Advertorial

Terus Dituding Jadi Dalang Ledakan di Beirut, Pemimpin Hizbullah Bersikeras Kelompoknya Tak Terlibat, 'Tidak Senjata, Rudal, Apalagi Bom'

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Tewaskan lebih dari 100 orang dan sebabkan 5.000 lainnya luka-luka, penyebab ledakandi Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) masih menjadi misteri.

Ada banyak spekulasi yang bermunculan terkait ledakan hebat ini.

Sepertikelalaian dalam penyimpanan dan pengawasan yang tepat terhadap ratusan ton amonium nitrat, kepemimpinan korup yang mengesampingkan keselamatan masyarakat, hingga teori keterlibatan kelompok teroris.

Terkaitketerlibatan kelompok teroris, nama Hizbullah, sebuah kelompok yang menduduki Lebanon santer terdengar.

Baca Juga: Baru Saja Sekolah Dibuka Kembali, 91 Siswa Langsung Positif Covid-19, Sekolah Pun Ditutup Lagi dan Kepala Sekolah Minta Maaf Sambil Membungkuk

Apalahi faktanya kelompok ini dianggapsebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Israel, Kanada, dan Australia.

Melansir The Times of Israel pada Jumat (7/8/2020), Israel membantah spekulasi keterlibatan pihaknya dalam ledakan Beirut.

Disusul pernyataan dari kelompok Hizbullah.

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, bersikeras mengatakan bahwa Hizbullah maupun Israel tidak terlibat.

"Saya ingin secara mutlak, dengan tegas mengesampingkan apa pun yang menjadi milik kami di pelabuhan (Beirut)."

Baca Juga: Jelas Bukan Tandingan China, Tapi Militer Taiwan Bisa Saja Taklukan Militer Negeri Panda dengan Cara Ini Jika Seandainya Perang Pecah dalam Waktu Dekat

"Tidak ada senjata, tidak ada rudal, atau bom atau senapan atau bahkan peluru atau amonium nitrat," kata Nasrallah pada Jumat (7/8/2020).

"Tanpa ada yang disembunyikan, tidak ada apa-apa. Tidak sekarang, tidak selamanya," lanjutnya.

Namun, pernyataan dari kelompok Hizbullahh tersebut masih belum bisa dipercaya.

Merunut kejadian sebelumnya, di mana sebelum ledakan besar itu terjadi, dan setelah Hizbullah meningkatkan ketegangan dengan Israel, Nasrallah telah bersiap untuk menyampaikan suatu pidato kepada negara Lebanon pada Rabu (5/8/2020).

Namun, niat tersebut urung dilakukan setelah secara tiba-tiba ledakan besar terjadi di pelabuhan, yang menjadi pusat pengadaan barang di ibu kota Lebanon dari luar negaranya.

Jauh sebelum kejadian ledakan besar di Beirut, Nasrallah pernah mengancam akan menargetkan kilang kimia dan minyak di pelabuhan Haifa, pelabuhan alami milik Israel di Laut Tengah.

Penargetan itu sebagai upaya menciptakan ledakan yang mirip dengan yang telah terjadi di pelabuhan Beirut.

Selama perang antara Hizbullah dengan Israel pada 2006, kelompok militan Syiah itu menembakkan ratusan rokte ke pelabuhan Haifa.

Hizbullah sendiri berusaha menangkis teori bahwamereka telah menyimpan senjata di pelabuhan Beirut untuk menyerang pelabuhan Haifa.

Bahkan Hizbullah mengatakan tidak sama sekali bertanggung jawab atas aktivitas pelabuhan dan bahkan ia mengatakan tidak tahu banyak tentang pelabuhan Beirut.

"Kami tidak mengatur pelabuhan, atau mengelolanya, kami juga tidak ikut campur di dalamnya."

Baca Juga: Terlihat Seperti Gelombang Tsunami, Fenomena Awan Aneh di Aceh Ini Langsung Buat Panik Warga, Begini Penjelasan Lengkap BMKG

"Kami juga tidak tahu apa yang sedang terjadi di sana tanggung jawab kami adalah melakukan perlawanan (Israel)."

"Kami tahu lebih banyak tentang pelabuhan Haifa daripada pelabuhan Beirut," kata Nasrallah.

Sementara itu dalam menanggapi dugaan Presiden Lebanon, Michel Aoun tentang adanya intervensi asing, Nasrallah hampir tidak menyebutkan Israel selama pidatonya.

"Mereka yang bertanggung jawab akan diperlakukan seperti sekutu, suatu agama atau sekte, itu tidak relevan."

"Siapa pun mereka, apa pun keluarga atau sekte atau partainya, keadilan harus ditegakkan," kata Nasrallah.

Nasrallah menyebutkan bahwa spekulasi tentang Hizbullah penyebab terjadinya ledakan besar di Beirut, adalah tuduhan bermotif politik dan hanya untuk menyalahkan Hizbullah.

Menurutnya, arah untuk menyalahkan Hizbullah sudah ada "sejak awal" yang dilempar oleh media dan beberapa "kekuatan politik", sejak ledakan terjadi.

"Intinya adalah bagi para pelaku kesalahan ini selalu berusaha untuk menemukan sesuatu yang dapat disalahkan kepada Hizbullah," katanya.

Nasrallah melanjutkan dengan mengingatkan semua pihak bahwa pihak Amerika Serikat (AS) telah menarik spekulasinya tentang adanya faktor "serangan" di balik terjadinya ledakan besar di Beirut.

Baca Juga: Kabar Baik bagi Tenaga Kesehatan, Menkeu Sri Mulyani Ungkap Tenaga Medis Juga Bisa Dapat Gaji ke-13,'Sedang Dipertimbangkan oleh Presiden'

Nasrallah menyerukanseluruh pihak Lebanon untuk "mengesampingkan konflik mereka," dengan mengatakan bahwa bencana tersebut telah mempengaruhi warga Lebanon dari semua sekte di negara yang terpecah itu.

“Kami menghadapi insiden mengerikan, pada tingkat kemanusiaan dan nasional, dengan segala bentuknya,” katanya.

"Ada yang tewas dan terluka dari semua sekte."

"Beirut adalah kota semua orang Lebanon, tidak peduli afiliasi agama dan sektarian mereka," tambahnya.

Ada krisis rezim, ada krisis negara, bahkan ada krisis eksistensi, ”pungkas Nasrallah.

"Jika otoritas Lebanon gagal dalam tugas ini, tidak ada harapan."

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan pada Jumat pagi (7/8/2020) bahwa penyebabnya belum ditentukan.

"Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui roket atau bom atau tindakan lain," kata Aoun.

Kini, mereka telahmenjanjikan penyelidikan segera, tapi banyak masyarakat Lebanon tetap skeptis.

(Artikel ini telah tayang diTribunnews.comdengan judul "Hizbullah Menjawab Tudingan Keterlibatan dalam Ledakan Beirut")

Baca Juga: Bak Jatuh Tertimpa Lagi, Belum Beres Pandemi Covid-19, AS Kembali Dihantui Wabah Infeksi Mematikan Lainnya, Sudah Tersebar di 43 Negara Bagian

Artikel Terkait