Advertorial
Satukeluarga di Provinsi Hubei, China diisolasi karena dugaan pneumonia yang berasal dari virus Corona.
Isolasi tersebut kemudian berujung pada anak mereka ditinggalkan sendirian di rumah.
Ia baru berumur 17 tahun, dan mengidap cerebral palsy.
Pada 17 Januari, Wu Xiaowen yang bekerja di Wuhan, membawa kedua putranya kembali ke Desa Shejia, Kota Huahe, Kabupaten Hong'an, Kota Huanggang, Provinsi Hubei.
Wu saat itu menderita gejala demam setelah 3 hari.
Wu memiliki putra berumur 17 tahun bernama Pu Cheng yang mengidap cerebral palsy.
Ia juga memiliki anak lain berumur 11 tahun dengan autisme.
Pada tanggal 24, karena dicurigai terinfeksi, Wu dan putranya yang lebih muda dikirim ke tempat perawatan terpusat di Kabupaten Hong'an.
Sementara itu, Pu Cheng ditinggal di rumah sendirian.
Karena ia menderita cerebral palsy, seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak.
Wu kemudian khawatir tidak ada yang merawat putranya dan selanjutnya ia meminta bantuan lewat media sosial Weibo.
Di Weibo ia meminta bantuan umumkan anaknya pengidap cerebral palsy sendirian di rumah, kemudian tetangganya bersedia merawat anak tersebut saat Wu dikarantina.
Saat perawat sementara waktu ini memastikan anak Wu diberi makan dengan teratur, bocah tersebut justru meninggal.
Ia meninggal dunia saat ia seharusnya kunjungi keluarganya, 29/1/2020.
Malam sebelum kematiannya, Pu Cheng diberi 2 gelas minuman asam amino untuk menambah energinya.
Keesokan harinya, perawat sementaranya ingin mengirimnya ke lokasi karantina tetapi Pu Cheng telah meninggal duluan.
Seorang wartawan dari "Harian Kaum Muda Beijing" kunjungi pemerintah kota Huahe pada hari Kamis (30/1/2020).
Seorang anggota staf kemudian mengkonfirmasi kematian Pu Cheng dan mengatakan pemerintah daerah telah nentuk tim penyelidikan gabungan.
Anggota staf mengatakan: "sekarang manajemen perekrutan cukup ketat.
"Tidak mungkin bagi kami tinggalkan anak dengan cerebral palsy di rumah tanpa diurusi.
"Pastinya itu adalah tugas yang diberikan ke seseorang.
"Namun dengan adanya departemen yang menginvestigasi, harusnya ada klaim yang adil."