Kekuatan otot seimbang?
Fasilitas lain yang perlu dicoba mereka yang sedang getol-getolnya dengan olahraga, entah lari atau bersepeda, adalah alat yang akan mengukur fleksibilitas (kelentukan) tubuh kita. Kelentukan ini menjadi penting karena termasuk dalam indikator untuk menentukan tingkat kebugaran tubuh seseorang.
Tubuh yang lentuk memudahkan seseorang dalam menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari serta mengurangi kemungkinan terjadinya cedera atau sakit di area-area tubuh tertentu seperti punggung. Jadi, buat yang suka olahraga, rasanya perlu memeriksakan kelentukan tubuhnya.
Di RSON, alat untuk mengukur kelentukan tubuh ini adalah sit and reach box. Tes ini menjadi standar umum untuk mengukur kelentukan tubuh, khususnya punggung bagian bawah dan otot-otot hamstring (otot paha). Pengukuran ini menjadi penting karena kekakuan area ini berakibat pada lumbar lordosis (komponen kunci postur tubuh), kemiringan panggul ke depan, dan nyeri punggung bawah. Pertama kali dijelaskan oleh Wells dan Dillon (1952).
Untuk menggunakan alat ini, pasien duduk di lantai dengan kaki terentang lurus ke depan. Kedua telapak kaki menjejak semacam bangku. Kedua lutut harus rata dengan lantai. Petugas bisa membantu dengan menahannya. Nah, dalam posisi seperti itu kemudian pasien mengulurkan tangan ke depan sejauh mungkin yang dia bisa. Kedua tangan harus sejajar. Di bawah tangan terulur ada garis pengukur.
Masih berkaitan dengan otot, Sport Science Lab juga memiliki fasilitas untuk mengukur kekuatan otot. Ada beberapa alat yang mesti dicoba, yakni myoline, vertical jump, back and leg dynamometer, serta hand grip. Intisari sempat mencoba myoline, yang bisa menyajikan data pengukuran kekuatan otot isometric untuk menentukan latihan dan evaluasi terapi. (Isometric maksudnya untuk mengetahui keseimbangan otot antara tubuh bagian kanan dan kiri.)
Pada myoline, kita duduk di sebuah kursi yang dilengkapi dengan semacam sabuk pengaman, hanya saja tidak disabukkan di perut tapi paha. Pada pergelangan kaki ada dua bantalan yang menekan dari depan dan belakang. Nah, untuk mengetahui kekuatan otot kaki kanan dan kiri, kita disuruh mendorong bantalan ke depan dan juga ke belakang.
“Dari hasil yang diperoleh akan ketahuan kekuatan otot kita dominan yang mana. Kalau dari hasil ini sih masih bisa dibilang seimbang, meski yang kanan lebih kuat,” kata Anang menimpali hasil pengukuran yang dicoba Intisari.
Sedangkan vertical jump berfungsi untuk mengukur daya ledak otot kaki. Untuk mengukur kekuatan otot punggung dan kaki digunakan back and leg dynamometer; untuk mengukur kekuatan otot genggaman tangan digunakan hand grip.
Serasa jadi pemain FC Barcelona
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR