Perjumpaan dengan burung yang memiliki wajah hitam dengan paruh besar mirip moncong platipus, hewan semi-akuatik yang lazim ditemukan di bagian timur benua Australia, ini membuat gembira penggiat lingkungan di Gorontalo.
Tidak banyak catatan di Pulau Sulawesi yang ditemukan saat mengembangkan informasi tentang ibis sendok raja ini.
Hasil penelusuran di internet memunculkan informasi yang berasal dari jurnal tahun 1907, catatan ini berada di museum Leiden, Belanda.
Dalam jurnal ini dikatakan terdapat tengkorak ibis sendok raja yang sudah tidak sempurna yang dikirim dari Sulawesi oleh Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg, seorang naturalis yang pernah mengunjungi Gorontalo tahun 1865.
Tahun sebelumnya ia mengunjungi Negeri Minahasa.
“Dikatakan penemuan ibis sendok raja ini didapat di persawahan Langowan, Minahasa.
Itu sudah lama sekali, 155 tahun lalu, ” kata Hanom Bashari.
Hanom Bashari berusaha mencari informasi kehadiran ibis sendok raja di Pulau Sulawesi pascalaporan Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg tersebut, namun belum menemukan.
Kehadirannya di Danau Limboto, Gorontalo yang berada di Pulau Sulawesi ini dipandang aneh karena pada bulan ini bukan masa migrasi burung dari benua Australia.
Selama ini juga tidak pernah dicatat kemunculannya di Gorontalo.
“Kok tiba-tiba di hadapan kami muncul ibis sendok raja yang berasal dari Australia yang belum masuk musim dingin.
Ini fenomena menarik,” kata Debby Hariyanti Mano, Direktur Perkumpulan BIOTA.
Hanom Bashari mengakui ibis sendok raja merupakan satwa yang lazim berada di Benua Australia, namun sedikit catatan untuk Indonesia seperti di Jawa, Nusa Tenggara dan Timor.
Catatan lama Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg pada 1864 seakan membangkitkan kembali ingatan betapa lengan utara Pulau Sulawesi sangat penting dalam siklus kehidupan satwa liar, terutama burung air.
Rosenberg dalam bukunya Reistogten in de Afdeeling Gorontalo banyak menceritakan perjalanannya di Danau Limboto dan kekayaan hayatinya, termasuk buaya penghuni danau.
Secara spesifik ia juga menuturkan ragam jenis burung di danau termasuk sebutan dalam bahasa Gorontalo, bahkan di reruntuhan Benteng Nassau dikisahkan burung-burung beterbangan terlihat dekat dengan orang.
Kehadiran ibis sendok raja di tepi Danau Limboto pada akhir pekan lalu sangat mengejutkan pemerhati burung di Gorontalo.
Tidak hanya karena penampilan fisiknya yang aneh, berparuh panjang seperti platypus, mamalia khas benua Australia.
“Selama ini kami tahu bentuk paruh burung itu yang seperti biasanya meskipun beda ukuranya, namun yang ini terlihat seperti makhluk purba, tiba-tiba ada di Danau Limboto,” kata Indra Dunggio, seorang fotografer Gorontalo yang melihat hasil dokumentasi kehadiran ibis sendok raja ini.
Kehadiran burung berparuh besar ini membuat Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo turun langsung ke danau untuk melihat dari dekat.
Nelson Pomalingo selama ini dikenal peduli dengan pelestarian danau, ia bahkan membuat lembaga Pusat Informasi Danau (PID) di Kabupaten Gorontalo dan membentuk Forum Danau Limboto.
Juga Kepala Badan Perencanaan Penelitian pembangunan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo, Budiyanto Sidiki tak segan turun ke danau ini untuk menghalangi sekelompok pemburu saat mengetahui kemunculan 3 ekor ibis sendok raja ini.
“Jangan sampai mereka menghabisi burung unik ini. Kami harus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati ini,” kata Budiyanto Sidiki.
Kini Danau Limboto semakin ramai dengan kehadiran beragam burung, dari yang jenis penetap (resident) hingga pendatang (migratory).
Hanom Bashari mencatat dari 94 jenis burung di Danau Limboto, 41 di antaranya adalah jenis pendatang.
Kekayaan alam yang berlimpah dalam kawasan 3000 hektar ini juga tengah dibuntuti bahaya sepanjang tahun, perburuan.
Tidak ada upaya perlindungan yang berarti dari pemerintah meskipun danau ini telah berstatus Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Menghilang" 155 Tahun, Ibis Sendok Raja Kembali Terlihat di Sulawesi"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR