Advertorial
Intisari-Online.com - Semua mata tertuju pada kemajuan China dalam menjaga agar pabrik-pabriknya terus hidup.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa China telah memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek tahun ini.
Tak hanya itu, China juga menutup daerah-daerah pertumbuhan utama dalam upaya untuk menahan wabah coronavirus.
Namun dilansir dari CNBC, Minggu (3/2/2020), banyak provinsi yang mulai tertatih-tatih kembali hidup dan bekerja.
Baca Juga: Ini Cara Mengetahui 7 Bagian Sensitif Wanita, Salah Satunya Sudah Pasti Anda Duga, Mau Tahu?
Presiden China Xi Jinping, meminta kepada warganya untuk kembali bekerja.
Seruan tersebut dikeluarkan saat negara terus berjuang dengan wabah virus Corona.
“Ini adalah krisis sekaligus ujian besar bagi kami,” kata Xi Jinping seperti dikutip dari CNBC, Senin (24/2/2020).
Dalam pidatonya, Xi Jinping membuat seruan agar bisnis kembali berjalan dan menekankan pada kelanjutan yang tertib.
Pemerintah China juga telah memberikan pembaruan rutin.
Mereka melaporkan pada Rabu lalu bahwa tingkat kelanjutan kerja telah mencapai 50% untuk beberapa perusahaan industri di kawasan ekonomi utama seperti Guangdong dan Shanghai.
Media pemerintah China juga melaporkan bahwa lebih dari 80% dari sekitar 20.000 anak perusahaan milik pemerintah pusat telah kembali bekerja.
Tingkat Polusi Udara
Analis menggunakan tingkat polusi sebagai tolok ukur aktivitas industri.
Kota-kota besar di Tiongkok terkenal penuh asap karena pembakaran batu bara oleh pabrik-pabrik.
Sejauh tahun ini, tingkat polusi antara 20% dan 25% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini sekaligus menunjukan adanya penurunan substansial dalam aktivitas industri.
Oleh karena itu, pantas saja Xi Jinping memohon warganya untuk kembali bekerja, karena polusi udara yang lebih rendah menunjukkan aktivitas ekonomi yang mati.
Namun, mengacu ada pembaruan resmi bahwa lebih dari 80% dari 20.000 subsidi manufaktur China telah kembali berfungsi.
Rodrigo Catril, ahli strategi valuta asing senior di NAB, meragukan kemajuan yang sebenarnya.
“Berita ini seharusnya diterima dengan hangat oleh pasar, namun data frekuensi tinggi seperti tingkat polusi dan pengukur kemacetan lalu lintas di Beijing tidak pada tahap ini menguatkan pesan resmi optimis, membuat investor waspada,” katanya dalam catatan Rabu.
Pada 20 Februari (Kamis), konsumsi batubara harian dari enam pembangkit listrik utama adalah 42,5% lebih rendah dari waktu yang sama tahun lalu, menurut Nomura.
Bank Jepang juga telah mengikuti data tentang kemacetan lalu lintas, arus penumpang dan penjualan rumah baru dalam upaya untuk melacak kemajuan dimulainya kembali pekerjaan China.