Advertorial
Intisari-Online.com - Tidak mengherankan bahwa periode abad pertengahan dipenuhi dengan semua jenis pekerjaan yang tidak diinginkan.
Misalnya saja pengumpul lintah, pembersih tangki septik tank, atau bahkan menjadi budak.
Tapi satu yang paling mengerikan yakni menjadi algojo di Abad Pertengahan.
Pekerjaan mereka adalah salah satu pekerjaan paling gelap dan paling tabu di Abad Pertengahan.
Peran mereka yakni mengambil nyawa, mengencangkan tali atau memenggal korbannya yang ditakdirkan lebih awal untuk menuju liang lahat.
Pekerjaan Paling Kotor: Algojo Abad Pertengahan
Pada masa awal Abad Pertengahan serta abad-abad berikutnya, kejahatan dan pelanggaran hukum merajalela di seluruh dunia.
Dari Eropa ke Asia dan Timur Tengah, kejahatan adalah kejadian sehari-hari.
Perkosaan, pencurian, pembunuhan, merajalela dan sulit dikendalikan.
Tapi di mana ada pelanggaran hukum, ada juga keadilan, meskipun terkadang kejam.
Namun hal itu harus dilakukan karena belas kasih bukanlah pendekatan yang dapat dilakukan untuk membasmi kejahatan.
Oleh karena itu, seseorang harus memenuhi tugas brutal demi keadilan itu: algojo.
Dari sejak tahun 1200-an, masyarakat Eropa Barat dan Tengah semakin membutuhkan posisi resmi yang akan memenuhi kebutuhan mereka untuk memberlakukan hukuman mati.
Kota-kota terkemuka di seluruh Prancis, Jerman, dan Inggris membutuhkan algojo yang terampil untuk bertindak sebagai tangan keadilan ilahi yang ditunjuk oleh negara dan pengadilan kerajaan.
Salah satu posisi algojo resmi yang paling awal didokumentasikan berasal dari 1202, ketika seorang kepala suku terkemuka, Nicolas Jouhanne - dijuluki "la Justice" - ditunjuk sebagai vicomte, dan algojo resmi kota Caux di Normandia.
Sejak saat itu, posisi resmi ini menyebar ke banyak ibu kota dan kota-kota besar di Eropa Barat.
Metode Eksekusi
Baca Juga: 8 Manfaat Jahe Merah, dari Jaga Kondisi Jantung Hingga Turunkan Berat Badan
Metode eksekusi dilakukan dengan berbagai cara, terutama mengunakan kapak, pedang, jerat, atau garrote.
Sejarah mengingat banyak kasus para algojo yang canggung yang mengakibatkan eksekusi berjalan lama.
Salah satu contohnya adalah eksekusi James Scott, Adipati Monmouth pertama, Adipati Buccleuch pertama, pada tahun 1685.
Ia dieksekusi oleh Jack Ketch yang terkenal kejam.
Ketch terkenal karena eksekusi yang gagal, yang bisa dilakukan dengan sengaja karena sifat sadisnya.
Ketika Adipati Monmouth berada di blok kayu siap untuk dieksekusi, dia memohon agar eksekusi dilakukan dengan cepat dan memberinya uang.
Meski begitu, eksekusi tersebut gagal hingga ayunan ke-8 hingga kepalanya benar-benar putus.
Massa yang berkumpul marah dan berusaha untuk menghukum mati algojo tanpa hasil.
Baca Juga: Kim Jong-un Perintahkan Warganya Kirim 100 Kg Tinja Per Hari atau Setara 3 Ton Sebulan, untuk Apa?
Dibenci dan Terdiskrimasi
Hari ini kita diperlihatkan gambar yang mungkin tidak begitu akurat tentang algojo Abad Pertengahan.
Mereka mengenakan jubah misterius dan penuh rahasia.
Namun kenyataannya, sangat sulit bagi algojo untuk tetap dapat menyembunyikan identitasnya.
Sebagian besar, siapa yang berprofesi sebagai algojo tetap diketahui masyarakat.
Oleh karena itu, posisi algojo hampir selalu didiskriminasi.
Mengambil nyawa, tidak peduli seberapa rendah atau berdosa mereka, tidak pernah menjadi tugas yang mudah - dan itu menjerumuskan para algojo abad pertengahan ke dalam dunia orang yang dibuang masyarakat.
Itu memaksa mereka untuk mendapatkan uang dengan melakukan semua pekerjaan yang mengerikan dan merendahkan yang ditawarkan - mulai dari mengumpulkan bangkai dan mengubur mayat, hingga mengelola anjing-anjing liar dan mengawasi pembersihan tangki septik.