Advertorial

Berhasil Kendalikan Virus Corona Dengan Rekor Sudah 74 Hari Nol Kasus, Mendadak Vietnam Justru Isolasi 10.000 Warganya, Ada Apa?

May N

Penulis

Vietnam catat rekor dalam 74 hari tidak ada kasus baru Covid-19 merebak, tapi justru tiba-tiba isolasi 10 ribu orang, mengapa?
Vietnam catat rekor dalam 74 hari tidak ada kasus baru Covid-19 merebak, tapi justru tiba-tiba isolasi 10 ribu orang, mengapa?

Intisari-online.com -Vietnam mencatat rekor setelah 74 hari catat tidak ada kasus baru virus Corona yang dilaporkan di masyarakat.

Sementara menurut WHO, kasus virus Corona di dunia telah tembus lebih dari 10 juta kasus.

Menurut WHO, epidemi Covid-19 sedang memasuki fase baru, dengan wabah lebih cepat dan lebih berbahaya.

Untuk melindungi pencapaian anti-epidemi Vietnam, para ahli memperingatkan bahwa kontrol orang yang masuk harus berada di garis depan, semua kasus masuk harus diisolasi dengan benar, melakukan tes sesuai dengan peraturan.

Baca Juga: Hidup Mewah Bergelimang Harta sedang Rakyatnya Menderita, Rupanya Kunci Kekayaan Kim Jong Un ada pada 'Office 39' yang Lakukan Kegiatan Terlarang nan Mengerikan Ini

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sumber penyakit tidak masuk dan menginfeksi Vietnam.

Saat ini Vietnam berada di peringkat 156/215 negara dan teritori yang memiliki kemungkinan kasus di dunia.

Serta merupakan negara 6/11 memiliki kasus di Asia Tenggara.

Di kawasan ASEAN, semua negara di kawasan tersebut memiliki orang yang sakit.

Baca Juga: Inilah Shoko Tendo Putri Bos Mafia Jepang Yakuza, Terlahir Sebagai Putri Mafia Ternyata Hidupnya Menderita, Sering Dijadikan 'Pemuas Nafsu' Hingga Disiksa Oleh Ayahnya Sendiri

Total kontak dekat dan orang yang diawasi (isolasi) adalah 10.027 orang.

Sebanyak 25 pasien dirawat di fasilitas kesehatan, tempat Rumah Sakit Tropis memiliki jumlah pasien terbesar sebanyak 11 kasus.

Selanjutnya diikuti Rumah Sakit Umum provinsi Ba Ria yang saat ini merawat 8 kasus.

Pagi ini 29 Juni, di antara pasien Covid-19 yang dirawat dan dipantau untuk kesehatannya di fasilitas medis, terdapat 5 pasien dengan hasil tes negatif virus Sars-CoV-2 satu kali.

Baca Juga: Heboh Ambulans Desa Kepergok Angkut Kambing sampai Bikin Wakil Bupati 'Naik Darah', Ini Fakta-faktanya

Sementara ada 5 pasien dengan hasil tes negatif 2 kali atau lebih dengan virus Corona baru.

Sedangkan pasien positif Covid-19 ditemukan sebanyak 15 pasien.

Sub-komite pengobatan Komite Pengarah Nasional Pencegahan dan Kontrol Covid-19 mengatakan jika 91 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cho Ray telah pulih dengan baik dan lebih stabil secara psikologis.

Pasien saat ini berada dalam tahap rehabilitasi komprehensif untuk menilai kriteria keselamatan sebelum diizinkan pulang.

Baca Juga: Deretan Proyek Militer Gila Amerika yang Tidak Disadari Manusia Meski Jelas-jelas Ada, Dari Ciptakan Mutan Layaknya Wolverine Sampai Kembangkan Kekuatan Psikis, Ini Dia

Pasien tersebut kebanyakan adalah para pilot dari Inggris.

Biaya Perawatan Pasien Covid-19

Sementara itu di Indonesia, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengungkap biaya untuk pasien Covid-19 sangat besar.

Bisa mencapai ratusan juta rupiah. Ada sejumlah alasan mengapa biaya perawatan pasien Covid-19 sangat mahal.

Baca Juga: Viral Mobil PBB Digunakan Untuk Berbuat Mesum di Israel, Perwakilan PBB Kaget Melihat Videonya Viral, Ungkap Fakta Mengejutkan Sosok Orang di Dalamnya

Pasien harus menjalani sejumlah tahapan pemeriksaan.

Untuk ini, biaya ketersediaan alat medis tidak murah.

Misalnya, untuk keperluan rapid test.

"Itu tidak gratis. Kalau orang dengan Covid-19 itu dites dulu positif, menunggu polymerase chain reaction (PCR)-nya, biasanya dalam sekali tes habis Rp 1 juta," ujar Zubairi.

Baca Juga: Curiga Ada 'Kekuatan Lain' yang Bikin Jet Tempur Kiriman Isreal Sulit Diperbaiki, Para Teknisi TNI AU Terpaksa Gunakan Kepala Kerbau, Seketika Berjalan Lancar

Setelah menjalani tes PCR, pasien positif Covid-19 akan menjalani masa karantina dan rawat inap di rumah sakit.

Perawatan ini akan membuat biaya semakin bertambah.

Apalagi, dengan obat perawatan pasien Covid-19 yang juga tidak murah.

"Kalau sekarang yang rutin diberikan yang rawat inap diberi obat anti-pembekuan darah, tapi ada juga yang molekuler itu yang lumayan mahal.

Baca Juga: Digembleng dalam Suasana Bak Perang, Bukan Daging Menu Makan Siang Paling Enak dalam Pendidikan Komando Marinir yang Sangat Keras, Tapi Menu Ini

"Sekali suntik Rp 300.000 sampai Rp 400.000 dalam satu obat, belum obat-obatan yang lainnya," kata Zubairi.

Biaya pelayanan ruangan juga akan menambah besaran biaya perawatan pasien Covid-19.

Bagi pasien yang membutuhkan perawatan intensif di ruang ICU dengan sejumlah alat penunjang kesehatan pasien, biayanya akan semakin besar lagi.

Apalagi, jika pasien mengalami dampak serius pada organ lainnya seperti gagal organ jantung, paru, ginjal, otak, atau pembekuan darah di mana-mana.

Baca Juga: Padahal Masih Mudah Ditemukan, Uang Kertas Ini Diperkirakan Harganya Menggila dan Menjadi Buruan Kolektor, Segera Simpan Jika Masih Memilikinya

Wakil Direktur Pendidikan dan Diklit sekaligus Jubir Satgas Covid-19/RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, penanganan pasien Covid-19 memerlukan perawatan dengan alur terpisah dan peralatan terpisah.

Komponen biaya perawatan pasien Covid-19 juga mahal karena tenaga medis yang melakukan penanganan membutuhkan alat pelindung diri (APD).

Sebagian besar beban biaya pengadaan APD nakes tidak dibiayai oleh pemerintah sehingga dibebankan kepada pasien dan keluarga.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait