Bahkan bukan hanya di situ saja, lagu kebangsaan Indonesia Raya pun tak ada yang bisa menyanyikannya termasuk murid kelas enam sekalipun.
Dan yang paling fatal menurut Diana, tak satupun murid di sekolah itu hafal Pancasila.
Saat melihat fenomena itu, hati kecil Diana menangis dan berpikir mau dibawa kemana nasib anak-anak ini? Mau menyalahkan siapa? Ia pun tak dapat menjawab.
Di SDI Kaibusene tersebut hanya memiliki tiga ruangan sehingga saat proses belajar mengajar harus bercampur.
"Yang pasti, bukan salah anak didik saya. Hal kecil tapi sangat miris ketika didengar", tulis Diana di laman tniad.mil.id.
Selama satu tahun Diana berjuang untuk mendidik anak-anak di SDI Kaibusene tersebut, paling tidak mereka memiliki mimpi untuk menjadi orang yang berguna.
Dan perjuangan Diana pun tak sia-sia, pada bulan Februari 2019, anak-anak didik Diana sudah mengalami banyak perubahan.
Mereka punya mimpi yang sangat besar.
"Ibu sa su cape ka begini terus saya mau naik pesawat kayak bapak-bapak dorang di Jakarta sana, naik mobil mewah, sa tra pernah naik mobil Ibu guru, sa mau tidur di atas spon, Sa mau minum air bersih, Sa mau jadi orang hebat ibu…", tulis Diana menggambarkan mimpi-mimpi anak didiknya yang dikutip dari laman tniad.mil.id.
Memang niat awal Diana datang ke SDI Kaibusene tersebut adalah untuk mengabdi dan paling tidak sedikit merubah pola pikir anak didiknya sehingga memiliki mimpi yang besar.
Dengan keterbatasan fasilitas yang ada, si guru cantik tersebut tak menyerah melatih anak-anaknya membaca dan menulis.
Bahkan anak-anak didiknya mau lakukan semuanya sebab mereka mulai paham pendidikan itu merupakan pedoman menuju kehidupan lebih layak.
Baca Juga: Viral Ibu Guru di Sulawesi Tangkap Ular Piton yang Masuk ke Sekolah, Cukup Pakai Tangan Kosong
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR