Advertorial
Covid Hari Ini 13 Agustus 2020: Dari Gunakan Tembakau, Serangga hingga Gorila, Beginilah Perkembangan Vaksin di Seluruh Dunia
Intisari-Online.com - Sementara jumlah kasus virus corona di dunia meningkat, para peneliti pun berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin virus corona.
Para penelitidi seluruh dunia tengah mengembangkan lebih dari 165 vaksin untuk melawan virus corona.
Adapun 31 vaksin saat ini tengah dalam tahap diujicobakan kepada manusia.
Vaksin sendiri, jika dalam kondisi normal, umumnya membutuhkan waktu pengujian selama bertahun-tahun.
Namun vaksin virus corona, saat ini tengah menjadi semacam ajang perlombaan yang tengah dilakukan para ilmuwan untuk menghasilkan vaksin aman dan ekektif tahun depan.
Perjalanan vaksin
Mengutip dari Nytimes (12/8/2020) pengerjaan vaksin dimulai dari penguraian genom SARS-CoV-2 yang dimulai pada Januari.
Uji coba keamanan vaksin sendiri pada manusia dimulai pada Maret, akan tetapi bagaimana perkembangan sampai dengan saat ini masih belum jelas.
Beberapa percobaan vaksin bisa saja gagal, dan mungkin yang lain akan berakhir tanpa kejelasan.
Meskipun tentu saja, beberapa mungkin akan terbukti berhasil menstimulasi sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi yang efektif untuk melawan virus.
Berikut ini berbagai metode pengembangan vaksin virus corona yang tengah dikembangkan di seluruh dunia.
1. Vaksin Genetik
Metode pengembangan vaksin ini prinsipnya adalah menggunakan satu atau lebih gen dari virus corona sendiri untuk memicu respons tubuh.
Berikut ini beberapa perusahaan yang tengah mengembangkan:
a. Moderna
Moderna mengembangkan vaksin berdasarkan messenger RNA (mRNA) guna menghasilkan protein virus dalam tubuh.
Perusahaan ini bekerja sama dengan National Institutes of Health di mana mereka menemukan vaksin mampu melindungi monyet dari virus corona.
Perusahaan ini melakukan uji coba pada manusia pada Maret.
Setelah uji coba tahap 2, pada 27 Juli mereka masuk uji tahap III.
Nantinya uji coba tahap akhir akan dilaksanakan dengan melibatkan 300.000 orang sehat pada 89 lokasi di wilayah Amerika Serikat.
b. BioNTech, Pfizer, Fosun Pharma
Kerja sama tiga perusahaan yakni BioNTech Jerman, Pfizer AS, dan Fosun Pharma China juga tengah mengembangkan vaksin mRNA.
Saat Mei mereka meluncurkan uji coba fase 1/2.
Sukarelawan terbukti menghasilkan antibodi untuk melawan virus dan sel kekebalan sel T.
Beberapa sukarelawan mengalami efek samping gangguan tidur dan nyeri lengan.
Pada 27 Juli uji fase 2/3 dilakukan dengan 30.000 sukarelawan di AS, Argentina, Brazil dan Jerman.
c. Zydrus
Pembuat vaksin India Zydus Cadila tengah menguji vaksin berbasis DNA pada Juli.
Ini merupakan perusahaan kedua India yang berlomba ikut membuat vaksin.
Perusahaan ini meluncurkan uji coba tahap 2 pada 6 Agustus 2020.
d. Imperial College London
Peneliti dari Imperial College London juga tengah mengembangkan vaksin RNA untuk merangsang sistem kekebalan.
Para peneliti bermitra dengan Morningside Venture dan telah melakukan penguian tahap 1/2
e. AnGes
Perusahaan bioteknologi Jepang AnGes bermitra dengan Universitas Osaka dan Takara Bio dalam pembuatan vaksin dan telah memulai uji coba tahap I.
f. Arcturus
Perusahaan Arcturus Therapeutics dan Duke-NUS Medical School di Singapura yang berbasis di California juga tengah mengembangkan vaksin mRNA.
Pada Agustus mereka meluncurkan uji coba fase 1/2 di Rumah Sakit Umum Singapura.
g. Inovio
Inovio merupkan perusahaan Amerika. Ia mengembangkan vaksin berbasis DNA dikirim ke kulit dengan pulsa listrik dari perangkat genggam.
Mereka uji coba fase I pada Juni dan tidak menemukan efek samping serius.
Uji coba fase 2/3 akan dilakukan akhir musim panas.
h. Urevac
Trump sempat membujuk perusahaan ini untuk memindahkan penelitian dari Jerman ke Amerika namun ditolak.
Pada Juni perusahaan ini melakukan uji coba fase I dari vaksin mRNA.
i. Genexine
Perusahaan Korea Genexine mulai menguji keamanan vaksi berbasis DNA pada Juni.
Uji coba fase II akan dilakukan pada musim gugur.
j. Walvax
Biotechnology Pada Juni, Peneliti China di Akademi Ilmu Kedokteran Militer, Suzhu Abogen Biosciences dan Walvax Biotechnology akan menguji coba vaksin mereka yang diberi nama ARCoV.
Studi pada monyet yang sebelumnya dilakukan disebut berhasil pada vaksin ini.
k. Sanofi
Perusahaan farmasi Perancis Sanofi bekerja sama dengan Tanslate Bio. Pada 23 Juni mereka berencana mengujicoba fase I vaksinnya pada musim gugur.
Baca Juga: Hadapi Corona; 12 Makanan Bertahan Lebih Lama Jika Disimpan di Kulkas
2. Vaksin vektor viral
Vaksin ini dibuat menggunakan virus untuk mengirim gen virus corona ke dalam sel dan memicu respons imun.
Vaksin yang dibuat dengan metode ini di antaranya dari perusahaan:
a. CanSinoBIO
Perusahaan China CanSino Biologics mengembangkan vaksin berdasarkan adenovirus yang disebut Ad5.
Perusahaan ini bekerja sama dengan Institut Biologi di Akademi Ilmu Kedokteran Militer.
Uji fase 2 menunjukkan vaksin menghasilkan respons imun yang kuat.
Militer China menyetujui pada 25 Juni, selama setahun vaksin digunakan sebagai obat yang dibutuhkan secara khusus.
Pada 9 Agustus, Kementerian Kesehatan Saudi mengumumkan CanSino Biologics akan melakukan uji coba tahap III di Arab Saudi.
b. Astra Zeneca
Kerja sama Inggris-Swedia melalui Astra Zeneca- Universitas Oxford membuat vaksin dengan didasarkan pada adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1.
Vaksin sekarang dalam uji coba fase 2/3 di Inggris dan India serta uji coba fase 3 di Brasil dan Afrika Selatan.
c. Johnson-Johnson
Perusahaan ini meluncurkan uji coba fase 1/2 pada Juli dan fase III pada September.
d. The Gamaleya Research Institute
Ini merupakan bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia.
Tahap I percobaan diluncurkan Juni. Vaksin sendiri diberi nama Gam-Covid-Vac Luo.
Vaksin ini dibuat dengan mengkombinasikan dua adenovirus Ad5 dan Ad26.
Kemudian 11 Agustus Presiden Putin mengumumkan vaksin diubah namanya menjadi Sputnik V sebelum uji coba fase 3 dilakukan.
e. ReiThera
Perusahaan bioteknologi Italia ReiThera mengembangkan vaksin yang disebut GRAd-CoV-2 yang didasarkan pada adenovirus yang menginfeksi gorila.
Perusahaan ini bekerja sama dengan Lazzaro Spallanzani National Intitute for Infection Diseases di Roma.
Uji tahap I dilakukan akhir Juli.
f. Novartis
Perusahaan Swiss Novartis akan memproduksi vaksin berdasar pengobatan terapi gen yang dikembangkan Rumah Sakit Mata dan Telinga Massachusetts.
Uji coba fase I dimulai akhir 2020.
g. Merck
Perusahaan Amerika, Merck mengumumkan pada Mei mengembangkan vaksin dari virus stomatitis vesikuler, cara yang pernah berhasil digunakan untuk membuat vaksin Ebola.
Perusahaan sendiri bekerjasama dengan IAVI.
Vaksin ini tak seperti vaksin lain, karena dapat dikonsumsi secara oral.
h. Vaxart
Vaxart tengah menyiapkan vaksin berupa tablet oral yang mengandung adenovirus berisi gen virus corona.
Saat ini mereka tengah menyiapkan uji coba fase I.
3. Vaksin berbasis protein
Vaksin ini menggunakan protein virus corona atau fragmen protein untuk memicu respons imun.
Beberapa perusahaan yang menggunakan cara ini yakni:
a. Anhui Zhifei Longcom
Pada Juli, perusahaan China Anhui Zhifei Longcom memulai uji coba tahap 2. Perusahaan sendiri bermitra dengan Akademi Ilmu Kedokteran China.
b. Novavax
Perusahaan ini berbasis di Maryland dan membuat vaksin dengan menempelkan protein ke partikel mikroskopis.
Pada 4 Agustus Novavax mengumumkan hasil yang menjanjikan pada studi pendahuluan yang dilakukan pada monyet dan manusia.
