Advertorial
Intisari-Online.com – "Dengan sangat berat, mengucapkan, ayah saya Bacharudin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI, meninggal dunia jam 18.05 WIB.”
Demikianlah ucapan Thareq Kemal Habibie, putra BJ Habibie di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, pada Rabu (11/9/2019) seperti dilansir dari kompas.com pada Rabu (11/9/2019).
Thareq mengatakan, sang ayah meninggal dunia karena sudah berusia tua sehingga sejumlah organ dalam tubuhnya mengalami degenerasi.
Salah satunya adalah jantung.
Baca Juga: BJ Habibie Temui Sang Kekasih Hati, Ainun Habibie, di Keabadiaan
Menurut Menteri Sekretaris Negara Pratikno di Istana Kepresidenan, BJ Habibie akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP), Kalibata, Jakarta Selatan.
Tepatnya di samping makam almarhum istrinya, Hasri Ainun Habibie.
TMP Kalibiata memang menjadi tempat peristirahatan terakhir mereka yang telah memberi jasa kepada Republik Indonesia.
Contohnya makam mantan ibu negara Ani Yudhoyono, lalu ada juga makamKetua Dewan Pertimbangan Presiden era SBY Ali Alatas, mantan KASAU Marsekal TNI (Purn) Mochamad Saleh Basarah,dan masih banyak lagi.
Namun, tahukah Anda bahwa ada seorang yang jauh lebih dikenal sebagai seorang pelawak juga dimakamkan di TMP Kalibata?
Dia adalahRatmi B-29.
Loh,kokbisa? Berikut ini kisahnya!
Ketika Ratmi B-29 meninggal dunia di Ujungpandang (sekarang Makassar), Sulawesi Selatan, pada 31 Desember 1977 dan akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, banyak orang yang agak heran.
Soalnya orang lebih mengenal Ratmi sebagai pelawak dan pemain film daripada sebagai seorang pejuang.
Baca Juga: Sebelum Meninggal, BJ Habibie Ingin Bangun Batam Agar Bisa Saingi Singapura
Mencari riwayat hidup Suratmi tidak mudah.
Di TMP Kalibata sendiri tidak ada berkasnya. Bahan-bahan mengenai riwayat hidupnya lebih banyak didapat dari koran-koran.
Ratmi meninggal karena serangan jantung.
Menurut seorang rekan ia hendak naik pesawat menuju Surabaya untuk merayakan Tahun Baru di sana, tapi ia jatuh pingsang kurang lebih setengah meter dari tangga pesawat dalam pelukan suaminya.
Mobil yang datang untuk mengangkut Ratmi ternyata terlalu kecil sehingga perlu diganti dengan mobil yang lebih besar.
Ratmi pun meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pelawak, pemain film, penyanyi keroncon, dan pesinden ini adalah seniman lawak pertama yang dimakamkan di Kalibata.
Sebuah mobil jenazah diselubungi kain bendera merah putih berhenti di halaman Kalibata.
Barisan seragam bergenderang dan tembakan salto mengiringi penguburan jenazahnya.
Lalu, kenapa Ratmi dimakamkan di makam “keramat” itu?
Ini semua berkat jasa Ratmi membela negara negara sehingga ia dianugerahi bintang gerilya, bintang kemerdekaan I dan II dan bintang gerakan operasi Militer I dan V.
Ia pernah menjadi sersan dua pada Laskar Wanita (Laswi) pimpinan Ny. Arudji Kartawinata sebagai anggota Batalyon D Brigade 16 “Citarum” Jawa Barat.
Ia juga pernah masuk pasukan Srikandi dan tahun 1945-194 ia ikut berjuang di daerah Banyumas, Jawa Tengah.
Menikah tiga kali
Perempuan kelahiran Bandung 16 Januari 1932 ini terlebih dahulu dikenal sebagai seorang penyanyi lagu-lagu keroncong yang dirintisnya pada 1943.
Pada 1947, ia masuk perkumpulan wayang orang, dan mulai merambah ke dunia film pada 1961 sebagai seorang figuran.
Tak hanya itu, Ratmi B-29 juga masuk dunia lawak, bergabung dengan grup “Tiga Djenaka” hingga 1976—sebelum akhirnya membentuk grup lawaknya sendiri bertajuk Ratmi Cs.
Dari sinilah pamornya sebagai seorang pelawak melejit.
Ratmi menikah tiga kali. Suami pertama bernama Idris, yang meninggal dunia. Suami kedua Surnarno, yang kemudian bercerai.
Sekitar tahun 1973, ia bertemu dengan seorang pemuda yang 10 tahun lebih muda. Beralis dan berkumis tebal bernama Didi Sugandhi. Mereka bertemu dalam sebuah pengambilan film di Bandung.
Ceritanya, seorang sopir mengantar Ratmi yang mendadak sakit ke ayah si sopir.
Dasar jodoh, Ratmi yang katanya kemasukan roh jahat di Cibulan (ketika opname film Ayah, tiga hari sebelumnya) bisa sembuh. Sopir tersebut tidak lain Didi Sugandhi, suami dan ayah dari 4 orang anak.
Didi kemudian bercerai dari isterinya yang pertama untuk kemudian menikah dengan Ratmi. Tiga anak Didi dari isteri pertama diambil oleh Ratmi dan diasuh seperti anaknya sendiri.
Dan pangkuan Didilah Ratmi mengembuskan napas terakhirnya ketika hendak menuju rumah sakit di Ujungpandang. (Moh Habib Asyhad)