Advertorial
Intisari-online.com -Mayat-mayat korban virus corona bertebaran di koridor rumah sakit setelah rumah sakit dibanjiri oleh pasien di Wuhan.
Dilansir dari Daily Star, karantina di China telah meluas sampai dua kota.
Rekaman adegan mengerikan di sebuah rumah sakit yang direkam oleh wanita yang mengklaim dia perawat diposting di media sosial China hari ini sebelum akhirnya disensor.
Dalam postingan tersebut, pekerja medis mengatakan pasien dikirim tanpa henti tanpa adanya pengukuran karantina di tempat tersebut.
Ia juga ingatkan hal mengerikan mengenai nasib penyakit ini.
Pada video tersebut seprai menutupi mayat-mayat yang berjejeran di lantai koridor rumah sakit.
Seorang pasien berbaring di usungan rumah sakit dengan kaki mereka tidak tertutupi selimut.
Jenazah-jenazah itu bergelimpangan bersebelahan dengan pekerja medis dan pasien yang masih hidup menunggu untuk diperiksa.
Pengguna Weibo bernama "magic girl XIao Xi" membagikan klip tersebut di Weibo tetapi dengan segera dihapus.
Sepertinya video tersebut diambil di Rumah Sakit Red Cross Wuhan, salah satu fasilitas yang ditunjuk pemerintah untuk menerima pasien yang telah didiagnosa maupun pasien yang diduga mengidap virus corona.
Sosok di balik kamera mengatakan: "tiga mayat, telah terbaring di sini sepanjang pagi.
"Beberapa dari mereka meninggal dalam hitungan jam. Tidak ada yang mengurusi mereka.
"Dokter, perawat dan pasien, mereka bekerja di lingkungan seperti ini. Inilah yang terjadi pada rumah sakit yang sengaja ditunjuk. Tidak ada satu orang pun yang mengurusi hal seperti ini. Semua kewalahan."
Selanjutnya dia mengeluh mengenai fakta bahwa pihak eksekutif rumah sakit tidak dapat menyelesaikan isu tersebut.
Hal tersebut muncul setelah dokter yang merawat pasien virus corona berteriak di telepon menanyakan harus bagaimana lagi saat kasus ini menjadi makin parah.
Karantina terbukti gagal, virus corona rupanya lebih menular daripada perkiraan sebelumnya, bahkan dapat menular hanya dengan bersin.
Sementara itu dilansir dari SCMP, dokter memperingatkan infeksi virus Corona tidak menunjukkan sakit apapun.
Penelitian terbaru dari virus ini menunjukkan virus dapat bercokol di paru-paru manusia tanpa gejala penyakit tertentu.
Pasien-pasien ini terbukti menjadi faktor lain jalur berbahaya bagi virus Wuhan, dengan jumlah infeksi dan negara yang terkena semakin meningkat dengan tajam.
Penemuan ini dilaporkan di jurnal medis The Lancet edisi Jumat 24/1/2020 oleh tim dokter termasuk ahli penyakit infeksi unggulan Hong Kong Professor Yuen Kwok-yung.
Hasil penelitian mereka satu keluarga terdiri dari tujuh orang mengaku kepada rumah sakit Universitas Shenzen Hong Kong.
Keenam anggota keluarga tersebut didiagnosa dengan virus Corona, atau 2019-nCoV.
Salah satu dari 6 anggota keluarga tersebut terinfeksi dengan virus tersebut, yaitu seorang bocah berumur 10 tahun.
Ia terinfeksi meskipun tidak menunjukkan gejala langsung.
Dokter menemukan infeksinya dari CAT scan paru-parunya, menunjukkan ketidaknormalan berupa dasar paru-paru berstruktur seperti 'dasar gelas'.
Hal tersebut tunjukkan sang anak alami pneumonia.
Keenam anggota keluarga tersebut pergi ke Wuhan dari Shenzen antara 29 Desember dan 4 Januar, menurut dokter.
Dan bocah dengan infeksi tanpa gejala, disebut Pasien 5 pada penelitian tersebut, adalah salah satu dari kedua anak di grup tersebut.
Bocah lainya adalah gadis berumur 7 tahun yang tidak tunjukkan gejala.
Ia, tidak seperti kakaknya, selalu mengenakan masker selama di Wuhan karena disuruh ibunya.
Dua anggota keluarga lainnya juga tunjukkan mereka tidak mengalami demam-demam saat pertama datang ke rumah sakit.
Namun, mereka ternyata juga terinfeksi.
Dibandingkan dengan SARS, pasien tanpa gejala saat SARS merebak masih terbilang rendah.
Perawat yang merekam video tersebut menyebut, "semua akan terinfeksi dan mati."