Advertorial

Waspada, Pakar Ini Sebut Indonesia Harus Bersiap Alami Lonjakan Kasus Covid-19, 'Perang Lawan Corona Bisa Sampai 6 Bulan ke Depan'

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Dilaporkan dalamsepekan terakhir terdapat penambahan hampir 600.000 kasus di seluruh dunia.

Tercatat per hari ini, Sabtu (11/4/2020), ada 1,6 juta kasus virus corona di Indonesia.

Sementara di Indonesia, jumlah kasus virus corona mencapai3.512 kasus.

Sebanyak 219 kasus merupakan kasus baru.

Baca Juga: WHO Sebut Indonesia dan India Berpotensi Jadi Episenter Baru Pandemi Virus Corona, Ini Alasannya

Pakar Epidemiologis, Dicky Gunawan mengungkapkan, di Indonesia juga masih berpotensi mengalami lonjakan kasus Covid-19.

"Secara pemahaman dasar teori epidemiologi dan pandemi, Covid-19 ini memiliki potensi besar menyebar di Indonesia,"kata Dicky kepada Kompas.com pada Jumat (10/4/2020).

"Dasarnya adalah, Ro-nya yang kemungkinan di Indonesia di antara 2 dan 3."

"Sehingga dengan pola penambahan eksponensial ini, kita bisa perkirakan penambahan dalam setiap harinya."

Baca Juga: Kim Jong Un Bukan Apa-apa, Diktator yang Satu Ini Juga Dikenal Kejam, Pernah Cungkil Mata dengan Pisau hingga Siksa 3.200 Orang

Ro adalah angka reproduksi dasar covid-19, merepresentasikan potensi maksimum covid-19 untuk menimbulkan epidemi atau pandemi.

Dengan angka Ro berkisar antara 2 dan 3, maka satu orang pasien berpotensi menyebarkan virus ini ke 2 atau 3 orang lainnya.

Dia pun memperkirakan, perang melawan Covid-19 ini bisa memerlukan waktu hingga 6 bulan ke depan.

Ketersediaan APD bagi tenaga medis

Kemungkinan terjadinya lonjakan kasus ini perlu diantisipasi dengan tepat karena akan berdampak langsung khususnya kepada tenaga medis yang berada di garda terdepan penanganan covid-19.

Pemerintah perlu memastikan ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis, menyediakan lokasi tinggal (istirahat) dan menjamin kesejahteraan mereka.

Selain itu para tenaga medis juga harus mendapat kesempatan pertama menjalani tes deteksi karena mereka akan menangani pasien secara langsung.

"Kalau dari sisi paramedisnya, saya sudah melihat kebesaran hati dan pengorbanan yang besar yang telah ditunjukkan selama ini."

"Namun, saya melihat pemerintah baik pusat dan daerah harus lebih mengapresiasi para tenaga kesehatan kita," kata Dicky.

Baca Juga: 6 Tahun 'Menghilang' Setelah Suaminya Dieksekusi Mati, Bibi Kim Jong Un Kembali Muncul di Publik, Bahkan Duduk Sejajar dengan Orang yang Bunuh Suaminya

Dicky juga menambahkan, terkait kemungkinan melonjaknya kasus, kondisi tenaga medis harus terus diperhatikan.

Mereka harus mendapat waktu istirahat dan rotasi kerja sehingga tidak mengalami kelelahan berlebih.

Untuk menambah tenaga medis, Dicky menyarankan, bisa diisi oleh para dokter muda, yang saat ini masih menunggu ujian profesinya atau mahasiswa kedokteran dan keperawatan tingkat akhir.

"Prediksi saya, perang melawan covid-19 ini bisa perlu waktu hingga 6 bulan ke depan."

"Sehingga ketahanan nasional kita harus dipersiapkan," kata Dicky.

Penanganan Covid-19 masih harus dibenahi

Dicky juga mengingatkan bahwa masih ada beberapa poin yang harus dibenahi terkait upaya penanganan Covid-19 di Indonesia.

Menurut Dicky, beberapa hal tersebut antara lain infodemic dan polarisasi politik dalam penanganan corona. Dicky menyebut polarisasi ini masih terlihat baik di dunia maya maupun dunia nyata.

"Polarisasi bangsa masih terjadi pasca-pilpres."

Baca Juga: Beda Jauh, Beginilah Kepribadian Kim Jong Un Semasa Sekolah, 'Dia Lucu, Suka Main PS, hingga Pernah Bawa Majalah Dewasa'

"Sisa perbedaan ini nyata terlihat di diskusi dunia maya dan media."

"Ini memprihatinkan dan berbahaya," kata dia.

"Karena salah satu kunci keberhasilan penanganan pandemi (dalam siklus manajemen risiko pandemi) adalah adanya sinergitas dan kolaborasi," ungkap Dicky.

Terjadinya polarisasi ini sangat menghambat penanganan covid-19.

Terutama pada tingkat masyarakat, sehingga ada sebagian masyarakat yang menyepelekan bahaya penyebaran covid-19.

Dia juga menilai strategi komunikasi risiko juga masih lemah.

Padahal strategi komunikasi ini berperan penting dalam memastikan pesan penting kepada masyarakat bisa diterima dan dilaksanakan Dicky juga menyoroti banyaknya informasi yang dikeluarkan oleh mereka yang bukan pakar di bidangnya.

Banjir informasi atau infodemic ini turut memengaruhi pola pikir masyarakat dan menurunkan kepercayaan masyarakat yang berfikir kritis dan memiliki pengetahuan.

"Poinnya, perbanyak tes, perkuat dukungan, jumlah tenaga medis, perkuat strategi komunikasi risiko, lawan infodemic dan perkuat kolaborasi serta hindari polarisasi," kata Dicky.

(Jawahir Gustav Rizal)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Indonesia Perlu Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19, Berikut Infonya")

Baca Juga: Berbanding Terbalik dengan Kehidupan Rakyatnya yang Miskin, Ini Daftar Kekayaan Kim Jong Un, Ada Hotel dengan 105 Lantai dan Warisan 1.000 Pesawat

Artikel Terkait