Advertorial
Intisari-online.com -Beredar sebuah video seorang WNA terjatuh dan terlihat seperti kejang-kejang di area publik terminal kedatangan internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Pada video itu ditulis “Seorang wisatawan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai tiba-tiba jatuh pingsan, Selasa (11/2/2020) malam. Kondisi wisatawan tersebut membuat orang disekitarnya merasa was-was karena takut wisatawan tersebut virus corona.”
Dikonfirmasi Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Arie Ahsanurrohim, Rabu (12/2/2020) membenarkan perihal kejadian tersebut.
“Kejadiannya dinihari tadi pukul 01.00 WITA. Yang bersangkutan (pria pada video) mengalami back pain dan tidak benar kalau pingsan,” jelas Arie.
Ia menambahkan kejadiannya terjadi di publik area kedatangan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
“Kejadiannya begitu cepat dan yang bersangkutan yang merupakan WN Korea Selatan sudah ditangani oleh salah satu provider travel services di Bali dan langsung di bawa ke RS Siloam,” ungkap Arie.
WHO Khawatirkan Kondisi Indonesia yang Masih Nihil Wabah Virus Corona
Kementerian Kesehatan pun terus memberikan laporan terkait kondisi keadaan novel corona virus di Indonesia ke WHO.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto menjelaskan sesuai prosedur WHO, setiap hasil pemeriksaan dugaan novel corona virus di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) walaupun hasilnya negatif laporannya tetap harus di kirimkan ke WHO.
“Seluruh pemeriksaan dari yang pertama sampai yang terakhir semuanya kita laporkan ke WHO,” ucap Yuri.
Hasil laporan yang dikirimkanbtersebut kemudian akan diverifikasi lebih lanjut oleh pihak WHO untuk menilai kinerja dari lab di Indonesia.
“Semua spesimen yang kita periksa, ini nanti akan dilakukan verifikasi oleh WHO untuk melihat akreditasi validitas pemeriksaan oleh lab kita,” kata Yuri.
Dari hasil pelaporan seluruh spesimen dugaan novel corona virus di Indonesia pun dinyatakan tidak ada masalah oleh WHO.
“Alhamdulilah sampai sekarang masih tidak ada masalah. who juga mengatakan apa yang kita lakukan sudah benar,” ungkap Yuri.
Sementara Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) justru bahas penyesuaian terhadap kebijakan penurunan stunting.
Penyesuaian dilakukan, kata Muhadjir, karena anggaran yang digunakan pemerintah untuk menekan angka stunting dan kemiskinan dianggap belum maksimal serta cenderung tidak tepat sasaran.
"Kesimpulannya kita harus melakukan evaluasi secara menyeluruh, lalu membuat policy adjustment. Jadi penyusunan kebijakan terhadap berbagai masalah itu, termasuk belum terlalu tepat sasarannya target yang menjadi arah dari penanganan masalah penanggulangan kemiskinan dan stunting itu," tutur Menko Muhadjir di Gedung Grand Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Muhadjir menambahkan permasalahan data masih menjadi sebab belum tepat sasarannya anggaran yang disiapkan pemerintah.
Maka itu, pemerintah menyepakati untuk segera mempercepat pembangunan satu data Indonesia sesuai dengan Perpres No 39 tahun 2019.
"Leading sektor adalah bapak Kepala Bappenas. Ini nanti adalah satu data Indonesia itu terutama data kemiskinan, stunting itu bisa jadi satu, maka kita akan bisa menyelesaikan masalah lebih sistemik, targetnya juga lebih terukur dan seterusnya," ucap Muhadjir.
Sistem data tunggal, ditambahkan Muhadjir, diperbaharui secara berkala oleh kementerian lembaga terkait, sehingga tak ada lagi tumpang tindih data baik soal kemiskinan maupun stunting, serta penanganannya dapat lebih tepat sasaran.
"Pemutakhiran data tetap dari BPS, kemudian data kemiskinan kan di Kemensos, sehingga nanti Kemensoslah yang harus selalu mengupdate, memutakhirkan data, dan itu memang harus terus menerus," ungkap Muhadjir.
Sifat data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dikatakan Muhadjir generik dan itu musti dibreakdown menjadi lebih detail.
"Jadi dipadukan antara statistik dengan geosipasial. BPS kan hanya data statistik. Kita perlu data merupakan paduan yang komplit antara data statistik dan data geospasial," pungkasnya.
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, hingga Minggu (9/2/2020) ada 62 spesimen yang diperiksa Balitbangkes, 59 dinyatakan negatif dan tiga masih dalam tahap pemeriksaan.
(Zaenal Nur Arifin)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Viral Video Penumpang Kejang-kejang di Bandara Ngurah Rai, Otoritas Bandara Buka Suara