Penelitian yang dilakukan menghubungkan toksisitas dalam tanah, air, dan makanan dengan tingkat kanker tinggi di beberapa provinsi barat Turki.
Dia lantas menulis sebuah artikel untuk surat kabar Cumhuriyet, setelah menyadari bahwa pemerintah tidak mengambil tindakan atas temuan hasil penelitian tersebut.
"Penelitian ini dengan jelas mengungkapkan sejauh mana sumber daya air telah terkontaminasi oleh bahan beracun," kata Dr Sik kepada wartawan usai pembacaan vonis pengadilan.
"Tetapi putusan pengadilan menunjukkan bahwa hasil penelitian yang secara langsung menyangkut kesehatan masyarakat dapat disembunyikan. Ini tidak dapat diterima," tambahnya.
Baca Juga: Kualitas Udara Memburuk, Apakah Ada Hubungan Antara Polusi Udara dengan Peningkatan Penyakit Mental?
Dr Sik tidak ditahan pada Kamis sambil menunggu hasil pengadilan banding.
Kelompok hak asasi dan aktivis lingkungan menuduh pemerintah telah gagal dalam menegakkan peraturan lingkungan di tengah ledakan industri yang pesat di banyak wilayah di Turki.
Polusi dari zona industri Dilovasi, sekitar 80 kilometer dari Istanbul dan rumah bagi banyak pabrik kimia dan metalurgi, telah dipilih dalam laporan yang ditulis Dr Sik karena dinilai memiliki tingkat risiko kanker jauh di atas rata-rata internasional.
"Kasus melawan Bulent Sik telah, sejak awal, merupakan sebuah parodi peradilan," kata Andrew Gardner, peneliti dari Amnesti Internasional di Turki, dikutip AFP.
Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Konsumsi 7 Makanan Sehat Ini Untuk Perlindungan Paru-paru
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR