Museum Mandala Wangsit Siliwangi: Menyampaikan Pesan Sejarah Melalui Benda

Agus Surono

Editor

Museum Mandala Wangsit Siliwangi: Menyampaikan Pesan Sejarah Melalui Benda
Museum Mandala Wangsit Siliwangi: Menyampaikan Pesan Sejarah Melalui Benda

Intisari-Online.com - Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tak bisa dilepaskan dari Divisi Siliwangi yang melegenda. Salah satu cara untuk melihat perjuangan divisi ini adalah dengan mengunjungi Museum Mandala Wangsit Siliwangi.

Siliwangi adalah pendiri Kerajaan Padjajaran, seorang raja yang arif dan bijaksana serta wibawa dalam menjalankan roda pemerintahaan; sedangkan arti Mandala Wangsit adalah sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalui benda-benda yang ditinggalkannya.

Di museum ini tersimpan benda-benda bersejarah yang berasal dari masa prakemerdekaan, masa kemerdekaan, dan pascakemerdekaan. Benda-benda ini memiliki nilai historis serta keaslian yang melekat dengan perjuangan Divisi Siliwangi beserta rakyat Jawa Barat dan Banten.

Misalnya saja bendera Merah Putih yang dikibarkan pertama kali di Alun-Alun Kota Bandung pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada lagi meja, kursi, teko, cangkir, dan baki yang digunakan oleh para pejuang dan proklamator Indonesia (Bung Karno dan Bung Hatta) saat mempersiapkan Proklamasi di Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945.

Koleksi yang besar di taruh di luar ruangan. Ada meriam gunung hasil rampasan dari Jepang yang sangat berjasa dalam pertempuran Ambarawa (1945) dan menumpas pemberontakan RMS di Maluku serta Kahar Muzakar di Sulawesi.

Ingat panser buatan Pindad Bandung? Nah, di museum ini kita diingatkan bahwa tahun 1955 Bandung melalui bengkel milik Jawatan Peralatan Angkatan Darat sudah mampu membuat panser yang digunakan untuk mengawal dan mengamankan lalu lintas kereta api dari gangguan DI/TII antara Ciawi dan Cicalengka.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi berdiri di atas lahan seluas 4.176 meter persegi. Luas bangunan sendiri 1.674 meter persegi. Gedung ini dibangun tahun 1910-1915 dengan gaya Late Romanticsm Akhir dan digunakan sebagai rumah perwira Belanda. Setelah kemerdekaan diambil alih oleh pasukan Siliwangi dan dijadikan markas Divisi Siliwangi yang pertama di Kota Bandung (Staf Kwartier TerritoriumII! Divisi Siliwangi) pada tahun 1949 - 1950.

Dulu jalan di depan Museum Mandala Wangsit dikenal dengan Oude Hospital Weg (sekarang Jalan Lembong). Nama Lembong diambil dari Mayor Adolp Lembong yang gugur saat gedung ini diserang oleh Kapten Raymond Westerling dengan Angkatan Perang Ratu Adil-nya pada tanggal 23 Januari 1950. Dalam peristiwa tersebut gugur sebanyak 79 prajurit TNI/Siliwangi.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi diresmikan penggunaannya oleh Pangdam III/Siliwangi ke-8, Kolonel Ibrahim Adjie pada tanggal 23 Mei 1966 dan termasuk ke dalam kategori museum sejarah/perjuangan tingkat Kodam.

Pada tahun 1979 dibangun gedung baru tingkat dua yang diresmikan tanggal 10 November 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15 Mayjen Yoga Sugama. Prasastinya ditandatangani oleh Presiden Rl Soeharto. Sebagai sarana pendidikan, Museum Mandala Wangsit Siliwangi dilengkapi pula oleh lukisan diorama dan ruang audio visual untuk pemutaran film dokumenter perjuangan Divisi Siliwangi dan rakyat Jawa Barat.

Sayang, sejak tahun 1990 audio visual tidak bisa berfungsi karena karena rusak (Yds/Where To Go Bandung 2009)

Museum Mandala WangsitJln. Lembong No. 38Bandung 40122Telp. (022) 420 3393Terbuka untuk umum, Senin - Kamis pukul 08.00 -13.00 WIB; Jumat pukui 08.00 -10.00 WIB; Sabtu dan Minggu tutup kecuali konfirmasi melalui surat atau telepon.

Menuju Museum Mandala Wangsit Siliwangi

  • Angkot Kebon Kalapa - Ledeng
  • Angkot St. Hall - Sadang Serang
  • Angkot Sukajadi - Cipagalo