nuklir yang tidak bekerja sama dengan IAEA dan "selalu berusaha menimbulkan masalah" bagi Teheran.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) menyatakan menarik diri dari kesepakatan nuklir penting yang ditandatangani pada 2015 antara Iran dan sejumlah negara.

Di bawah perjanjian itu, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), Iran mengurangi program pengayaan uraniumnya dan berjanji untuk tidak mengejar senjata nuklir.

Sebagai gantinya, sanksi internasional dicabut, yang memungkinkan Teheran menjual minyak dan gasnya ke seluruh dunia.

Tetapi perjanjian JCPOA dalam bahaya sejak Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri pada tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan Iran, yang membuat Teheran mulai mengurangi kepatuhan terhadap kesepakatan tersebut.

(Khomarul Hidayat)

(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Iran akhirnya izinkan badan pengawas nuklir PBB mengakses situs rahasia nuklir Iran")

Baca Juga: Ada 268 Juta Penduduk Indonesia, Hanya 15 Juta Pasien yang Bisa Dapat Vaksin Covid-19 di Akhir Tahun 2020, 'Itu Vaksin dari UEA dan China'

Artikel Terkait