Advertorial
Intisari-online.com -Sudah 4 hari kota Wuhan, kota di China tempat virus 2019-nCoV atau Novel Coronavirus telah disegel oleh pemerintah setempat.
Penguncian ini disebabkan karena pemerintah China mengantisipasi penyebaran virus Corona dari Wuhan.
Wuhan adalah tempat kasus infeksi virus Corona pertama kali terjadi, sekitar akhir tahun 2019 lalu.
Berasal dari pasar hewan, virus Corona berpindah inang dari hewan ke manusia.
Baca Juga: Ini 10 Cara Perawatan dari Biduran Kronis, Salah Satunya Tetap Tenang dan Jangan Stres
Sejak saat itu banyak yang kemudian terjangkit penyakit pernapasan, dengan gejala awal mirip flu tetapi kemudian meningkat menjadi pneumonia.
Kini, selain sudah membunuh 41 warga di China, virus Corona juga sudah menyebar ke 11 negara lain.
Oleh sebab itulah Wuhan disegel, tidak ada penerbangan masuk maupun keluar dari kota tersebut dan karantina besar-besaran dilakukan di seluruh kota.
Penyegelan kota mulai diberlakukan pada 22/1/2020.
Dilansir dari Kompas TV, seorang mahasiswa Indonesia di Wuhan, Rio Alfi, membagikan ceritanya terkait kondisi yang terjadi di Wuhan setelah penyegelan kota terjadi.
Alfi mengatakan transportasi umum sudah ditutup, meliputi bus, kereta maupun subway atau kereta bawah tanah.
Wuhan, yang sedang menghadapi musim dingin, terasa sepi meskipun sedang merayakan Tahun Baru China.
Pada 25/1/2020, Alfi menyebut mulai besoknya (26/1/2020) Universitasnya mulai melarang menggunakan sepeda listrik yang disediakan oleh Universitas.
Jika ada yang berkenan menggunakan, harus melalui prosedur registrasi terlebih dahulu.
Otomatis, pilihan transportasi yang dapat penduduk pilih hanyalah dengan berjalan kaki.
Alfi menyebut, belum ada kejelasan sampai kapan Wuhan akan ditutup, pasalnya baik pemerintah setempat maupun KBRI belum memberikan kepastian informasi.
Kota Wuhan sendiri sedang membangun rumah sakit baru, dimulai sejak 23/1/2020 yang nantinya akan digunakan khusus menangani virus Corona.
Hal tersebut tidak lepas dari betapa kewalahannya pihak staff medis berbagai rumah sakit di kota Wuhan menangani beribu-ribu pasien yang terjangkit infeksi virus Corona.
Dokter dan perawat kewalahan, sampai-sampai mereka tidak mengurusi mayat jenazah pasien virus Corona.
Mayat-mayat tersebut hanya dibiarkan bergelimpangan di koridor-koridor rumah sakit, bersebelahan dengan para pasien yang menunggu antrian untuk diperiksa.
Total mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Wuhan berjumlah 93 mahasiswa.
Mereka sudah tidak bisa pulang ke Indonesia, sebab penerbangan rute Wuhan-Indonesia sudah ditutup untuk sementara waktu sampai virus Corona mereda.
Instruksi dari kampus adalah sebaiknya para mahasiswa berdiam diri di kamar masing-masing, agar tidak terjangkit virus mematikan tersebut.
Mereka juga disarankan hindari tempat-tempat keramaian, serta menjaga kebersihan.
Saat pergi ke luar rumah, mereka harus memakai masker, dan setelah dari luar rumah mereka harus mencuci tangan.
Prosedur mencuci tangan juga diharuskan sebelum mereka makan.
Alfi juga kemudian menyebut harga sembako di kota yang terisolasi tersebut.
Naas, sembako mulai mengalami kenaikan harga, pun stoknya pun mulai terbatas.
Dengan sedih, ia mengatakan bagi mereka mahasiswa yang mengandalkan uang beasiswa, kemungkinan biaya hidup mereka kurang mencukupi untuk membeli sembako.
Baca Juga: Buah Khas Medan Ini Punya Banyak Manfaat, Salah Satunya Tingkatkan Kesehatan Jantung
Selanjutnya, ia menginformasikan tentang status evakuasi mahasiswa.
Menurut informasi yang ia terima dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Tiongkok bekerjasama dengan KBRI, mereka belum dapat memberikan kejelasan apakah para mahasiswa dapat dievakuasi.
"Kami semuanya berharap.. jadi.. dapat solusi yang terbaik, bagaimana kami di sini bisa dievakuasi ke kota yang lebih aman lagi.
"Nah, untuk sementara memang yang terbaik ya berdiam diri di kamar, tidak ke mana-mana, jadi memang seperti itu," ujarnya dengan nada pasrah.