Advertorial
Intisari-online.com -Filipina telah mengambil langkah resmi menghentikan perdagangan saham, obligasi dan mata uang sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Dengan ini, Filipina menjadi negara pertama yang tutup pasar finansialnya, merespon meluasnya pandemi virus Corona.
Penutupan ini resmi dimulai pada Selasa, menurut pernyataan dari Asosiasi Bursa Efek dan Bankir Filipina.
"Tidak akan ada lagi perdagangan dagang di The Philippine Stock Exchange, Inc. dan tidak ada pembersihan serta penyelesaian sampai pemberitahuan lebih lanjut.
"Ini untuk memastikan keamanan pegawai dan pedagang dalam kasus penyakit virus Corona yang semakin meningkat," ujar salah satu pegawai.
Gerakan ini mengikuti keputusan Presiden Rodrigo Duterte pada Senin kemarin untuk perluas lockdown sebulan di wilayah ibu kota yang mencakup pulau utama negara tersebut: pulau Luzon.
Saat ini pulau Luzon dihuni oleh 57 juta jiwa.
Virus Corona telah menginfeksi setidaknya 140 jiwa di Filipina, dan telah membunuh 12 warga.
Baca Juga: Uji Coba Pertama Vaksin Corona Disuntikkan pada 45 Relawan, Bagaimana Cara Kerja Vaksin?
Sementara itu ekuitas Filipina telah jatuh lebih dari 30 persen tahun ini, termasuk penurunan terbesar se-Asia.
Hal ini terjadi setelah stok saham jatuh akibat ketakutan terhadap resesi global.
Dana yang diperdagangkan di bursa yang terdaftar di Amerika melacak pasar Filipina turun dengan rekor 19.5 persen pada hari Senin setelah bursa umumkan penutupan.
"Pelarangan ini akan keluarkan mekanisme sehingga tidak akan dianggap baik oleh investor yang tidak suka aliran dana mereka dibatasi," ujar Manny Cruz, penyusun strategi di Papa Securities.
"Apa yang pasar akan lakukan ketika perdagangan dilanjutkan bergantung pada kondisi pasar global.
"Kami akan melihat penjualan tajam jika pelemahan global terus berlanjut dan serangan balik yang tajam seharusnya ada untuk menjadi langkah pemulihan di seluruh dunia," ujar Cruz.
Menutup pasar selama krisis sangatlah jarang tetapi bukan tidak pernah dilakukan.
Pasar bursa Amerika telah ditutup hampir Seminggu setelah serangan teroris pada 11 September 2001.
Sementara bursa efek Hong Kong hentikan penjualan saat Black Monday tahun 1987.
Yunani juga pernah menutup pasar bursanya selama lima minggu di tahun 2015.
Survei pada investor internasional oleh bursa efek Hong Kong pada Desember 1987 hasilkan suara bulat jika penutupan telah berefek negatif terhadap reputasi internasional pasar bursa saham dan mengikis kepercayaan di pasar Hong Kong, meski dalam jangka waktu yang pendek.
Sementara itu Amerika termasuk beberapa negara yang didaftar oleh para komentator untuk lakukan penutupan pasar finansial sementara waktu.
Namun banyak yang menolak mosi ini.
Bursa di Korea dan Indonesia juga menyebutkan tidak ada rencana untuk menghentikan penjualan.
Sementara itu bursa efek Australia mengatakan para pengatur pasar "telah mengukur kisarannya untuk pertahankan kondisi pasar dan keberlanjutannya".
Pihak Keamanan Amerika dan Komisi Perdagangan Saham Jay Clayton mengatakan dalam wawancara ke CNBC pada Senin kemarin jika pasar saham seharusnya tetap beroperasi.
CEO Nasdaq Inc. Adena Friedman mengatakan kepada Bloomberg TV jika sangat lebih baik untuk tetap buka pasar, mengutip jika kebutuhan peningkatan modal perusahaan, dan mengatakan "masalah terpendam" dapat terjadi dengan penutupan.
Bursa Efek New York kirimkan note di luar jam kerja pada Senin mengatakan jika semua grup perdagangan Bursa Efek New York (NYSE) termasuk pasar pertukaran akan "tetap beroperasi normal esok hari".
Namun para analis telah khawatirkan hal lain.
"Dengan cepatnya harga equitas anjlok, telah disarankan jika pasar saham ditutup secepatnya jika masih belum membaik," ujar kepala Peneliti Ekonomi dalam sebuah catatan pada Selasa.
Peneliti AdMacro Patrick Perret-Green juga usulkan prospek dalam sebuah catatan akhir minggu kemarin, sebelum Filipina bergerak.
"Kita telah melihatnya sebelumnya. Aku yakin kita bisa lihat itu lagi," ujarnya. "Pemerintah tidak perlu dan tidak ingin menambah stress dan gangguan saat ini."
Ibu kota menilai itu sebagai langkah tidak efektif untuk selamatkan sentimen investor dan berharap seperti di Filipina, alasan kesehatan digunakan untuk menutup bursa efek.
"Pada kesempatan langka ketika pasar saham telah ditutup di AS di masa lalu, biasanya hanya karena alasan praktis, seperti setelah 9/11, daripada sebagai cara untuk memulihkan kepercayaan ... (Itu) mungkin tidak bekerja bagaimanapun juga.
"Investor mungkin akhirnya menjual apa pun yang mereka bisa jika mereka perlu mengumpulkan uang dengan tergesa-gesa."
Pasar global dalam krisis saat pandemi menyebar, dengan sekitar US $ 14 triliun nilai pemegang saham terhapus dan bahkan aset yang aman seperti emas telah dijual untuk menutupi kerugian.