Uji tahap 3 akan dimulai pada Oktober nanti.
c. Biofarmasi Clover
Perusahaan ini mengembangkan vaksin yang mengandung protein virus.
Guna menstimulasi kekebalan, vaksin diberikan dengan zat adjuvan yang dibuat oleh pembuat obat asal Inggris GSK dan Amerika dynavax.
d. Vaxine
Perusahaan Asutralia Vaxine tengah mengembangkan vaksin dengan menggabungkan protein virus dengan bahan pembantu untuk menstimulasi kekebalan.
Perusahaan ini akan mengujicoba tahap II vaksinnya pada September nanti.
e. Medicago
Perusahaan yang berbasis di Kanada ini, yang sebagian besar didanai oleh pembuat rokok Philip Morris, tengah menggunakan spesies tembakau untuk membuat vaksin.
Mereka mengirimkan gen virus ke dalam daun dan sel tumbuhan kemudian membuat cangkang protein yang meniru virus.
Pada Juli, Medicago meluncurkan uji coba fase I pada vaksin Covid-19 nabati yang dikombinasikan dengan baha pembantu dari pembuat obat GSK dan Dynavax.
Mereka akan melakukan uji coba tahap 2/3 pada Oktober. Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...
f. Kentucky BioProcessing
Vaksin berbasis tembakau kedua juga tengah dikembangkan di Kentucky BioProcessing yang merupakan anak perusahaan British American Tobacco.
Perusahaan ini merekayasa spesies tembakau yang disebut Nicotiana benthamiana untuk membuat protein virus.
Sebelumnya perusahaan ini menggunakan teknik ini untuk membuat obat Zmapp untuk Ebola.
Uji coba fase I rencananya akan dilakukan pada Juli.
g. Korea Utara
Komisi Sains dan Teknologi Korea Utara mengumumkan mereka memulai uji klinis vaksin berdasarkan protein lonjakan virus corona.
Komisi tersebut mengklaim telah menguji vaksin pada hewan tapi tak memberikan data.
Selain itu, uji efektivitas juga harus dilakukan di negara lain karena mereka mengklaim tak ada kasus di sana.
h. Univeristas Pittsburgh
Vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Pittsburg diberinama PittCoVac, yang dibuat dengan desain menutup kulit memakai 400 jarum kecil terbuat dari gula.
Nantinya saat diletakkan di kulit, jarum akan larut dan mengirim protein virus ke tubuh.
i. Sanofi
Sanofi tengah mengembangkan vaksin berdasar protein virus.
Mereka memproduksi protein dengan virus rekayasa yang tumbuh di sel serangga.
GSK akan membantu meengkapi bahan pembantu untuk merangsang kekebalan.
Uji klinis akan dilakukan pada September.
4. Vaksin Whole-Virus
Vaksin ini menggunakan versi virus corona yang dilemahkan atau dinonaktifkan untuk memicu respons imun.
Berikut ini beberapa perusahaan yang membuat vaksin dengan cara ini:
a. The Wuhan Intitute of Biological Products
Perusahaan ini mengembangkan vaksin virus yang tidak aktif milik perusahaan China Sinopharm.
Pada Juli, mereka meluncurkan uji coba tahap II di Uni Emirat Arab.
Perusahaan tersebut mengatakan pada media pemerintah China bahwa vaksin akan siap digunakan akhir tahun.
b. Sinopharm
Perusahaan ini juga tengah menguji vaksin virus kedua yang tidak aktif dan dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Beijing.
Dalam uji coba tahap 3 di Uni Emirat Arab, 5.000 orang menerima vaksin versi Institut Wuhan, sedangkan 5.000 lain menerima dari Institut Beijing.
c. Sinovac
Perusahaan swasta China Sinovac Biotech tengah menguji vaksin yang tidak aktif yang disebut CoronaVac.
Pada Juni, perusahaan mengumumkan bahwa uji coba fase 1/2 pada 743 sukarelawan menunjukkan tak ada efek samping parah, dan menghasilkan tanggapan kekebalan.
Sinovac kemudian meluncurkan uji coba tahap III di Brazil pada Juli dan satu lagi di Indonesia pada Agustus.
d. Bharat Biotech
Dewan Riset Medis India dan Institut Virologi Nasional dan Perusahaan India Bharat Biotech tengah merancang vaksin yang disebut Covaxin berdasarkan bentuk virus corona yang tidak aktif.
Perusahaan meluncurkan uji coba fase 1/2 pada Juli.
CEO Bharat menyebut vaksin akan tersedia paling cepat awal 2021.
Nur Rohmi Aida
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Update Perkembangan Vaksin di Seluruh Dunia, dari Gunakan Tembakau, Serangga hingga Gorila"