Operasi Jayawijaya dimulai pada 12 Agustus 1962, melibatkan para perwira penyusun strategi penyerangan laut antara lain Komodor (P) Soedomo, Kolonel Udara Sri Mulyono Herlambang, dan Mayor Udara Pribadi.
Sementara Komodor Udara Leo Wattimena dibantu Kolonel Inf. Achmad Wiranatakusumah, dan Mayor Udara Muhammad Loed ditugaskan merancang operasi lintas udara. Kolonel (P) Mulyono S, Letkol (P) Haryono Nimpuno, Letkol KKO Soewadji, dan Mayor KKO Bob Adman menyusun rencana operasi amfibi.
Baca juga:Museum Mandala Wangsit Siliwangi: Menyampaikan Pesan Sejarah Melalui Benda
Yang menjadi masalah, wilayah Irian Barat yang akan direbut terpisah oleh perairan dari wilayah Indonesia lainnya. Jarak terdekat adalah 60 mil, perairannya sangat dipengaruhi oleh angin barat dan timur.
Sementara sebagian besar daratan ditutupi oleh hutan belukar dengan kerapatan pohon sangat tinggi dan diameternya besar, jalan raya terbatas, curah hujan tinggi, dan banyak rawa-rawa. Sementara data intelijen tentang musuh sangatlah minim.
Risiko lain: Belanda juga sudah tahu perihal rencana operasi militer Indonesia. Jadi mereka juga waspada.
Untuk mendukung Operasi Jayawijaya, Angkatan Udara Mandala meyiapkan sebuah operasi yang diberi sandi Operasi Siaga. Semua pesawat terbang dari berbagai jenis disiagakan, dibentuk pula enam kesatuan tempur dan dua batalion PGT (Pasukan Gerak Tjepat).
Operasi penerjunan melibatkan tim gabungan dari PGT dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat, sekarang Komando Pasukan Khusus TNI-AD). Dibagi menjadi sejumlah operasi kecil menurut tahapannya.
Operasi Banteng Ketaton pada 26 April, dibagi menjadi Banteng Putih untuk menerjunkan satu tim gabungan PGT dan 42 orang dari RPKAD dengan tiga pesawat Dakota dengan sasaran Fak-fak, dan Banteng Merah untuk menerjunkan anggota PGT dan 33 anggota RPKAD di Kaimana.
Baca juga: 5 Perang Paling Mematikan Dalam Sejarah, Nomor 1 Tewaskan Lebih dari 80 Juta Jiwa
Operasi Garuda 15-25 Mei, dipecah menjadi Garuda Merah I yang menerjunkan 38 prajurit dari Yon-454 Brawijaya dengan menggunakan tiga Dakota di Fak-fak, dan Garuda Putih I yang menerjunkan 27 anggota PGT dan 27 personel dari Yon-454 di Kaimana.
Juga Garuda Merah II menerjunkan 79 pasukan gabungan Yon-454 dan satu peleton PGT ditambah 30 koli barang di Fak-fak, serta Garuda Putih II menerjunkan 80 personel PGT di Sansopor-Sorong.
Operasi Serigala 17 dan 19 Mei dengan dropping zone di Klamono (27 prajurit PGT) dan Teminabuan (81 prajurit PGT), menggunakan pesawat Dakota dan Hercules.
Operasi Kancil pada 17 Mei dilaksanakan simultan melalui Kancil I dengan penerjunan di Fak-fak, Kancil II di Kaimana, dan Kancil III di Sorong. Di setiap lokasi diterjunkan satu kompi pasukan dengan pesawat Dakota.
Operasi Naga dilaksanakan pada 23 Juni dengan sasaran Merauke. Menerjunkan 55 anggota RPKAD dan 160 orang dari Yon-530 menggunakan pesawar Hercules.
Baca juga: Ini Tanggapan TNI AU soal Pesawat Hercules Digunakan untuk Selundupkan Vodka
Lantas disusul Operasi Lumbung pada 30 Juni, berupa penerjunan logistik di Merauke menggunakan pesawat Hercules untuk keperluan pasukan Operasi Naga. Operasi Rajawali pada 26 Juli menerjunkan 71 anggota Yon-328 di Kaimana dengan Hercules.
Akhirnya dilaksanakanlah operasi pamungkas yaitu Operasi Jatayu. Dilaksanakan tiga kali di bawah sandi Elang dengan daerah sasaran Klamono-Sorong menerjunkan 132 prajurit PGT, Gagak menerjunkan 141 orang dari Yon-454 di Kaimana, dan Alap-alap diterbangkan langsung dari Bandung untuk menerjunkan 132 anggota PGT di Merauke.
Sebelum semua itu dimulai, KOLA mendatangkan artis-artis penyanyi Ibukota ke Laha, Ambon, untuk menghibur. Suara merdu dan goyangan Rita Zahara, Fetty Fatimah, dan Usman Gumanti mengendorkan saraf ketegangan prajurit sebelum menjalani misi merebut wilayah jajahan asing.
Hampir semua penerjunan dilakukan pada dini hari menjelang pagi. Itu ciri PGT. Maka sebagai simbol, dipilihlah warna baret jingga untuk pasukan itu. Sebelumnya, PGT hanya mengenakan topi atau jungle hat, tidak beda dengan pasukan lain.
(Dicukil dari buku 52 Tahun Infiltrasi di Irian Barat Terbitan Majalah Angkasa, oleh Mayong S. Laksono, dan dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2014)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR