"Tidak ada satu pun siswa yang bereaksi dan saya sadar bahwa suara itu ada di dalam kepala saya. Saya memaksakan diri untuk berkonsentrasi pada sisa ujian dan secara bertahap suara mereda," kisah Hazel seperti dimuat dalam Mirror.
Setelah selesai, saat teman-temannya mengobrol, Hazel dengan cepat masuk ke dalam mobil ibunya, merasa ketakutan dan hampir menangis, tapi dia tak mengatakan apa-apa.
"Malam itu ketika saya berbaring di tempat tidur suara itu mulai lagi, membuat suara acak atau meneriakkan kata-kata satu suku kata.
"Ketika saya memejamkan mata tertutup, berusaha mati-matian untuk menyingkirkan kebisingan, suara seorang pria yang lebih tua akan berteriak 'baik', 'boom' atau bahkan 'hujan' dan 'salju'."
Hazel mengatakan stres menghadapi ujian membuatnya tidak tidur, ditambah dengan depresi dan kegelisahan yang didiagnosis padanya setahun sebelumnya.
Setiap malam, ketika dia mencoba untuk tidur, suara-suara itu kembali.
Hazel mengisahkan, setelahnya ada suara lain yang bergabung.
"Dua minggu kemudian suara kedua, kali ini wanita, bergabung dan mereka bergantian mengucapkan kata-kata satu suku kata acak.
"Aku berbaring terjaga, berusaha mengabaikan mereka, tetapi hatiku akan terpompa. Setiap hari saya merasa tegang dan saya dengan cepat berubah menjadi depresi berat."
Dua minggu kemudian, ketika ibunya Gillian dan Hazel duduk bersama di mobil, Hazel menangis.
"Aku mendengar suara-suara di kepalaku," katanya dengan air mata.
Ibunya kemudian mengatur agar dia melakukan tes kesehatan mental darurat.
"Tiga dokter menilai saya dan sampai pada kesimpulan bahwa suara-suara itu adalah konsekuensi dari depresi dan kecemasan, jadi saya diberi resep anti-depresi.
"Seorang dokter mengatakan kepada saya bahwa orang dewasa yang sehat biasa mendengar suara-suara di saat-saat stres, yang meyakinkan.
"Minum obat membantu kegelisahan dan depresi saya, tetapi tetap saja suara-suara itu kembali, biasanya pada malam hari."
Hazel menceritakan terkadang suara-suara yang muncul dalam kepalanya mengucapkan kalimat penuh bahkan mengobrol bersama.
"Di lain waktu mereka membuat pernyataan dasar seperti 'Saya sangat suka apel'. Dan dalam beberapa bulan suara ketiga bergabung, kali ini seorang pria sekitar usia yang sama dengan saya.
"Saya segera menyadari bahwa suara-suara itu memiliki tiga kepribadian yang berbeda, dan bahkan mendengar nama mereka.
Baca Juga: Pertarungan Brutal Buaya Lawan Gajah, Tubuh Panjang Buaya Ditindih oleh Gajah Besar, Menang Mana?
Source | : | Mirror |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR