Advertorial

Ada Kabar Bahagia Di Balik Mewabahnya Virus Corona di Tiongkok, Salah Satunya Berhasilnya Duplikasi Virus Corona Untuk Hal Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Menurut data yang dilaporkan Komisi Kesehatan Nasional China, hingga Rabu (29/1/2020) malam, sebanyak 6.145 orang terinfeksi virus mematikan ini.
Menurut data yang dilaporkan Komisi Kesehatan Nasional China, hingga Rabu (29/1/2020) malam, sebanyak 6.145 orang terinfeksi virus mematikan ini.

Intisari-online.com - Sudah ratusan pasien Virus Conona Wuhan meninggal dan ribuan yang lainnya terpapar.

Tapi pakar mengingatkan ini belum lah puncak kengerian akibat virus Corona Wuhan.

Menurut data yang dilaporkan Komisi Kesehatan Nasional China, hingga Rabu (29/1/2020) malam, sebanyak 6.145 orang terinfeksi virus mematikan ini.

Sementara itu, 132 orang dinyatakan meninggal dunia karena terjangkit virus corona.

Baca Juga: Beginilah Penampakan Ekstrem Foto-foto Pasar Tomohon, Tempat yang Dianggap Mirip dengan Pasar Penyebar Virus Corona di Wuhan Tiongkok

Kota Wuhan, Hubei, China diduga sebagai pusat penyebaran virus ini.

Seorang pakar pernapasan terkenal di China, Zhong Nanshan, menyebut wabah novel coronavirus (2019-nCoV) atau virus corona baru diperkirakan mencapai puncaknya dalam 10 hari.

"Sangat sulit untuk memperkirakan kapan wabah mencapai puncaknya," kata Zhong, seperti yang diberitakan Kantor Berita Xinhua, Rabu (29/1/2020).

"Tapi saya pikir dalam satu minggu atau sekitar 10 hari, itu akan mencapai klimaks," lanjutnya.

Baca Juga: Ternyata Ada Iblis di Balik Wajah Cantik Remaja Ini, Dia Menjadikan Remaja Lain Sebagai Budak Nafsu dan Objek Pornografi Hanya untuk Lunasi Utang Sebesar Ini

Dilansir dari Xinhua, Kepala Tim Ahli Nasional China yang dibentuk untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran virus corona itu menambahkan, setelah virus corona mencapai puncaknya, diperkirakan tidak akan ada peningkatan penyebaran virus dalam skala besar.

Zhong juga menuturkan ada dua kunci untuk mengatasi epidemi ini.

"Ada dua kunci untuk mengatasi epidemi: deteksi dini dan isolasi awal," kata Zhong.

"Keduanya merupakan metode yang paling primitif dan paling efektif," sambung akademisi Chinese Academy of Engineering itu.

Zhong mengatakan demam dan lemas menjadi gejala khas infeksi virus corona baru bagi sebagian besar pasien.

Menurutnya, 10 hingga 14 hari adalah periode yang baik untuk melakukan isolasi dan pengamatan.

Baca Juga: Punya Kelainan Langka, Wanita Ini Selalu Merasa Orgasme Setiap Saat, Organ Intimnya Sampai Membengkak Untuk Memulihkannya Benda Ini sampai Dimasukan ke Dalamnya

Ia menyampaikan, ketika masa inkubasi berakhir, mereka yang jatuh sakit akan mendapatkan perawatan tepat waktu.

Sementara, masyarakat yang tidak terjangkit virus corona akan tetap baik-baik saja.

Zhong pun menyarankan rumah sakit untuk memiliki staf yang tidak hanya terdiri dari spesialis penyakit menular saja.

Menurutnya, rumah sakit juga perlu memiliki spesialis yang mumpuni untuk menangani kasus yang parah, demi menyelamatkan pasien dengan lebih baik.

Zhong menuturkan, secara epidemiologis, virus corona ini homolog dengan virus yang ditemukan pada sejenis kelelawar pada tahun 2017.

Menurutnya, virus corona baru ini kemungkinan memiliki inang perantara yang berupa jenis hewan liar tertentu.

"Wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) berlangsung sekitar enam bulan, tetapi saya tidak percaya wabah virus corona baru akan bertahan selama itu," ujar Zhong.

Meski informasi yang disampaikan Zhong mengerikan, namun terbetik tiga informasi menggembirakan yang membuat kita menghela nafas.

Baca Juga: Ternyata Ada Iblis di Balik Wajah Cantik Remaja Ini, Dia Menjadikan Remaja Lain Sebagai Budak Nafsu dan Objek Pornografi Hanya untuk Lunasi Utang Sebesar Ini

Pasien Bisa Sembuh

Seorang pasien laki-laki berusia 23 tahun sembuh dari virus Corona, setelah alami kritis.

Pria yang berasal dari keluarga Huang tersebut awalnya pergi ke rumah sakit karena sakit kepala, pusing, dan kondisi badan yang lemah.

Saat diperiksa pihak rumah sakit, tubuh pasien itu ditemukan infeksi virus Corona dengan gejala yang menyerupai flu.

"Saya pulih tercepat karena saya masih muda. Saya baru berusia 23," kata pria yang tidak diketahui namanya itu (panggil Huang) dalam sebuah wawancara, dilansir Daily Mail.

Menurut Huang, kesembuhannya tersebut dapat berlangsung cepat karena usianya yang masih muda dan mendapat perawatan cermat baik dari saudara perempuannya dan juga dokter.

Diketahui, ia seorang pekerja di Stasiun Kereta Hankou dan tinggal di kota Wuhan di mana tempat virus Corona mematikan itu berasal.

Tempat ia bekerja tersebut berada di pusat transportasi yang terletak satu kilometer (0,6 mil) bagian barat dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.

Padahal dikabarkan Pasar Grosir Huanan tersebut merupakan tempat yang dianggap sumber dari berkembang biaknya virus Corona yang mengancam jiwa.

Huang menjelaskan, pertama kali merasakan gejala sakit sejak 24 Desember 2019, hingga akhirnya kondisinya memburuk pada hari berikutnya.

Ia pun menceritakan awal dirinya divonis dokter terkena infeksi virus Corona.

"Saya menderita demam berulang kali sejak 28 Desember dan 2 Januari dan dirawat di karantina," kata Huang.

Baca Juga: Suku Kanibal Papua Ini Sering Konsumsi Otak Manusia Sebagai Makananya, Ternyata Kebiasaan Sadis Itu Membawa Dampak Mengerikan Bagi Tubuh Mereka

Ia sempat berpikir bahwa penyakit yang dideritanya saat itu hanyalah flu biasa.

Maka pada saat itu ia sempat mengambil cuti sakit dari tempat kerja untuk melakukan periksa menuju rumah sakit terdekat.

Huang mengaku dokter memberinya suntikan Penicilin G dan beberapa resep obat untuk diminum.

Tetapi setelah mengonsumsi obat dari dokter selama tiga hari, kondisinya pun tetap tidak kunjung membaik.

Di sisi lain, ia sempat kembali masuk kerja karena khawatir libur cutinya terlalu panjang.

Hingga akhirnya ia kembali demam saat berada di bus menuju stasiun kereta.

Akhirnya Huang kembali kontrol ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Ternyata hasil lab dan tes menunjukkan pembacaan abnormal terhadap fungsi hatinya.

Seorang petugas medis berjas hazmat terlihat sedang memeriksa perangkat medis di dalam unit perawatan intensif rumah sakit. Setidaknya 17 orang telah terbunuh oleh virus sejak muncul bulan lalu.

Atas kondisinya yang tidak baik tersebut ia mengaku mengalami kritis.

Baca Juga: Prostitusi Anak di Kalibata City Terungkap, Polisi Beberkan Peran Tersangka: Cekoki Miras Sampai Siksa Korban!

Pada 1 Januari 2020, Huang diduga menderita pneumonia di Rumah Sakit Union, kota Wuhan, Cina.

Lalu, ia dirujuk ke Rumah Sakit Jinyintan, di mana tempat sebagian besar pasien virus Corona dirawat dan dikarantina.

"Para petugas medis tidak memaparkan satu inci pun kulit dan terbungkus rapat," tambahnya ketika menggambarkan situasi di dalam bangsalnya.

Lebih lanjut, petugas rumah sakit atau perawat medis berperilaku ramah, berdedikasi, dan pekerja keras.

Saat ia sakit, ia mengaku susah menggerakkan tubuhnya dan harus menghirup oksigen terus-menerus.

Peneliti Hong Kong Klaim Temukan Vaksin Corona

Para peneliti Hong Kong mengklaim berhasil menemukan vaksin untuk virus corona.

Namun, masih dibutuhkan waktu untuk menguji hasil temuannya tersebut.

Ketua departemen penyakit menular di Universitas Hong Kong (HKU), Profesor Yuen Kwok-yung, mengatakan timnya memproduksi vaksin tersebut dari virus corona yang diisolasi dari kasus pertama.

"Kami sudah mengembangkannya. Namun butuh waktu sebelum diujicobakan ke binatang," kata Profesor Yuen dilansir SCMP via Asia One Rabu (29/1/2020).

Dia menjelaskan, butuh waktu setidaknya berbulan-bulan untuk dicoba ke hewan, dan setahun ke manusia sebelum benar-benar bisa digunakan.

Peneliti HKU mengembangkan obat untuk patogen berkode 2019-nCov itu berdasarkan vaksin semprot hidung untuk influenza yang sebelumnya sudah ditemukan.

Ilmuwan memodifikasi vaksin tersebut dengan mencampurkan antigen virus, di mana nantinya obat itu tak hanya ampuh menangkal flu, tapi juga corona.

Hingga Selasa (28/1/2020), Hong Kong baru mengonfirmasi delapan kasus positif, di mana 78 orang lainnya masih berada dalam level terduga.

Media China sempat memberitakan pakar setempat, Li Lanjuan, sempat menyatakan vaksin untuk virus Wuhan tengah dikembangkan, dan bisa diproduksi dalam waktu sebulan.

Namun, Yuen meragukannya.

Dia memprediksi obat yang dikembangkan kemungkinan menggunakan virus tak aktif, yang sudah dihancurkan secara kimia.

Yuen menjelaskan, dia perlu menyuntikkan obat yang mereka kembangkan ke binatang yang akan mengembangkan sistem kekebalan tubuh khusus.

Setelah itu, peneliti akan mengujinya dengan memaparkan si hewan percobaan ke virus untuk melihat apakah dia terlindung dengan baik.

"Jika ternyata vaksin itu ampuh di sejumlah spesies, maka akan dilakukan uji coba klinis ke manusia, yang butuh waktu setidaknya setahun," paparnya.

Dia juga mengaku khawatir langkah yang dilakukan pemerintah China daratan malah bisa menimbulkan kebingungan atau peluang penyakit baru.

Ilmuwan Australia Berhasil Duplikat Virus Corona

Sejumlah ilmuwan di Australia menjadi yang pertama dalam membuat tiruan virus corona baru di luar China. Mereka menyebutnya "terobosan penting".

Hasil penelitian ini akan dibagikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan harapan dapat membantu upaya diagnosa dan menangani virus tersebut.

Para ilmuwan di China sebelumnya telah berbagi runutan genom virus corona yang baru, namun bukan virus itu sendiri.

Para peneliti di sebuah laboratorium khusus di Melbourne, Australia, menyatakan berhasil mengembangkan duplikat virus corona baru dari seorang pasien yang tertular. Mereka mendapatkan sampelnya pada Jumat (24/01) lalu.

"Kami merancang rencana jika ada insiden seperti ini bertahun-tahun lalu dan itu sebabnya kami bisa mendapat jawaban begitu cepat," kata Dr Mike Catton dari Peter Doherty Institute for Infection and Immunity.

Harapan untuk mengubah keadaan

Para dokter mengatakan duplikat virus yang ditemukan para peneliti dapat berfungsi sebagai "materi kontrol" dan "bakal mengubah keadaan untuk kepentingan diagnosis".

Berkat duplikat virus ini, para dokter bisa mengembangkan tes pra-diagnosis yang bisa mendeteksi keberadaan virus pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala apapun.

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Di Tengah Kengerian Virus Corona, Inilah 3 Kabar Gembira yang Bisa Membuat Kita Menghela Nafas

Artikel Terkait