Advertorial
Intisari-Online.com- Kabar duka kembali berhembus dari dunia hiburan Tanah Air.
Mantan basis Dewa 19, Erwin Prasetya meninggal dunia pada 2/5/2020 subuh.
Meninggalnya mantan basis Dewa 19 itu akibat pendarahan di bagian lambungnya dan sempat turun kesadaran.
Kabar meninggalnya Erwin Prasetya langsung dibenarkan oleh pengamat musik Bens Leo yang dihubungi wartawan, Sabtu (2/5/2020).
“Iya benar, tadi subuh (meninggal). Dia (Erwin Prasetya) pendarahan di Lambung dan sempat turun kesadaran,” kata Bens Leo.
Bens Leo berujar bahwa keluhan penyakit tersebut telah dirasakan Erwin Prasetya sejak lama dan baru-baru ini kondisinya memburuk.
Selain itu, mendiang Erwin Prasetya sempat dibawa ke rumah sakit dekat kediamannya hingga mengembuskan napas terakhir.
“Mas Erwin ini mungkin keluhannya sudah lama tapi karena dia sibuk, jadi dia enggak rasain,” ujar Bens Leo.
Terlepas dari kasus tersebut, tahukah Anda bahwa dampak perdarahan pada saluran cernabisa serius jika terkena organ tubuh lain?
Perdarahan pada saluran cerna bisa terjadi di mana saja sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus.
Penyebabnya beragam. Menurut Prof.Idrus Alwi, Sp.PD, ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas bisa karena varises esofagus.
Atau juga karena tukak peptikum yang disebabkan adanya kerusakan pada mukosa lambung atau usus dua belas jari akibat adanya asam lambung yang normalnya ada di lambung dalam proporsi tertentu.
Varises esofagus adalah pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus bawah.
Biasanya varises esofagus tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan berdarah.
Gejala akibat perdarahan esofagus antara lain buang air kehitaman, muntah darah, tekanan darah turun, sampai anemia.
Perdarahan juga bisa disebabkan karena infeksi Helicobacter Pylori yang ditularkan melalui makanan dan minuman, serta penggunaan obat-obatan yang merusak dinding lambung.
Gejalanya pun berbeda-beda.
Pada perdarahan di saluran cerna bagian atas seperti lambung atau usus dua belas jari, gejala yang umum adalah muntah darah hitam yang keluar bercampur asam lambung (hematemesis), dan buang air besar kehitaman (melena).
"Pada perdarahan akubat tukak peptikum bisa dilakukan pemeriksaan endoskopi sehingga luka atau sumber perdarahan dapat dideteksi dan dihentikan dengan hemoklip," kata dr.Chaidir Aulia, Sp.PD, dari RS.Pondok Indah Jakarta, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com sehubungan dengan pelaksanaan acara pertemuan ilmiah tahunan PAPDI 2012.
Sementara itu pada sebagian besar kasus dispepsia yang bergejala nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung, pengobatan bisa dilakukan dengan empirik terapi atau obat-obatan selama 4-6 minggu.
"Bila keluhan berlanjut, sebaiknya bisa dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam."
"Demikian juga bila ada gejala berbahya seperti turunnya berat badan, anemia, buang air kehitaman, atau pasien berusia di atas 45 tahun," paparnya.
Sementara itu perdarahan pada saluran cerna bawah, misalnya pada kasus hemoroid atau keganasan.
"Darah segar yang keluar dari anus bisa merupakan hemoroid atau robekan di anus," kata dr.Chaidir.
Penanganan hemoroid bisa bermacam-macam tergantung pada stadiumnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perdarahan di Saluran Cerna Bagaimana Terjadinya?"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari