Advertorial
Intisari-Online.com -Ada yang bilang, kita akan mendapat kepercayaan jika menatap mata lawan bicara saat berkomunikasi.
Tapi, bagi sebagian orang, menatap mata lawan bicara atau melakukan kontak mata adalah hal yang sulit.
Melansir Science Alert, Sabtu (5/10/2019), sebuah penelitian dalam jurnal Cognition menunjukkan ada alasan ilmiah tertentu kenapa sebagian orang kesulitan menatap mata lawan bicara.
Ternyata hal tersebut bukansemata-mata karena perasaan canggung.
Para ilmuwan dari Universitas Kyoto di Jepang menguji ini pada 2016 dengan meminta 26 sukarelawan bermain game asosiasi kata sambil menatap wajah-wajah yang dihasilkan komputer.
Saat melakukan kontak mata, para peserta merasa lebih sulit untuk menemukan hubungan antar kata.
"Meskipun kontak mata dan pemrosesan verbal terlihat hal yang mandiri, orang sering mengalihkan pandangan dari lawan bicara selama percakapan," tulis para peneliti .
"Ini menunjukkan bahwa ada gangguan di antara proses-proses ini."
Baca Juga: Ketika Jutaan Hewan Liar Direbus dan Dikuliti Hidup-hidup Demi Kerakusan dan Kesenangan Pribadi
Para sukarelawan diuji sambil melihat animasi wajah yang membuat kontak mata dan animasi wajah yang memalingkan muka.
Mereka juga diminta untuk memikirkan hubungan antara kata-kata yang mudah dikaitkan dan kata-kata di mana ada banyak asosiasi yang bersaing.
Misalnya, memikirkan kata kerja untuk 'pisau' relatif mudah, karena Anda tidak bisa melakukan lebih dari memotong atau menusuknya.
Membuat kata kerja terkait untuk 'folder' lebih sulit, mengingat Anda bisa membuka, menutup, atau mengisinya.
Para sukarelawan membutuhkan waktu lebih lama untuk memikirkan kata-kata ketika mereka melakukan kontak mata, tetapi hanya ketika asosiasi kata yang sulit dilibatkan.
Para peneliti menduga keraguan itu mengindikasikan bahwa otak menangani terlalu banyak informasi sekaligus.
Artinya,otak kita sebenarnya tidak bisa menangani tugas memikirkan kata-kata yang tepat dan fokus pada wajah di saat yang bersamaan.
Efeknya menjadi lebih nyata ketika seseorang mencoba untuk membuat kata-kata yang kurang dikenal, yang diperkirakan menggunakan sumber daya mental yang sama dengan mempertahankan kontak mata.
Jadi, sementara membuat kontak mata dan mengadakan percakapan tentu saja mungkin.
Meski penelitian tersebut hanya menggunakan sedikit sampel, ini adalah hipotesis yang menarik dan ini juga bukan satu-satunya penelitian yang menunjukkan bahwa otak menjadi sedikit 'ketakutan' oleh kontak mata.
Pada 2015, psikolog Italia Giovanni Caputo mendemonstrasikan bahwa menatap mata orang lain selama 10 menit saja telah menyebabkan kondisi kesadaran yang berubah.
Peserta melihat halusinasi monster, kerabat mereka, dan bahkan wajah mereka sendiri.
Tampaknya proses yang disebut adaptasi saraf adalah penyebabnya, di mana otak kita secara bertahap mengubah respons mereka terhadap stimulus yang tidak berubah.
Para sukarelawan yang melakukan kontak mata dan kata-kata yang berhubungan mungkin juga mengalami semacam adaptasi saraf, tetapi untuk saat ini para peneliti Universitas Kyoto menyerukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara komunikasi verbal dan non-verbal.
Jadi, bukan berarti semua orang yangmemalingkan muka saat mereka berbicara dengan Anda, semata-mata karena canggung atau orang yangatau tidak sopan, bisa sajamereka hanya memiliki 'ledakan' sistem kognitif.