Penulis
Intisari-Online.com - Sebuah unggahan viral di media sosial Twitter.
Unggahan itumenunjukkan fenomena awan di langit Meulaboh, Aceh pada Senin (10/8/2020).
Beberapa warga yang membagikan video ini menyebut bahwa awan terlihat seperti gelombang tsunami.
Menurut para pengunggah, ada kekhawatiran atas fenomena awan yang disebut terlihat seperti tsunami itu.
Narasi yang beredar
Banyak video yang beredar di media sosial Twitter dengan beragam narasi.
"Hari Ini Senin 10 Agustus 2020, Telah Terjadi Dua Fenomena Alam Di Pulau Andalas."
"Satu "Gunung Sinabung Sumatera Utara Meletus, mengeluarkan Abu Vulkanik yg Membumbul tinggi dan Mengerikan."
"Dua "Fenomena Awan yg disebut Awan Tsunami, yg membuat panik warga Langsa Aceh," demikian tulis akun @Nyaiedey_smd.
Video yang diunggah akun ini pun dibagikan ulang oleh pengguna Twitter lainnya, dan telah ditonton lebih dari 700 kali.
Sementara itu, akun lain yang membagikan video fenomena awan di Meulaboh ini adalah akun @a_mantu71.
"Fenomena yg tdk lazim, awan tsunami di Mbo Aceh Barat," demikian narasi yang diunggah akun @a_mantu71, yang videonya telah ditonton lebih dari 7.000 kali.
Penjelasan BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memberikan penjelasan soal fenomena awan ini.
Saat dikonfirmasiKompas.com,Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, fenomena awan bergulung ini disebut sebagai awan roll atau roll cloud.
Dan fenomena awan bergulung itu merupakan suatu fenomena alamiah yang biasa terjadi.
Roll cloud adalah salah satu jenis awan Arcus (Arcus cloud).
Menurut Hary, terdapat dua jenis awan Arcus, yaitu shelf clouds dan roll clouds.
Awan Arcus merupakan awan rendah, panjang, dan tipis yang terkait dengan awan hujan disertai kilat atau petir, dan angin kencang.
"Awan tersebut terkadang terlihat di bawah awan cumulonimbus," ujar Harry, saat dihubungi Kompas.com pada Senin (10/8/2020).
Awan ini berbentuk kolom horizontal yang dapat menggelinding atau bergulung panjang, jika awan tersebut mengalami perbedaan arah angin di lapisan bagian atas dan bawah.
Biasanya, hal ini terjadi saat suatu aliran udara dingin yang turun dari awan cumulonimbus sampai mencapai tanah.
"Udara dingin tersebut diindikasikan menyebar dengan cepat di sepanjang tanah, kemudian mendorong udara lembap dan hangat yang ada di sekitarnya ke atas," paparnya.
Saat udara ini naik, uap air mengembun membentuk pola awan Arcus.
Akun Humas BMKG, @InfoHumasBMKG juga menyampaikan penjelasan rinci mengenai fenomena awan ini, Selasa (11/8/2020).
Salah satunya, fenomena awan Arcus bisa menimbulkan angin kencang dan hujan lebat.
"Fenomena awan Arcus ini dapat menimbulkan angin kencang & hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir di sekitar pertumbuhan awan," demikian tulis akun Humas BMKG.
Utas lengkap bisa disimak di sini:
Awan tersebut mempunyai ketinggian hingga sekitar 6.500 kaki atau sekitar 2.000 meter atau 2 km.
Ketika awan Arcus terbentuk dengan awan cumulonimbus dan downdraft, hal ini dikaitkan dengan hujan lebat atau hujan es, kilat atau petir, dan angin kencang.
Oleh karena itu, masyarakat sekitar diimbau untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.
(Mela Arnani)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "[KLARIFIKASI] Penjelasan Lengkap BMKG soal Awan di Meulaboh yang Disebut seperti Tsunami")