J: Desa Taruna sebenarnya lokasi perumahan yang dihuni keluarga-keluarga yang terdiri dari seorang ibu yang tak menikah dan mengasuh sejumlah anak. Antara 8-12 anak.
Siapa saja bisa menjadi ibu, asal punya dedikasi tinggi dan memang mau mengabdi untuk kesejahteraan anak.
Soalnya anak-anak yang tinggal di situ adalah mereka yang terlantar atau ditelantarkan orang tuanya. Misalnya orang tuanya cerai atau tak mampu mengurus anak.
T: Cuma anak-anak dengan latar belakang seperti itu yang bisa tinggal di Desa Taruna ?
J: Tidak selalu. Bisa juga anak yatim atau yatim piatu yang dititipkan dengan perjanjian anak itu tak boleh diminta kembali begitu saja. Jadi tidak diadopsi.
Baca Juga: Mengenang BJ Habibie, Rudy Muda yang Rutin Menunaikan Ibadah Salat di Gereja
Ini semata-mata agar anak tumbuh wajar dalam rumah tangga yang utuh dan memberi ketenangan.
T: Gagasan siapa sebenarnya?
J: Sebetulnya berasal dari Eropa, oleh seorang dokter anak usai PD II. Saat itu situasi amat getir, banyak orang tua meninggal sementara anak-anak terlantar di jalanan.
Si dokter lalu berpikir, alangkah baiknya kalau anak-anak ini diberi rumah yang mendekati rumah sendiri, lengkap dengan seorang ibu.
Entah dari dulu sudah seperti itu, para ibu yang menetap di rumah-rumah itu tak menikah atau tak punya anak.
Baca Juga: Kisah Soeharto Ngambek kepada Habibie, Saat Sakit pun Habibie Tetap Tak Diperkenankan Menjenguk
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR