Advertorial

Memutuskan Resign dari Pekerjaannya, Satu Keluarga Ini Mantap Tinggal di Hutan, Alasannya Sungguh Luar Biasa

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Sehari-hari penduduknya menjual jus apel buatan sendiri, dan makan dari apa yang mereka tanam kadang ada sukarelawan memberikan bantuan.
Sehari-hari penduduknya menjual jus apel buatan sendiri, dan makan dari apa yang mereka tanam kadang ada sukarelawan memberikan bantuan.

Intisari-online.com - Hampir semua orang memilih untuk hidup di kota dan dekat dengan semua fasilitas modern.

Namun, tidak dengan keluarga Nick dan Costi ini mereka justru muak dan jengan dengan kehidupan yang seperti itu.

Menurut Daily Mirror pada Sabtu (29/9/2019), keluarga asal Inggris ini memilih melepaskan semua kekayaan materinya dan mendekat kepada alam.

Mereka memutuskan keluar dari pekerjaannya dan mantap tinggal di hutan.

Baca Juga: Baru Beberapa Hari Jadi Anggota DPR, Mulan Jameela Sudah Dituntut Ganti Rugi Rp10 Miliar, Ini Alasannya

Segala fasilitas seperti toilet dan mesin cuci pun juga mereka tinggalkan.

Menurut keterangan mereka memutuskan hal ini karena sesuat yang disebut dengan "krisis paruh baya."

Keluarga ini bosan dengan kehidupan yang kompetitif soal pekerjaan, dan kini tinggal dari Devon, Inggis ke South Somerset, sebuah komunitas di kampung dengan kehidupan serba mandiri.

Menurut keterangan, 14-40 hektar tanah di hutan dekat pinggiran kota Yeovil, adalah sebuah kampung dengan kehidupan tradisional.

Baca Juga: Rupanya Ini Faktor Pemicu Kaki Sering Alami Kram di Malam Hari

Mereka membajak tanah, menggergaji kayu, menggunakan mesin uap dan berlangsung sejak 1930-an.

Sehari-hari penduduknya menjual jus apel buatan sendiri, dan makan dari apa yang mereka tanam kadang ada sukarelawan memberikan bantuan.

Salah satu penduduknya bernama Pedro Brace mengundurkan diri dari kehidupan modern memilih bergabung dengan komunitas ini 10 tahun lalu mengatakan, penduduk di sini memiliki ritme yang berbeda.

Keluarga Costi dan Nick sendiri bergabung sejak Desember 2018 silam.

Costi menatakan, "Kami telah bekerja selama beberapa tahun, ada lima anak dan keluarga sangat sibuk, saya mengalami hal yang disebut 'krisis paruh baya'"

"Hanya demi menghasilkan uang, kami harus melakukan persaingan sengit, namun saya merasa bersalah tentang hal itu," katanya.

Baca Juga: Bertugas di Daerah Miskin dan 'Penuh Masalah', Guru Tabichi Rela Sisihkan 80% Gajinya untuk Siswa Miskin

Anak-anak Costi dan Nick telah beradaptasi dengan perubahan ini.

Mereka memasuki sekolah lokal dan mulai berpikir bahwa hidup tidak perlu mewah.

Dia menambahkan, "Gaya hidup kita tidak jauh berbeda dengan kebayakan orang di planet ini."

"Jejak karbondioksida di sini lebih sedikit dibandingkan tempat lain, jadi tempat ini tidak ektrem dan nyaman bagi kami," jelasnya.

Baca Juga: Bukan Semata-mata Karena Canggung, Inilah Alasan Kenapa Sebagian Orang Kesulitan Menatap Mata Lawan Bicara Saat Berkomunikasi

Artikel Terkait