Advertorial
Intisari-Online.com - Sampai saat ini, pasien positif virus corona di Indonesia mencapai 172 orang.
Mencapai angka tersebut setelah pasien bertambah sebanyak 38 orang dari pengumuman terakhir yang dilakukan pada Senin (16/3/2020) sore.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto.
Ia menyampaikan bahwa dari angka 172 kasus tersebut, ada 4 provinsi yang mengalami penambahan kasis covid-19 cukup banyak.
Yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kepulauan Riau.
Peningkatan yang cukup pesat tersebu tak sedikit membuat masyarakat Indonesia panik.
Juga bertanya-tanya bisakah seseorang meminta tes covid-19 atas inisiatif sendiri?
Untuk hal tersebut, Achmad Yurianto memberikan penjelasan.
Melansir Tribunnews.com, Yurianto menanggapi banyaknya masyarakat yang meminta periksa covid019.
Ia menjelaskan jika untuk pemeriksaan covid-19, seseorang harus memiliki indikasi dan juga atas permintaan dokter.
Sebelumnya, ia mengatakan bahwa saat ini keadaan sudah mulai tertata.
"Kita tahu beberapa hari terakhir terjadi semacam kepanikan, di mana masyarakat semuanya ingin datang untuk memeriksakan diri. Alhamdulillah, saat ini sudah mulai tertata," kata Achmad Yurianto dalam keterangan persnya di kantor BNPB, Jakarta, Selasa (17/3/2020).
Menurutnya, masyarakat tidak perlu untuk minta pemeriksaan sendiri-sendiri.
"Masyarakat mulai menyadari pemeriksaan swab, pemeriksaan COVID-19 ini harus ada indikasinya dan atas permintaan dokter. Tidak kemudian masing-masing merasa perlu untuk minta sendiri-sendiri," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak masyarakat untuk menaati sistem yang sudah ada.
Sehingga menurutnya virus corona bisa ditangani dengan lebih sistematis serta tanpa kepanikan dan kegaduhan.
Penelitian Tunjukkan Orang Tanpa Gejala Berpotensi Lebih Besar Menularkan Covid-19
Selain karena jumlah pasien covid-19 terus meningkat, tak heran jika banyak masyarakat merasa khawatir, baik di Indonesia, maupun dunia.
Pasalnya, sebagian pasien virus corona justru dinyatakan positif meski sebelumnya tak mengalami gejala apa pun.
Melansir Kompas.com (17/3/2020), Studi baru di beberapa negara tentang virus corona mempertanyakan pernyataan para pejabat AS tentang cara penyebaran covid-19.
Pernyataan yang dimaksud yaitu ketika para pejabat menekankan bahwa virus tersebut menyebar terutama oleh orang-orang yang sudah menunjukkan gejala, seperti demam, batuk, atau kesulitan bernapas.
Jika itu benar, maka akan lebih mudah untuk mengendalikan wabah covid-19.
Sebab, dengan demikian masyarakat yang memiliki gejala bisa diidentifikasi dan diisolasi untuk menekan penyebaran wabah.
Namun sayangnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tanpa gejala menyebabkan sejumlah besar infeksi.
Di sejumlah negara terdapat laporan tentang penularan signifikan oleh orang yang tidak menunjukkan gejala atau memiliki gejala ringan.
Dr. Sandra Ciesek, Direktur Institute of Medical Virology di Frankfurt, Jerman, menguji 24 penumpang yang baru saja terbang dari Israel.
Tujuh dari 24 penumpang dinyatakan positif terkena virus corona.
Empat dari mereka tidak memiliki gejala, dan Ciesek terkejut menemukan bahwa viral load dari pasien tanpa gejala lebih tinggi daripada viral load dari tiga pasien yang memang memiliki gejala.
Viral load adalah jumlah konsentrasi virus dalam sekresi pernapasan seseorang.
Muatan yang lebih tinggi berarti seseorang lebih mungkin menyebarkan infeksi ke orang lain.
Sementara Ciesek belum menerbitkan temuan ini. Tetapi, pada 18 Februari, ia menerbitkan di New England Journal of Medicine tentang dua penumpang yang kembali ke Jerman dari Wuhan, China, dan dinyatakan positif terkena virus corona.
Salah satu penumpang positif ini tidak memiliki gejala dan yang lainnya memiliki ruam yang samar dan sakit tenggorokan ringan.
Ketika dia mengambil sampel pengujian mereka ke laboratorium, dia berhasil menginfeksi kultur sel dengan usapan pasien.
"Kami dapat menyimpulkan bahwa kedua pasien itu memiliki virus yang dapat menginfeksi sel, dan, kemungkinan besar, manusia lain," tulis Ciesek dalam email ke CNN.
Selain itu, awal studi skala besar menggunakan pemodelan matematika wabah di Tianjin, China, dan Singapura pada Januari dan Februari 2020 juga telah menemukan sejumlah besar penyebaran oleh orang-orang yang belum menunjukkan gejala.
Sebuah penelitian yang diunggah oleh para peneliti Belgia dan Belanda menunjukkan bahwa antara 48 persen dan 66 persen dari 91 orang di klaster Singapura tertular infeksi dari seseorang yang pre-simtomatik.
Sementara dari 135 orang di klaster Tianjin, antara 62 persen dan 77 persen tertular dari seseorang adalah pra-gejala.
Salah satu penulis utama studi ini, Tapiwa Ganyani di Data Science Institute di Hasselt University di Belgia, mencatat dalam email ke CNN bahwa ini adalah perkiraan dengan ketidakpastian.
Peneliti Kanada, Belanda dan Singapura melihat wabah yang sama di Tianjin dan Singapura dan menemukan bahwa infeksi ditularkan rata-rata 2,55 hari dan 2,89 hari sebelum timbulnya gejala masing-masing di masing-masing lokasi.
Sementara itu beberapa ahli yang diwawancarai CNN mengatakan, belum jelas berapa persen dari penularan dalam wabah dipicu oleh orang-orang yang jelas sakit dibandingkan mereka yang tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan.
Sehingga, orang-orang yang terinfeksi tanpa menunjukkan gejala maupun dengan gejala ringan tetap memilki andil dalam penularan virus corona.
"Kita sekarang tahu bahwa penularan asimptomatik kemungkinan (memainkan) peran penting dalam menyebarkan virus ini, "kata Michael Osterholm, Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di University of Minnesota.
Osterholm menambahkan bahwa sangat jelas infeksi tanpa gejala pasti dapat memicu pandemi dengan cara yang akan membuatnya sangat sulit untuk dikendalikan.
Baca Juga: Wagub Maluku Utara Mengamuk di Pelantikan Pejabat Eseleon II, Beginilah Kronologi Lengkapnya