Advertorial

Bertugas di Daerah Miskin dan 'Penuh Masalah', Guru Tabichi Rela Sisihkan 80% Gajinya untuk Siswa Miskin

Nieko Octavi Septiana
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Profesi guru bukan hanya soal memberi ceramah tentang mata pelajaran hingga waktu sekolah selesai pada muridnya.
Profesi guru bukan hanya soal memberi ceramah tentang mata pelajaran hingga waktu sekolah selesai pada muridnya.

Intisari-Online.com -Saat ini, tak jarang profesi guru kerap diremehkan.

Padahal, guru adalah salah satu pekerjaan paling berpengaruh bagi masa depan bangsa.

Apalagi jika seorang guru menjalani pekerjaannya dengan penuh dedikasi dan menjalin keterikatan dengan siswa-siswanya.

Intinya, profesi guru bukan hanya soal memberi ceramah tentang mata pelajaran hingga waktu sekolah selesai pada muridnya.

Baca Juga: Bukan Semata-mata Karena Canggung, Inilah Alasan Kenapa Sebagian Orang Kesulitan Menatap Mata Lawan Bicara Saat Berkomunikasi

Tapi juga mengerti tentang kesulitan apa yang tengah dialami siswanya, serta kondisi lainnya.

Seperti seorang guru yang dinobatkan menjadi guru terbaik sedunia ini.

Dia adalah Peter Tabichi, seorang guru yang memenangkan Global Teacher Prize 2019 dari Varkey Foundation.

Ia telah dinobatkan sebagai guru terbaik di dunia dan dianugerahi hadiah 1 juta dolar, mengalahkan 10.000 nominasi dari 179 negara.

Baca Juga: Jadi Teka-teki Tak Terbantahkan, Mengapa Tidak Ada Hewan yang Memiliki Tiga Kaki Sepanjang Sejarah Kehidupan?

Guru yang satu ini mengajar di sebuah sekolah miskin dengan kelas-kelas padat.

Dilansir dari The Guardian (24/3/2019), Guru berusia 36 tahun ini merupakan seorang guru matematika dan fisika di sekolah menengah Keriko di Desa Pwani, di bagian terpencil Lembah Rift Kenya.

Ia menerima hadiahnya di sebuah acara Dubai yang diselenggarakan oleh aktor Hugh Jackman.

Kenapa dan bagaimana Tabichi memberikan 80% pendapatannya untuk siswanya?

Baca Juga: Pengakuan Pembelot Korea Utara Tentang 'Pelenyapan' Warga Cacat, Didepak ke Daerah Terpencil hingga Dijadikan Eksperimen Senjata Kimia

Hal itu rupanya dilakukan karena lebih dari 90% siswanya berasal dari keluarga miskin dan hampir sepertiganya merupakan anak yatim atau hanya memiliki satu orangtua.

Di daerah tempatnya mengajar, masalah penyalahgunaan narkoba, kehamilan remaja, putus sekolah, pernikahan muda, bunuh diri, adalah hal biasa.

Untuk sampai ke sekolah, siswanya pun harus berjalan sejauh 7 km.

Daerah tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kekeringan dan kelaparan.

Baca Juga: Ketika Jutaan Hewan Liar Direbus dan Dikuliti Hidup-hidup Demi Kerakusan dan Kesenangan Pribadi

Selain kondisi anak-anak dan lingkungan setempat, fasilitas di sana pun begitu terbatas.

Hanya ada satu komputer dengan koneksi internet yang buruk.

Tabichi pun memulai sebuah 'klub pengasuhan bakat' dan memperluas klub sains sekolah.

Ia membantu siswanya merancang proyek-proyek penelitian dengan kualitas sedemikian rupa hingga membuatnya memenuhi syarat untuk kompetisi tingkat nasional.

Berkat dukungannya itu, siswa Tabichi berhasil memenangkan penghargaan dari Royal Society of Chemistry setelah memanfaatkan kehidupan pabrik setempat untuk menghasilkan listrik.

Baca Juga: Ketika Jutaan Hewan Liar Direbus dan Dikuliti Hidup-hidup Demi Kerakusan dan Kesenangan Pribadi

Tak sekedar memberikan uangnya, Tabichi bersama empat rekannya sampai rela mengunjungi rumah siswanya dan bertemu keluarga mereka.

Kemudian Tabichi berusaha mengidentifikasi tantangan yang siswa dan keluarganya hadapi.

Berkat apa yang dilakukannya, pendaftaran di sekolah meningkat dua kali lipat menjadi 400 selama tiga tahun.

Prestasi anak, khususnya perempuan, pun telah meningkat.

Saat menerima hadiah, Tabichi masih menunjukkan betapa rendah hatinya dia.

Baca Juga: Kasus Tamam Shud, Misteri Mayat Pria Tak Dikenal Berpakaian Mewah di Tepi Pantai Bersama Kode Aneh dalam Sebuah Buku

"Saya hanya di sini karena apa yang telah dicapai siswa saya. hadiah ini memberi mereka kesempatan. Ini memberi tahu dunia bahwa mereka bisa melakukan apa saja," ungkapnya.

Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, mengatakan dalam sebuah video: "Peter, kisah Anda adalah kisah Afrika, sebuah benua muda yang penuh dengan bakat,".

Sunny Varkey, pendiri Varkey Foundation, mengatakan bahwa dia berharap kisah tabichi akan mendorong orang lain untuk memasuki profesi ini.

"Menyoroti pekerjaan guru yang benar-benar menginspirasi yang dilakukan untuk membuat hari esok lebih cerah daripada hari ini," katanya.

Baca Juga: Dengar Tangisan Saat Dini Hari, Petugas Taman Nasional Temukan Kawanan Gajah Mati Bersama di Air Terjun, Ternyata Ini yang Terjadi

Tabichi mengatakan bahwa orang-orang muda Afrika tidak akan lagi ditahan oleh harapan yang rendah.

“Afrika akan menghasilkan ilmuwan, insinyur, wirausahawan yang namanya suatu hari akan terkenal di setiap sudut dunia. Dan anak perempuan akan menjadi bagian besar dari kisah ini, ”katanya.(Khairunisa)

Artikel ini telah tayang di Suar.ID dengan judulKisah Guru Inspiratif, Rela Menyisihkan 80% Gajinya untuk Siswa yang Miskin, Kini Telah Dinobatkan Jadi Guru Terbaik Sedunia!

Artikel Terkait