Advertorial
Intisari-online.com -Pandemi Covid-19 telah merebak hampir di seluruh penjuru dunia.
Banyak spekulasi terkait asal muasal virus Corona jenis baru ini.
Beberapa kemungkinan adalah hipotesa ilmuwan terkait data generik.
Sementara yang lain mengembangkan berbagai teori konspirasi tanpa adanya dasar tertentu.
Ilmuwan telah mencapai kaitan antara gen yang ada di virus Corona baru (Sars-CoV-2) dengan yang ditemukan di kelelawar ladam yang hidup di China Tenggara.
Lebih jauh lagi mengulas apa yang diketahui dari evolusi virus Corona sebelumnya.
Hasil ulasan menemukan jika patogen tersebut telah berpindah melalui spesies hewan yang lain.
Selanjutnya ilmuwan yakin jika virus ini kemudian bermutasi sedemikian rupa dengan cara berkombinasi dengan virus lain sebelum akhirnya menempel ke tubuh manusia.
Namun ilmuwan juga tidak menghentikan teori lain untuk muncul.
Ada teori lain yang berkembang bulan lalu oleh analisis genetis yang dilakukan oleh ahli epidemiologi top dunia.
Teori tersebut mengatakan jika virus ini adalah virus buatan dari laboratorium di Wuhan.
Wuhan juga menjadi pusat merebaknya pandemi ini pertama kali.
The Washington Post memberikan teori terakhir yang diterbitkan mereka.
Teori mereka adalah sumber virus ini dari seorang peneliti yang terinfeksi oleh kelelawar.
Atau, pembuangan material berbahaya dari fasilitas CDC Wuhan dekat pasar basah Wuhan.
Ilmuwan dengan cepat menyadari masih sedikit yang diketahui tentang evoluasi virus baru ini.
Dan, masih banyak sekali kemungkinan terkait sumbernya.
Namun yang pasti, spekulasi tanpa dasar tidak berguna dan hanya menunjukkan peran dari kemungkinan dari merebaknya penyakit baru ini.
Apa yang kita ketahui terkait virus Corona menunjukkan jalur penularan ke manusia.
"Teori kecelakaan ini, dan teori virus buatan laboratorium, tunjukkan kurangnya pemahaman genetis Sars-CoV-2 dan hubungannya dengan virus dari kelelawar," ujar Vincent Racaniello, profesor Mikrobiologi dan Imunologi di Universitas Columbia, New York.
Baca Juga: 'Apakah Cinta Bisa Dibeli dengan Uang?', Tanya Istri ke-6 Soekarno pada Warga Jepang
"Jika seseorang punya virus ini di lab, dan katakanlah 'dilepaskan', tidak mungkin virusnya bisa menginfeksi manusia.
"Sars-CoV-2 memiliki perubahan tambahan yang bisa membuatnya menginfeksi manusia," ujarnya.
Pasalnya, virus dari kelelawar akan berkembang dan berevolusi beberapa tahun sebelum bisa bermutasi dan menyerang manusia.
Virus kelelawar yang ditanyakan tersebut ditemukan oleh sekelompok peneliti yang termasuk ilmuwan dari Institut Virologi Wuhan.
Analisis dari para ilmuwan Wuhan temukan kesamaan 96 persen antara virus kelelawar dengan seluruh genom Sars-CoV-2.
Namun virus Corona baru ini memiliki adaptasi pada protein pengikatnya, yaitu bagian virus yang bisa mengikat ke sel manusia.
Hal itu tidak pernah terlihat secara dekat dari virus Corona dari kelelawar.
Setidaknya itulah kesimpulan dari kelompok ilmuwa lain yang lakukan analisis genetis komprehensif terkait bagaimana Sars-CoV-2 dibandingkan dengan urutan rantai virus lain.
Penemuan mereka kemudian didaftarkan ke jurnal Nature Medicine.
Artikel mereka menjelaskan mendetail mengenai kemungkinan 'lepasnya virus Corona baru dari laboratorium', tetapi mereka juga jelaskan mengapa hal tersebut bukan penjelasan terbaik mengenai evolusi patogen mematikan tersebut.
Mereka juga jelaskan bukan hal itu yang sebabkan adaptasi unik virus ini yang bisa sebabkan ia masuk ke populasi manusia.
Salah satu alasan mereka mengatakannya adalah karena peneliti menyebut virus dari kelelawar lebih mirip dengan virus Corona dibandingkan dengan kakaknya yang berasal dari tahun 2013.
Komunitas ilmuwan tidak mengenali virus tersebut, demikian penjelasan artikel tersebut.
Sementara itu, ilmuwan tekankan jika kondisi di alam dan berbagai cara manusia berhubungan dengan kehidupan lair, telah sediakan cakupan besar mengenai skenario dan jalur bagaimana virus Corona meloncat ke manusia.
"Di dunia di mana virus seperti Sars sudah umum di kelelawar dan hewan lain, dan kelelawar bisa hidup di mana saja mereka inginkan, mengapa kita berpikir penemuan laboratorium dan ilmuwan yang ceroboh untuk buat virus bisa meloncat dari kelelawar ke manusia?"
Pertanyaan iu disampaikan oleh Benjamin Neuman, profesor ilmu biologi di Texas A&M University-Texarkana.
Perdagangan hewan liar dan tempat mereka dijual yaitu di pasar basah Wuhan, telah menjadi kondisi paling memungkinkan dari merebaknya Sars-CoV-2 pertama kali.
Ini seperti kasus merebaknya Sars, yang awalnya dikira virus kelelawar menginfeksi luwak, tetapi ternyata menginfeksi manusia di pasar basah tersebut.
"Pasar hewan hidup seperti di Wuhan adalah tempat ideal untuk virus zoonotik merebak," ujar Andrew Cunningham, petugas direktur ilmiah di Zoological Society of London.
Ia juga menunjuk banyaknya hewan dari spesies berbeda-beda diletakkan berdekatan di kondisi sesak dan tidak higienis jelas bisa membuat muncul virus baru.
Sementara perdagangan hewan liar ciptakan interaksi antara hewan dan manusia, hal itu juga sediakan kesempatan virus berpindah dari populasi hewan sembari bermutasi.
Bisa juga beberapa virus bergabung karena kontak yang sangat dekat.
Virus yang meloncat dari hewan kemudian menginfeksi manusia lalu menyebar dengan luas adalah kondisi yang sangat jarang terjadi.
Kemungkinan jumlah hewan yang bisa tularkan virus satu sama lain dan berkontak dengan manusia dapat meningkatkan kesempatan virus merebak dan menyebar ke manusia.
"Tentu saja ini adalah urusan jumlah. Semakin banyak inang yang terinfeksi, maka semakin besar kesempatan perubahan di sebuah virus dapat terjadi," ujar Gavin Smith, profesor program wabah penyakit menular di Duke-NUS Medical School Singapore.
Ia katakan jika tumpahan bisa terjadi beberapa kali sebelum akhirnya bertemu kondisi yang cocok bagi virus untuk menyebar di antara manusia.
"Ide bahwa virus perlu satu kali transmisi kemudian melakukan replikasi di satu inang yang kemudian menyebarkannya ke yang lain adalah sangat jarang, tetapi bisa terjadi," ujar Smith.
Sementara wabah Covid-19 awalnya berpusat di sekitar pasar basah Wuhan, beberapa pasien sebelumnya tidak memiliki kaitan dengan pasar tersebut seperti disebutkan dokter dari Wuhan dan Beijing.
Hal ini bisa mengindikasikan jika virus telah berpindah di antara manusia lebih awal atau orang-orang terinfeksi di lokasi lain.
Bisa juga manusia terinfeksi langsung dari kelelawar, tidak lewat hewan perantara lain, ujar para ahli.
Racaniello menyebut ada juga orang-orang yang hidup atau bekerja dekat dengan hewan liar yang bisa kemudian terinfeksi, selain tentunya peneliti kelelawar.
"Virus mirip Sars-CoV-2 bisa saja menginfeksi seseorang di luar kota, mungkin ada rantai penyebaran sebelum virus mencapai Wuhan.
"Satu skenario yang mungkin yaitu petani memanen kotoran kelelawar untuk pupuk, bisa jadi sudah terinfeksi," ujarnya.
Baca Juga: WHO Sebut Indonesia dan India Berpotensi Jadi Episenter Baru Pandemi Virus Corona, Ini Alasannya
Saat ini masih terlalu dini untuk tentukan kesimpulan bagaimana virus Corona merebak.
Perlu uji lebih luas lagi dengan kumpulkan sampel darah untuk dapatkan lebih banyak petunjuk terkait adanya kejadian yang sama dan lepas dari pengawasan manusia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini