Advertorial

Sejarah Kelamnya Terungkap, Korea Utara Mati-matian Sembuyikan Virus Corona Karena Ketakutan Ini, 'Kim Membiarkan Ratusan Warganya Meninggal, Seperti Budak yang Tidak Berharga'

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Kim Myong seorang pembelot telah mengungkapkan rahasia kelam, di mana korban yang tewas akibat virus corona.
Kim Myong seorang pembelot telah mengungkapkan rahasia kelam, di mana korban yang tewas akibat virus corona.

Intisari-online.com - Sebagai negara terpencil dan paling tertutup di dunia, Korea Utara belum melaporkan kasus virus corona.

Mereka mengklaim bahwa negaranya bersih dari wabah itu namun, banyak pakar dan negara di dunia meragukan pernyataan itu.

Melasir Daily Mirror pada Sabtu (11/4/20) Kim Jong-Un tidak terlalu peduli dengan bencana kemanusiaan yang akan datang.

Virus corona sendiri diperkirakan bisa membunuh tiga juta penduduk Korea Utara.

Baca Juga: Hatinya Teriris Bersamaan dengan Mata berkaca-kaca, Ganjar Meminta Maaf Ada Penolakan Jenazah Perawat Positif Covid-19 di Semarang: 'Saya Mohon Maaf'

Kim Myong seorang pembelot telah mengungkapkan rahasia kelam, di mana korban yang tewas akibat virus corona, bisa menyaingi kelaparan empat tahun yang disebut sebagai Arduous March.

Sementara klaim Korut bebas dari virus corona ditentang oleh komunitas Internasional, melihat dari kondisi sekitar sepertri China dan Korsel yang memiliki jumlah di luar kendali.

Ada rumor yang menyebut bahwa Korut melakukan aksi kejam terhadap orang-orang yang diduga terinfeksi virus corona.

Laporan itu dikonfirmasi oleh regu tembak Korut yang mengatakan sudah 200 orang tewas karena pandemi itu, selama wabah besar ini.

Baca Juga: 'Apakah Cinta Bisa Dibeli dengan Uang?', Tanya Istri ke-6 Soekarno pada Warga Jepang

Sejauh ini Korut mengaku sudah melakukan pengujian, dan memiliki 500 orang dikarantina, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pengamat percaya sistem kesehatan Korea Utara sangat rapuh dan tidak siap menghadapi pandemi ini.

Dikhawatirkan bahwa Korea Utara akan hancur, mengingat keadaan rumah sakit, kekurangan gizi, dan sanksi ekonomi yang diterima mereka.

Sebelumnya,Myong menolak bahwa Korut dituduh melakukan propaganda di tengah pademi, saat mereka meluncurkan rudal balistik.

Ujicoba rudal itu membuat dunia terprovokasi karena seolah tidak berduka di tengah wabah virus corona yang kini sedang melanda dunia.

Selain itu teka-teki nol kasus virus corona di Korea Utara dimuat adalam artikel Komite Hak Asasi Manusia yang berbasis di Amerika.

Baca Juga: Jangan Remehkan Erupsi Gunung Anak Krakatau, Sebab Dulunya Letusan 'Ibu Krakatau' 10.000 Kali Lebih Menghancurkan dari Bom Atom Hiroshima

Dia menulis bahwa jumlah infeksi dan kematian yang disebabkan Covid-19 di Korut melebihi imajinasi.

Dia juga menambahkan, " Sistem perawatan Korea Utara Rapuh dan genting. Orang-orang Korea Utara menderita kelaparan kronis, kesehatan yang buruk, dan kekebalan yang lemah."

"Konsekuensinya tidak berlebihan bahwa Korea Utara sebenarnya lebih rentan terhadap Covid-19 daripada negara lain di manapun di dunia," katanya.

"Mungkin tidak masuk akal, namun Korut lebih berbahaya daripada negara manapun di dunia," terangnya.

Myong sendiri mengungkap ketakutan Korut, jika virus corona masuk bukan tak mungkin sejarah kelam yang pernah terjadi di negeri Komunis itu terulang kembali.

Pada insiden Arduous March, dikenal sebagai pawai penderitaan pada 1994 dan 1998, terjadi kelaparan massal yang menyebabkan 3 juta orang tewas.

Baca Juga: 'Kompak' Meletus! Selain Anak Krakatau, Ini Lima Gunung Api di Indonesia Lainnya yang saat Ini Sedang Erupsi, Dua Ada di Pulau Jawa

Pada saat itu dia tinggal di Pyongyang dan merasakan bagaimana orang-orang menderita kekurangan makanan.

Myong berspekulasi, Korea Utara enggan mengatakan yang sebenarnya tentang virus corona, dan mati-matian menyembunyikannya.

Kim menyembunyikan kebenaran tentang wabah itu, sama seperti ayahnya Kim Jong-Il yang menyembunyikan kelaparan yang pernah terjadi di Korea Utara.

Mereka menipu rakyatnya sendiri, karena khawatir rakyatnya akan berbalik melawannya jika mereka tahu korban sebenarnya karena kurangnya perawatan dan tindakan pemerintah.

"Kim membiarkan ratusan warganya meninggal, seperti budak yang tidak berharga," ujar Myong.

Alasan ketiga Kim merahasikan wabah itu, adalah untuk memprovokasi AS.

Artikel Terkait