Intisari-online.com -Bulan lalu, Xi Jinping berikan tanggapannya terkait usaha melawan virus Corona.
Mengutip Al Jazeera, Xi Jinping berikan tanggapannya lewat pidato.
Pidato tersebut mengindikasikan jika Jinping telah sadar potensi mewabahnya virus tersebut jauh sebelum publik China diberi tahu.
Kita ingat sebelumnya dalam hari-hari awal pandemi Corona masih berupa epidemi dan lumpuhkan China, presiden Xi Jinping terlihat mainkan peran 'diam'.
Hal tersebut membuat ia dikritik habis-habisan oleh banyak pihak.
Kemudian pada tanggal 3 Februari silam, Xi Jinping akhirnya rilis pidato yang juga dirilis oleh media pemerintah yang berikan instruksi terkait melawan virus tersebut.
Namun atas pidato tersebut, mantan eksekutif properti China yang cukup berpengaruh mengolok-olok Xi Jinping habis-habisan.
Ren Zhiqiang, anggota dari partai Komunis China dan mantan eksekutif top pengembang properti grup Real Estate Huayuan, menyebut Xi Jinping badut atas pidato tersebut.
Kini, lebih parah lagi, sosok pria tersebut telah dikabarkan oleh rekannya menghilang secara misterius.
Ia tidak dapat dihubungi sejak 12 Maret, mengutip Guardian.com.
Teman dan rekan bisnisnya Wang Ying menyebut dalam pernyataan kepada Reuters, jika teman-teman yang lain sangat resah akan hal ini.
"Banyak teman kami mencarinya.
"Ren Zhiqiang adalah public figure dan hilangnya dia diketahui banyak khalayak.
"Negara ini bertanggung jawab untuk berikan penjelasan masuk akal dan resmi secepat mungkin," ujar wanita tersebut.
Pihak media internasional Reuters mencoba menelepon telepon genggam Ren, dan telepon tersebut tidak diangkat.
Polisi Beijing tidak segera berikan respon cepat terkait permintaan yang masuk melalui telepon dan faks untuk berkomentar pada Minggu 15/3/2020 kemarin.
Sementara Kantor informasi dewan negara China tidak segera menanggapi permintaan komentar melalui faks.
Sebuah esai yang dibagikan Ren ke orang-orang yang ia kenal baik di minggu-minggu terakhir dengan sengaja mengolok-olok pidato yang dibuat Xi Jinping pada tanggal 23 Februari.
Media pemerintah menyebut pidato tersebut disampaikan lewat teleconference ke anggota resmi partai sejumlah 170 ribu di seluruh penjuru negara.
Esainya kemudian dibagikan secara online oleh yang lain.
Dalam esai tersebut, Ren tidak menyebut nama Xi Jinping, dan katakan setelah mempelajari pidato tersebut ia "melihat bukan kaisar berdiri memamerkan 'baju barunya', tetapi seorang badut terlucuti sampai telanjang yang bersikeras dalam melanjutkan menjadi kaisar," menurut versi yang diposting oleh China Digital Times.
Ia juga sebutkan pidato itu beberkan "krisis pemerintahan" dalam partai, dan kurangnya kebebasan media dan pers.
Pidato tersebut juga disebutnya mencegah wabah tersebut tertangani lebih cepat dan hanya memperburuk situasi.
Hilangnya Ren datang ketika banyak sensor muncul saat media lokal dan pengguna online mendiskusikan pandemi telah menguat lagi di China minggu-minggu ini.
Virus Corona yang merebak pertama kali di China tahun lalu, telah menginfeksi lebih dari 80 ribu warga dan membunuh 3199 jiwa warga China.
Ren, yang mendapat julukan Cannon Ren pernah diadili dari partai selama satu tahun pada tahun 2016 sebagai bagian dari hukuman karena secara terbuka mengkritik kebijakan pemerintah atas kritiknya sebelumnya yang diposting di media sosial.
Pada tahun itu, pemerintah memerintahkan platforms seperti Weibo untuk menutup akun media sosial Ren.
Baca Juga: Uji Coba Pertama Vaksin Corona Disuntikkan pada 45 Relawan, Bagaimana Cara Kerja Vaksin?
Akun Ren memiliki 30 juta followers online.
Pemerintah China sebutkan ia telah membagikan informasi ilegal.
Beijing telah membingkai perang melawan virus Corona sebagai "Perang Manusia" yang dipimpin oleh Xi Jinping.
Walaupun upaya karantina dan lockdown kota Wuhan telah efektif menahan virus tersebut, China telah mendapat banyak sekali kritik untuk menyembunyikan informasi dari awal-awal merebaknya virus tersebut.