Advertorial
Intisari-Online.com -Afrika sejauh ini mencatat kasus virus corona yang relatif sedikit dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Namun pemerintah di seluruh benua Afrika tidak mau mengambil risiko dan mereka berlomba menghentikan penyebaran virus corona dengan menutup jalur masuknya orang asing.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (16/3), kasus corona di 27 negara Afrika hanya sebanyak 347 kasus.
Separuhnya berada di Mesir, Aljazair, Afrika Selatan dan Maroko.
Tujuh orang tewas akibat corona di Afrika, empat diantaranya di Aljazair, dua di Mesir dan satu di Maroko.
Sebelumnya, orang-orang kulit hitam meyakini bahwa mereka kebal virus corona.
Beberapa dari mereka juga mengemukakan alasan yang tidak masuk akal di balik argumen bahwa mereka kebal terhadap virus corona karena kulit dan darah Afrika mereka.
Namun, satu-satunya pemberitaan berbasis ras tentang virus corona adalah tentang bagaimana orang-orang (di Amerika) membenci orang Asia karena dianggap jadi biang keladi munculnya virus itu.
Virus corona sendiri sejak pertama kali dilaporkan keluar dari kota Wuhan sekarang telah menginfeksi 182.605 orang dan menyebabkan7.171 kematian di seluruh dunia.
Awalnya, dari semua kasus positif corona yang ada, sangat sulit diabaikan bahwa belum ada satu kasus yang dilaporkan secara spesifik menunjukkan bahwa orang kulit hitam terinfeksi oleh atau meninggal karena komplikasi yang diakibatkan oleh penularan virus corona.
Hal itu lalu membuka klaim ngawur bahwa orang kulit hitam kebal terhadap virus corona.
Meski begitu, berkali-kali klaim itu terlontar dan sudah berkali-kali pula dibantah karena tidak memiliki dasar ilmiah.
Seakan membantah klaim orang hitam kebal corona, Jen Caudle, seorang dokter keluarga Afrika-Amerika dan seorang profesor di Universitas Rowan di New Jersey, mengkonfirmasi kepada Philadelphia Inquirer bahwa ya, orang kulit hitam memang dapat terkena virus corona.
“Tidak ada bukti yang mengatakan bahwa orang kulit hitam kebal corona. Ini hanya mitos," katanya.
"Siapa pun bisa terkena virus corona."
Meski begitu, ada beberapa faktor spesifik yang membuat beberapa orang hitam tertentu lebih rentan terhadap virus ini.
Mereka termasuk populasi tunawisma Amerika.
Menjadi tunawisma meningkatkan risiko 2 kali lipat untuk tertular virus corona.
"Mereka memiliki risiko ganda," kata Chunhuei Chi, direktur Pusat Kesehatan Global di Oregon State University di Corvallis.
Demikian pula, New York Times baru-baru ini melaporkan bahwa tinggal di komunitas miskin dan perkotaan dapat memperumit jenis risiko kesehatan yang ada yang dapat diperburuk oleh coronavirus terlepas dari suku bangsa dan ras.
"Wabah dapat menghancurkan komunitas kulit hitam dan Latin berpenghasilan rendah yang, bahkan di saat terbaik sekalipun, menghadapi tantangan medis yang serius," tulis Times.
Dan jika berita bahwa Gobert - yang ayahnya berkulit hitam dan ibu berkulit putih - tidak cukup bukti, sudah sangat jelas bahwa coronavirus tidak mendiskriminasi korbannya berdasarkan ras.
Itu artinya, orang kulit hitam juga bisa terkena virus corona, sama seperti orang lain.
Muflika Nur Fuaddah