Advertorial

Hasil Penelitiannya Sebut Polusi Bisa Tingkatkan Risiko Kanker, Ilmuwan di Turki Dibui 15 Bulan, Diejek Sebagai 'Parodi Keadilan'

Ade S

Editor

Dr Bulent Sik dari Turki yang harus dijatuhi hukuman setelah mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukannya tentang dampak polusi pada kanker.
Dr Bulent Sik dari Turki yang harus dijatuhi hukuman setelah mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukannya tentang dampak polusi pada kanker.

Intisari-Online.com -Apa jadinya jika sebuah hasil penelitian yang dilakukan secara ilmiah justru 'meggiring' penelitinya ke dalam penjara?

Seperti yang baru-baru ini terjadi pada Dr Bulent Sik dari Turki yang harus dijatuhi hukuman setelah mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukannya.

Sik harus mendekam di dalam penjara selama 15 tahun karena hasil penelitiannya tersebut.

Berikut ini kisahnya.

Baca Juga: Kabut Asap Melanda Beberapa Wilayah Indonesia, Studi: Polusi Udara Tak Cuma Ganggu Pernapasan, Tapi Juga Kejiwaan hingga Munculkan Keinginan Bunuh Diri

Seorang ilmuwan Turki dijatuhi hukuman penjara 15 bulan karena mengungkapkan risiko kanker yang ditimbulkan oleh polusi beracun di barat negara itu.

Pengadilan di Istanbul, pada Kamis (26/9/2019), menyatakan Dr Bulent Sik bersalah karena dianggap telah membocorkan informasi rahasia.

Putusan pengadilan itu pun langsung menuai kecaman dari Amnesty Internasional yang menyebutnya sebagai "parodi keadilan".

Dr Sik pada tahun lalu mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukannya bersama dengan sejumlah ilmuwan lain untuk Kementerian Kesehatan antara tahun 2011 hingga 2015.

Baca Juga: Kocak! 10 Poster Kreatif saat Demonstrasi Mahasiswa yang Bikin 'Baper', 'Gara-gara Polusi Jodohku Enggak Kelihatan'

Penelitian yang dilakukan menghubungkan toksisitas dalam tanah, air, dan makanan dengan tingkat kanker tinggi di beberapa provinsi barat Turki.

Dia lantas menulis sebuah artikel untuk surat kabar Cumhuriyet, setelah menyadari bahwa pemerintah tidak mengambil tindakan atas temuan hasil penelitian tersebut.

"Penelitian ini dengan jelas mengungkapkan sejauh mana sumber daya air telah terkontaminasi oleh bahan beracun," kata Dr Sik kepada wartawan usai pembacaan vonis pengadilan.

"Tetapi putusan pengadilan menunjukkan bahwa hasil penelitian yang secara langsung menyangkut kesehatan masyarakat dapat disembunyikan. Ini tidak dapat diterima," tambahnya.

Baca Juga: Kualitas Udara Memburuk, Apakah Ada Hubungan Antara Polusi Udara dengan Peningkatan Penyakit Mental?

Dr Sik tidak ditahan pada Kamis sambil menunggu hasil pengadilan banding.

Kelompok hak asasi dan aktivis lingkungan menuduh pemerintah telah gagal dalam menegakkan peraturan lingkungan di tengah ledakan industri yang pesat di banyak wilayah di Turki.

Polusi dari zona industri Dilovasi, sekitar 80 kilometer dari Istanbul dan rumah bagi banyak pabrik kimia dan metalurgi, telah dipilih dalam laporan yang ditulis Dr Sik karena dinilai memiliki tingkat risiko kanker jauh di atas rata-rata internasional.

"Kasus melawan Bulent Sik telah, sejak awal, merupakan sebuah parodi peradilan," kata Andrew Gardner, peneliti dari Amnesti Internasional di Turki, dikutip AFP.

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Konsumsi 7 Makanan Sehat Ini Untuk Perlindungan Paru-paru

"Daripada mengejar pelapor melalui pengadilan, pemerintah Turki seharusnya menyelidiki masalah kesehatan masyarakat yang penting ini," tambahnya.

Amnesti Internasional mengatakan akan menganggap Dr Sik sebagai tahanan hati nurani (prisoner of conscience) jika dia dipenjara.

Turki telah melihat tindakan keras yang luas pada banyak aspek kebebasan berbicara, terutama sejak kudeta yang gagal terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan pada tahun 2016.

Dr Sik sebelumnya telah menghadapi hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan "mendapatkan informasi rahasia", tetapi pengadilan memutuskan bahwa dia tidak bersalah.

(Agni Vidya Perdana)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ungkap Risiko Kanker Akibat Polusi Beracun, Ilmuwan Turki Dihukum 15 Bulan Penjara".

Baca Juga: Seniman Getih Getah Sebut Bahwa Polusi Udara Jakarta Bikin Karyanya Cepat Rapuh

Artikel Terkait