Advertorial
Intisari-Online.com - Tepat di bekas batas wilayah kerajaan Gorontalo dan Limboto, pinggir Danau Limboto, 3 ekor ibis sendok raja (Royal Spoonbill) ditemukan.
Mereka dilihat Hanom Bashari, seorang relawan penggiat lingkungan dari Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA), Jumat (18/8/2019).
“Awalnya kami mencari kuntul cina (Egretta eulophotes) di Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Menjelang magrib kami menemukan sekelompok burung yang sedang mencari makan di genangan air berlumpur halus, ada burung mirip kuntul dengan bulu putih yang agak lain warnanya, ini tidak biasa,” kata Hanom Bashari.
Dengan menggunakan teropongnya, Hanom Bashari berusaha mengenali burung yang berbeda ini.
Cara burung ini mencari makan tidak seperti kuntul besar atau kuntul kecil.
Cara mencari makan burung ini mirip bebek atau burung ibis rokoroko yang mencelupkan paruhnya ke dalam air dan menggerakkan-gerakkan sambil berjalan.
Burung-burung ini berkumul dalam genangan air dengan beberapa gundukan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di sampingnya.
Berkik ekor lidi lebih memilih berada dekat tanaman ini, sementara gagang bayam belang yang bersuara rebut lalu lalang mencari makan bersama kuntul besar dan kuntul kecil.
Beberapa trinil kaki hijau lebih memilih menyembunyikan kepala di balik sayapnya setelah kenyang makan.
“Ternyata paruhnya panjang besar mirip paruh bebek, ini yang mengagetkan kami,” ujar Hanom Bashari, Senin (21/10/2019).
Untuk memastikan jenisnya, ia membuka buku Field Guide to the Waterbirds of ASEAN yang memuat burung-burung air di kawasan ASEAN, Brunei, Cambodia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipna, Sinagpura, Thailand, Vietnam dan teritori yang berdekatan.
Ada 2 gambar yang mirip dengan burung yang ditemukannya ini, ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill (Platalea minor) dan Royal Spoonbill (Platalea regia).
Kedua jenis ini sangat mirip, perbedaannya hanya warna gelap di wajahnya, Black-faced spoonbill ada bagain bulu putih di dahinya, namun sepintas keduanya mirip.
Baca Juga: Berani Ganggu Kawanan Singa Sedang Berburu, Buaya Ini Berakhir Seperti Ini
“Kami berharap dari 3 individu ini merupakan 2 jenis, ibis sendok raja atau Royal Spoonbill dan ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill.
Ternyata hanya jenis pertama,” kata Hanom Bashari.
Kehadiran burung ibis sendok raja ini di Danau Limboto ini mengejutkan pera penggiat lingkungan Perkumpulan BIOTA, ini merupakan catatan pertama kali mereka kehadiran jenis ini di danau kritis ini.
Lembaga ini sudah melakukan pengamatan burung di Danau Limboto sejak tahun 2015.
Dari lembaga inilah kemudian terlahir data burung di Danau Limboto yang berjumlah 94 spesies.
Jumlah ini akan bertambah seiring temuan ibis sendok raja di lokasi ini.
Perjumpaan dengan burung yang memiliki wajah hitam dengan paruh besar mirip moncong platipus, hewan semi-akuatik yang lazim ditemukan di bagian timur benua Australia, ini membuat gembira penggiat lingkungan di Gorontalo.
Tidak banyak catatan di Pulau Sulawesi yang ditemukan saat mengembangkan informasi tentang ibis sendok raja ini.
Hasil penelusuran di internet memunculkan informasi yang berasal dari jurnal tahun 1907, catatan ini berada di museum Leiden, Belanda.
Dalam jurnal ini dikatakan terdapat tengkorak ibis sendok raja yang sudah tidak sempurna yang dikirim dari Sulawesi oleh Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg, seorang naturalis yang pernah mengunjungi Gorontalo tahun 1865.
Tahun sebelumnya ia mengunjungi Negeri Minahasa.
“Dikatakan penemuan ibis sendok raja ini didapat di persawahan Langowan, Minahasa.
Itu sudah lama sekali, 155 tahun lalu, ” kata Hanom Bashari.
Hanom Bashari berusaha mencari informasi kehadiran ibis sendok raja di Pulau Sulawesi pascalaporan Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg tersebut, namun belum menemukan.
Kehadirannya di Danau Limboto, Gorontalo yang berada di Pulau Sulawesi ini dipandang aneh karena pada bulan ini bukan masa migrasi burung dari benua Australia.
Selama ini juga tidak pernah dicatat kemunculannya di Gorontalo.
“Kok tiba-tiba di hadapan kami muncul ibis sendok raja yang berasal dari Australia yang belum masuk musim dingin.
Ini fenomena menarik,” kata Debby Hariyanti Mano, Direktur Perkumpulan BIOTA.
Hanom Bashari mengakui ibis sendok raja merupakan satwa yang lazim berada di Benua Australia, namun sedikit catatan untuk Indonesia seperti di Jawa, Nusa Tenggara dan Timor.
Catatan lama Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg pada 1864 seakan membangkitkan kembali ingatan betapa lengan utara Pulau Sulawesi sangat penting dalam siklus kehidupan satwa liar, terutama burung air.
Rosenberg dalam bukunya Reistogten in de Afdeeling Gorontalo banyak menceritakan perjalanannya di Danau Limboto dan kekayaan hayatinya, termasuk buaya penghuni danau.
Secara spesifik ia juga menuturkan ragam jenis burung di danau termasuk sebutan dalam bahasa Gorontalo, bahkan di reruntuhan Benteng Nassau dikisahkan burung-burung beterbangan terlihat dekat dengan orang.
Kehadiran ibis sendok raja di tepi Danau Limboto pada akhir pekan lalu sangat mengejutkan pemerhati burung di Gorontalo.
Tidak hanya karena penampilan fisiknya yang aneh, berparuh panjang seperti platypus, mamalia khas benua Australia.
“Selama ini kami tahu bentuk paruh burung itu yang seperti biasanya meskipun beda ukuranya, namun yang ini terlihat seperti makhluk purba, tiba-tiba ada di Danau Limboto,” kata Indra Dunggio, seorang fotografer Gorontalo yang melihat hasil dokumentasi kehadiran ibis sendok raja ini.
Kehadiran burung berparuh besar ini membuat Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo turun langsung ke danau untuk melihat dari dekat.
Nelson Pomalingo selama ini dikenal peduli dengan pelestarian danau, ia bahkan membuat lembaga Pusat Informasi Danau (PID) di Kabupaten Gorontalo dan membentuk Forum Danau Limboto.
Juga Kepala Badan Perencanaan Penelitian pembangunan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo, Budiyanto Sidiki tak segan turun ke danau ini untuk menghalangi sekelompok pemburu saat mengetahui kemunculan 3 ekor ibis sendok raja ini.
“Jangan sampai mereka menghabisi burung unik ini. Kami harus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati ini,” kata Budiyanto Sidiki.
Kini Danau Limboto semakin ramai dengan kehadiran beragam burung, dari yang jenis penetap (resident) hingga pendatang (migratory).
Hanom Bashari mencatat dari 94 jenis burung di Danau Limboto, 41 di antaranya adalah jenis pendatang.
Kekayaan alam yang berlimpah dalam kawasan 3000 hektar ini juga tengah dibuntuti bahaya sepanjang tahun, perburuan.
Tidak ada upaya perlindungan yang berarti dari pemerintah meskipun danau ini telah berstatus Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Menghilang" 155 Tahun, Ibis Sendok Raja Kembali Terlihat di Sulawesi"